Urtikaria Dingin: Alergi Terhadap Cuaca Dingin yang Bisa Menimbulkan Bentol-bentol


(Photo: Getty Images)

Musim dingin di Charlotte, North Carolina, dikenal dengan badai saljunya. Tapi tahun lalu berbeda, sehingga Makayla Lawrence, sekarang 14 tahun, pergi ke luar rumah untuk bermain. Tapi dia tidak bisa bertahan lama.

“Dia pulang dan tampak seperti ingin mengatalan, ‘Tubuh saya sangat gatal-gatal,” kata ibunya Rachel Lawrence, seorang ibu rumah tangga dengan empat anak yang tinggal di rumah saja yang mengatakan pada anaknya itu agar jangan khawatir—tubuhnya hanya menghangat. Tapi ketika Makayla mulai menyibak pakaiannya untuk menunjukkan sesuatu “terdapat bentol-bentol besar-besar di sekujur tubuhnya” dan dia mengeluh kerongkongannya sakit, Lawrence sadar ada yang tidak beres. Dia membawa Makayla ke rumah sakit, di mana dia diberi antihistamin dan steroid untuk mengatasi alergi, tapi tak ada yang tahu dia lergi terhadap apa.

Beberapa minggu kemudian, Makayla bermain di salju lagi—dan berakhir dengan dibawa ambulance ke rumah sakit setelah dokter anak yang menanganinya memberi dia epinephrine untuk melawan reaksi tersebut. Namun, keluarga itu tak mendapat jawaban apa-apa tentang apa yang diderita Makayla.

“Kami coba mereka-reka apa yang terjadi,” kata Lawrence, yang kemudian melacak apa-apa yang telah dimakan Makalyla dan hal-hal lainnya. Dia ingat tubuh Makayla mendapat bentol-bentol setelah memakai rok di dalam sebuah parade yang sibuk di Hari Veteran, tapi sang dokter anak menepis kemungkinan alergi dingin karena “terlalu langka,” kata Lawrence mengingat.  

Tapi ketika Lawrence membawa Makayla ke dokter ahli alergi, di dokter mengatakan, “Kamu sebenarnya bisa alergi terhadap dingin” dan mendiagnosa Makayla mengalami urtikaria dingin (cold urticaria), istilah medis untuk kondisi yang dialami Makayla. “Kami berlum pernah mendengar itu sebelumnya,” kata Lawrence

Apakah Urtikaria Dingin Itu? 

Urtikaria dingin, sebuah reaksi kulit terhadap suhu dingin, menyerang kurang dari 1 persen penduduk, kebanyakan anak-anak dan adolessen, menurut penelitian. Untungnya, kondisi ini menghilang setelah beberapa tahun. Sedangkan tingkat keseriusannya berbeda-beda, orang yang mengalami kondisi ini bisa mendapat bentol-bentol yang gatal di sekujur tubuh mereka  segera setelah mereka berada dalam suhu dingin, minum es, atau terjun ke kolam renang yang dingin.

Sebagian orang bereaksi hanya ketika dingin melada tubuh mereka, dan sebagian lainnya seperti Makayla mengalami bentol-bentol di sekujur tubuhnya. Sebagian orang bahkan bisa mengalami masalah pencernaan ketika makan atau minum yang dingin-dingin, kata Dr. Bryan Martin, seorang ahli imunologi-alergi di Columbus, Ohio, dan presiden dari American College of Allergy, Asthma & Immunology

“Urtikaria dingin tergolong ke dalam kelompok-kelompok kondisi yang membingungkan yang disebut ‘urtikaria fisik’—yang bisa menimbulklan bentol-bentol dan reaksi-reaksi fisik lainnya,’ seperti tekanan fisik, sinar matahari atau air, katanya.


Biasanya, urtikaria dingin tidak mempunyai sebab yang diketahui, tapi dalam kasus-kasus yang langka terjadi, ini adalah masalah keturunan, menurut National Organization for Rare Disorders.

Lebih dari sekedar tidak enak dilihat atau rasa tidak nyaman, kondisi tersebut juga bisa menyebabkan kematian. Kerongkongan si penderita bisa menutup jika mereka menelan makanan seperti Slurpee, atau mereka bisa tenggelam jika mereka melompat ke dalam danau yang dingin yang menyebabkan mereka mengalami syok anafilaksis. “Eksposur permukaan [kulit] yang luas terhadap air yang relatif dingin—itulah bahaya yang kami terus menerus khawatirkan,” kata Martin. 

Lawrence tahu perasaan itu. Dia khawatir tentang Makayla di sekolah, di mana teman-temannya dan guru-gurunya mungkin tidak tahu bagaimana menggunakan EpiPen, dan di rumah, di mana membukakan pintu untuk menuruh anjing masuk saja bisa menimbulkan reaksi. Dia bahkan mengkhawatirkan anaknya tersebut ketika dia sedang berada di dalam kelompok gereja bersama teman-temannya, ketika para pemimpin kelompok menyiram anak-anak dengan air dingin sebagai bagian dari ALS Ice Bucket Challenge tahun lalu.

“Anda menjadi overprotektif,” kata Lawrence, “karena Anda seperti merasa, ‘Ini hal gila. Bagaimana cara bisa menghentikannya?’”

'Orang hanya mengira dia gila.’ 

Mendiagnosa urtikaria mudah saja: letakkan sepotong es di kulit si penderita selama beberapa menit. Jika timbul bentol-bentol tak lama kemudian, itu berarti si pasien alergi terhadap dingin.
Tapi mencari orang yang menderita kondisi tersebut untuk di-test tidaklah mudah. Sering kali, mereka malah mengunjungi ahli dermatologi bukannya ke ahli alergi, mereka mengira mereka mengalami reaksi terhadap makanan atau obat, kata Dr. Bruce Robinson, seorang dermatolog di New York City dan juru bicara bagi American Academy of Dermatology. Tapi mendapatkan evaluasi sepenuhnya dari ahli alergi adalah penting, kata Martin, karena kondisi tersebut bisa diatasi dan sering kali disertai oleh alergi-alergi yang lain.

Kepercayaan umum adalah bahwa alergi dingin sebenarnya tidak ada atau tidak serius bisa membuat orang tidak mau menjalani diagnosa. “Kamu yakin kamu tidak membesar-besarkan masalah ini?” Tanya seseorang pada Lawrence seminggu setelah dia meminta agar pintu ditutup di ruang dokter karena udara dingin bisa menyebabkan bentol-bentol pada Makalyla. Teman-teman makalyla—yang pernah mem-bully alerginya dengan mencoba melempar air ke punggungnya atau memaksanya keluar ke cuaca dingin atau hujan—tidak bisa membantu. Bahkan Makayla sendiri tidak paham sepenuhnya betapa serius kondisi yang dia alami, kadang-kadang dia keluar rumah tanpa mengenakan jaket untuk mengatasi dingin.


“Hidup sehari-hari jadi sulit, dan orang-orang yang tidak percaya padanya malah membuat situasi semakin sulit,” kata Lawrence, mengingatkan bahwa anaknya tersebut juga mengunjungi seorang thereapist untuk membantu mengatasi masalah sosial yang timbul akibat kondisi tersebut. “Orang-orang hanya mengira dia gila.”

Tapi dia tidak gila. “Ini nyata,” kata Martin. “Ini bukan hanya masalah seorang anak yang mengatakan, ‘Saya tidak nyaman dengan cuaca dingin.’”

Mempertanyakan legitimasi urtikaria dingin—atau alergi lainnya, dalam hal ini—tidak bisa membantu, katanya. “Pernyataan, ‘saya tidak percaya,’ dan, “Ini hanya masalah alergi,’ adalah semacam tantangan bagi keberadaan [dokter ahli alergi],” kata Martin, “karena kadang-kadang alergi-alergi tersebut bisa membahayakan hidup penderitanya.”

Hidup dengan Urtikaria Dingin

Seperti halnya semua jenis alergi, cara terbaik untuk menangani urtikaria dingin adalah dengan cara mengindari allergen-nya (dalam hal ini, cuaca dingin) dan membawa EpiPen jika menghindari allergen-nya saja tidak berhasil. Adalah juga penting bagi para orang tua untuk memastikan agar para guru dan pendamping siswa mengetahui kondisi tersebut dan tahu bagaimana cara menggunakan EpiPen, kata Robinson. “Anak-anak tidaklah selalu merupakan advokat terbaik bagi diri mereka sendiri, dan sering kali, mereka tidak mau berpikir sebelum melakukan sesuatu,” katanya.

Tapi meski mengenakan pakaian tertutup di cuaca dingin, menghindari es dan memesan minuman tanpa es bisa membantu, “namun tidaklah mudah menghindari cuaca dingin di tempat kita,” kata Martin. Bahkan pindah ke Florida pun tidak bisa menyembuhkan kondisi yang dialami Makayla, kata Lawrence, karena udara yang dingin, AC, dan ‘yang lain-lain datangnya tak terduga-duga” seperti membawa kelinci peliharaannya keluar rumah bisa saja menimbulkan reaksi alergi.

Itulah sebabnya mengapa para ahli alergi sering kali meresepkan antihistamin harian untuk orang-orang yang mengalami urtikaria dingin untuk menawar reaksi tubuh mereka ketika—bukannya jika—mereka berinteraksi dengan cuaca dingin. Makalyla, utamanya, minum Zyrtec setiap hari dan Atarax selama terjadinya reaksi, meski bahkan dosis tinggi saja tidak bisa menghilangkan bentol-bentol di tubuhnya tapi bisa mencegah kerongkongannya tersumbat akibat pembengkakan. “Mereka masih mencoba mencari penyebab dasar mengapa alergi ini bisa begitu parah,” kata Lawrence. 

Namun sejauh ini, masih ada harapan. Ambil pelajaran dari Eve Graves, seorang perempuan berusia 50 tahun di Duluth, Minnesota, yang oleh dokter spesialis alergi dikatakan menderita alergi dingin ketika dia remaja. Meski bentol-bentol di tubuhnya sudah tidak timbul-timbul lagi, tapi Graves mengalami kondisi medis lainnya, termasuk penyakit Raunaud (yang menyebabkan bagian-bagian tubuh menjadi mati rasa (numb) akibat dingin), chilblains (luka atau bengkak akibat udara dingin) dan asma akibat olahraga (exercise-induced asthma), yang menyebabkan dia tak cocok terhadap cucaca dingin.

Namun demikian, tidak ada tempat tinggal lain yang diingini Graves selain Minnesota, di mana dia melatih trail running dan ski Nordic. “Saya suka berada di luar di tempat yang paling dingin dari cuaca dingin,” katanya. Untuk mengatasi itu, dia menggunakan produk-produk seperti Warm Skin, sebuah lotion yang bisa menahan panas tubuh, dan Lungplus, alat bantu pernapasan yang bisa mengubah udara dingin menjadi lebih hangat, lebih lembab. (Setelah mencoba Lungplus, dia diangkat menjadi duta perusahaan tersebut, yang berbasis di Swedia). Dia juga mengenakan sarung tangan bulu domba lapis tiga, penghangat kaki dan lengan dua lapis dan mengenakan kaos kaki berpemanas.

“Siapa saja bisa melakukan apa saja dalam kondisi apa saja,” kata Graves, “ini hanya soal bagaimana cara mereka beradaptasi.’”

By Anna Medaris Miller for U.S. News


https://www.yahoo.com/health/can-you-really-be-allergic-to-cold-180046465.html

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger