Iklan Lancome dan Maybelline dari L’Oreal yang dibintangi oleh Julia Roberts dan Christy Turlington dilarang beredar di Inggris. Iklan ini dianggap menipu karena keduanya terlihat terlalu cantik di dalam iklan tersebut.
Seperti yang diberitakan NY Daily News, Kamis (28 Juli, 2011), kelompok pengawas periklanan (Advertising Standards Authority (ASA)) di Inggris melarang iklan tersebut karena terlalu banyak melakukan sentuhan digital terhadap wajah kedua bintang tersebut sehingga terlihat sangat cantik. Menurut lembaga tersebut, kulit mulus kedua artis tersebut terlalu bagus untuk menjadi kenyataan.
Bagaimana dengan di Indonesia ? Indonesia tampaknya perlu belajar dari hal ini. Negara yang seliberal Inggris saja masih berani melarang beredarnya sebuah iklan. Indonesia harus berani mengambil keputusan serupa seperti yang diambil oleh Inggris tersebut.
Dasar dari pelarangan oleh Inggris tersebut tentu saja adalah penipuan. Inggris memandang iklan tersebut adalah tipuan yang dengan sengaja menjerumuskan konsumen menjadi korban sebuah produk. Dalam hal ini, Produk kosmetik yang ditawarkan dalam iklan tersebut tidak akan mampu menyulap kulit wajah seseorang dengan sangat drastis menjadi mulus seperti yang ditampilkan dalam model iklan tersebut. Dengan pertimbangan bahwa akan banyak orang yang mempercayai khasiat produk tersebut dan membeli produknya setelah melihat iklannya, maka iklan tersebut dianggap tipuan.
Kalau kita perhatikan, banyak sekali iklan serupa di layar kaca, dan di pelbagai media cetak di Indonesia ini yang menampilkan model yang tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Di layar kaca, wajah para model tersebut terlihat putih, mulus, bersih dan cemerlang, padahal kenyataannya tidak demikian. Wajah putih mulus sang model hanyalah sentuhan makeup dan, belakangan, teknologi digital, bukan berkat menggunakan produk yang diiklankan. Jika dilihat sehari-hari, tanpa makeup, wajah sang model ternyata sama sekali tidak mulus, malah cenderung kasar dan berlubang bekas jerawat, sama seperti wajah orang yang tidak pernah menggunakan produk yang dia iklankan itu.
Sudah berapa banyak orang awam yang tertipu dengan iklan seperti ini. Mereka membeli produk yang diiklankan dengan harapan akan mendapatkan kulit wajah yang seindah model iklannya, tapi hasilnya tidak seperti yang diharapkan, malah ada pula yang malah menimbulkan efek samping yang membahayakan.
Dan bukan hanya kosmetik, obat-obatan dan minuman suplemen pun banyak yang menggunakan iklan yang bombastis, yang tidak selalu sesuai dengan kenyataan. Ada sebuah iklan suplemen (obat kuat) yang bunyinya seolah-olah bisa menyulap badan yang loyo menjadi kuat seketika; orang yang lemah tak berdaya langsung bisa mengangkat kayu gelondongan sebesar drum setelah minum suplemen tersebut. Hebat sekali.
www.eonline.com |
Sampai kapankah kita akan terus dicekoki oleh iklan-iklan yang bisa menyesatkan seperti itu. Mungkin sudah saatnya pemerintah bertindak seperti yang dilakukan oleh pemerintah Inggris. Konsumen harus mendapatkan fakta yang sebenarnya dari produk yang mereka beli. Konsumen tidak boleh ditipu. Uang yang dikeluarkan konsumen untuk membeli sebuah produk harus dikembalikan dengan memberi mereka manfaat yang setimpal. Tidak boleh lebih, tidak boleh kurang.
Produsen dan para pembuat iklan harus bekerja dengan hati nurani. Jangan melebih-lebihkan citra produk yang diiklankan hanya untuk mendapatkan uang banyak. Model iklan juga harus selektif. Jangan main sambar saja setiap tawaran iklan yang datang. Jangan mau menerima tawaran membintangi sebuah iklan kalau Anda tidak pernah merasakan khasiat produk yang iklannya Anda bintangi tersebut. Karena dengan membintangi iklan sebuah produk, berarti Anda juga ikut menawarkan produk tersebut.***
0 comments:
Post a Comment