Some Neanderthals may have had pale skin and red hair similar to that of some modern humans. CREDIT: Michael Hofreiter and Kurt Fiusterweier/MPG EVA View full size image |
Banyak manusia jaman modern boleh jadi membawa satu fragmen DNA Neanderthal pada salah satu dari kromosom seks mereka, menurut hasil temuan sebuah studi.
Penelitian tersebut menambah sedikit bukti pendukung bagi teori yang mengatakan bahwa makhluk Neanderthals dan manusia melakukan perkawinan silang (interbred) beberapa saat setelah manusia bermigrasi ke luar dari Afrika antara 50.000 dan 80.000 tahun yang lalu. Fragmen DNA tersebut, yang ditemukan dalam kromosom X manusia, terdapat pada 9 persen manusia di seluruh dunia mulai dari Asia hingga Eropa sampai Amerika—kecuali Afrika, di mana fragmen tersebut tidak ditemukan.
“Fragmen DNA tersebut ditemukan di Timur Tengah, di Eropa, di Eurasia, di Amerika, di Australia,” kata peneliti dalam studi tersebut Damian Labuda dari Universitas Montreal pada LiveScience. “Peristiwa yang membekas pada kromosom X manusia modern ini pasti terjadi sangat awal setelah manusia meninggalkan Afrika.”
Kawin dengan Makhluk Neanderthal
Manusia purba dengan makhluk Neanderthals (Homo neanderthalenis) hidup berdampingan, dan para peneliti telah lama mencari bukti-bukti bahwa dua makhluk ini melakukan perkawinan.
Labuda mendapat bukti tanda-tanda adanya perkawinan ini satu dekade lalu ketika dia menemukan secuil DNA pada kromosom X yang ditemukan hanya pada orang-orang non-Afrika yang yang asal-usulnya tidak diketahui. (Kromosom X adalah kromosom seks; wanita mempunyai dua kromosom X dan pria mempunyai satu, bersama-sama dengan kromosom Y.)
Namun hingga tahun 2010 kelompok tersebut tidak mempunyai sesuatu untuk dibandingkan dengan secuil DNA tersebut. Pada tahun tersebut, genome Neanderthal diurutkan (was sequenced), dan sekelompok peneliti (tidak termasuk Labuda) melaporkan dalam jurnal Science bahwa antara 1 hingga 4 persen genome menusia modern terbukti berasal dari makhluk Neanderthals, sejenis manusia purba yang gempal yang hidup antara 130.000 hingga 30.000 tahun yang lalu.
Studi tahun 2010 tersebut menggunakan ekstrak DNA dari tulang belulang makhluk Neanderthal yang ditemukan di Kroasia. Dengan adanya serangkaian gen parsial dari makhluk Neanderthal dari kroasia ini, Labuda dan tim-nya kini memiliki sesuatu untuk dibandingkan dengan fragmen kromosom X yang misterius itu.
Dengan menggunakan DNA dari 6.092 kromosom X modern dari semua benua, para peneliti menemukan bahwa fragmen DNA yang ditemukan pada manusia modern tersebut sesuai dengan fragmen yang ditemukan di dalam genome makhluk Neanderthal. [Read:Who Were the Neanderthals?]
Gen Neanderthal
“Dr. Labuda dan para koleganya adalah orang pertama yang berhasil mengidentifikasi sebuah variasi genetik yang kemungkinan berasal dari populasi makhluk purba,” kata David Reich, seorang ahli genetika dari Harvard School of Medicine yang bekerja dalam serangkaian proyek penelitian makhluk Neanderthal, dalam sebuah pernyataan. “Identifikasi mereka ini dulu dilakukan sama sekali tanpa menggunakan rangkaian genome Neanderthal, namun dalam hal urutan Neanderthal (Neanderthal sequence), kini jelas bahwa mereka benar.”
Tantangan berikutnya, kata Labuda, adalah untuk mencari tahu apakah DNA Neanderthal berpengaruh terhadap kemampuan manusia jaman dahulu kala untuk bertahan hidup dan berkembang biak.
“Adalah menarik mengetahui berapa banyak fragmen DNA jenis ini, di mana mereka berada, dan apa yang mereka kerjakan. “Apakah mereka netral seperti salah satu yang pernah kita temukan, ataukah mengandung unsur tambahan lain yang fungsional dan bisa jadi bermanfaat?”
Penelitian tersebut diterbitkan dalam jurnal Biologi Molekuler dan Evolusi edisi bulan Juli.
You can follow LiveScience senior writer Stephanie Pappas on Twitter @sipappas. Follow LiveScience for the latest in science news and discoveries on Twitter @livescience and onFacebook.
0 comments:
Post a Comment