Keadaan yang Berantakan Ternyata Bermanfaat bagi Kesehatan


Before you start purging, find out whether that messy desk is actually good for you. (Photo: Getty Images)

by Christopher Michel, for Rodale’s Organic Life

Ini adalah sebuah situasi yang mungkin tidak asing bagi Anda: Anda berjalan memasuki kantor Anda sambil memikirkan sebuah proyek yang harus segera dimulai: Di sekeliling Anda adalah suasana serba berantakan. Kertas-kertas menumpuk memenuhi permukaan meja, dan berbagai catatan-catatan yang Anda buat untuk diri sendiri terpaku di dinding. Bagaimana Anda bisa berpikir jernih kalau keadaan ruangan Anda seperti ini, apalagi mengerjakan sesuatu?


Tapi ternyata keadaan berantakan itu mungkin baik bagi Anda. Menurut sebuah penelitian yang terbit pada tahun 2013 dalam Psychological Science, para peneliti dari Universitas Michigan menemukan bahwa keadaan sekitar yang berantakan sebenarnya bisa menstimulasi kreativtas. Sebagai bagian dari penelitian tersebut, para mahasiswa diminta menyelesaikan tugas-tugas yang melibatkan penemuan ide-ide baru, dan mereka yang lebih banyak mendapatkan ide-ide baru—dan ide-ide yang lebih inovatif—ternyata telah bekerja di dalam area yang berantakan.

Hal ini berlawanan dengan keyakinan selama ini bahwa keadaan sedemikian membuat hidup tidak teratur dan tidak efisien atau, keadaan yang berantakan itu menjadi penghalang bagi Anda—dan bahwa jika Anda bisa menyederhanakan dapur tempat Anda memasak, menghentikan kebiasaan berantakan, maka Anda akan mempunyai lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas Anda. Begitulah ajaran yang ditanamkan oleh guru-guru yang gila akan kebersihan seperti Marie Kondo, yang buku best-seller-nya The Life-Changing Magic Of Tidying-Up dan yang lain-lain yang serupa kini merupakan bagian dari tren pengelolaan rumah yang mencakup segala sesuatu seperti wadah sepatu dan buku-buku petunjuk bagi para pengelola profesional yang akan datang ke rumah Anda dan membuang semua barang-barang yang tak perlu dari rumah Anda. Menurut penelitian oleh Freedonia Group, bisnis ini merupakan segmen ekonomi yang bernilai hingga $8 miliar (dan terus meningkat), namun temuan Universitas Michigan ini merupakan alasan yang cukup untuk berhenti sejenak ambil napas: Mungkin keadaan berantakan dan ketidakteraturan hingga tingkat tertentu bukan hanya bisa ditoleransi tetapi juga disukai. Lagipula, alam ini tidaklah benar-benar teratur dan terorganisir. Bahkan taman pun penuh dengan keberantakan yang indah—dan itulah yang membuat taman-taman tersebut hebat.

Keadaan berantakan adalah sesuatu yang menciptakan indera intrinsik bagi orang-orang kreatif, seperti Jeremy Miller, seorang penulis yang tinggal di Houston. “Umumnya, saya adalah seorang yang teratur,” kata Miller. “Jika ada sesuatu yang berserakan, itu bisa menyebabkan saya stress. Saya bukanlah orang yang gila kerapian, tapi saya harus menjaga sesuatu tetap rapi. Saya menyukai harmoni dan suasana hening.” Tapi Miller menemukan bahwa kecenderungannya akan kerapian menjadi penghalang baginya sevagai novelis. Bagaimana solusinya? Dia sengaja membuat kantornya menjadi berantakan. Miller.

Miller pertama kali menemukan manfaat keberantakan ketika dia sedang menempuh S2 dalam bidang penulisan kreatif di Universitas Miami di Ohio. “Bagi saya, ide-ide itu sebenarnya berantakan ketika baru mulai, dan saya merasa nyaman berada di ruang itu, saya membuat catatan-catatan ide-ide saya yang kemudian saya tempel di dinding kantor saya, juga foto-foto yang memberi inspirasi yang saya ambil dari majalah-majalah. Rasanya seperti ada sesuatu yang sedang memasak sepanjang waktu.  

Dan jauh dari menghalangi, catatan-catatan tersebut malah bisa mengarahkannya menemukan terobosan ketika Miller mengalami mati ide. “Saya menuliskan ide-ide yang saya suka yang tidak akan hilang sejak mulanya. Dan melihat ide-ide itu kembali beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian, saya temukan bahwa saya bisa menyambungkan ide-ide tersebut dengan tepat pada ide-ide yang lain.”

Dalam bukunya yang berjudul A Perfect Mass, seorang profesor dari Columbia Business School yaitu profesor Eric Abrahamsson berpendapat bahwa terlalu rapi bisa menjadi penghalang dan pengganggu kerja produktif. Sementara kebanyakan orang setuju bahwa terlalu berantakan juga bisa menimbulkan masalah (baca“Are You A Hoarder? Or Just Messy?”) untuk mengukur seberapa buruk masalah keberantakan Anda sebenarnya), ada spektrum yang lebar antara kekacauan (keberantakan) dan keteraturan (kerapian). “Kebanyakan orang menduga bahwa mereka terlalu berantakan dan tak teratur dan percaya bahwa mereka bisa saja berpindah dari keadaan berantakan ke kerapian,” kata Abrahamsson di dalam bukunya.

Jadi daripada mengkhawatirkan apakah Anda terlalu berantakan atau tidak, atau menghabiskan waktu berjam-jam berusaha menata bantal-bantal di sofa hingga serapi mungkin dan merapikan setiap sepatu yang ada di depan pintu, bersantailah. Ketika tiba waktunya bersih-bersih, lihatlah What The Buddhists Can Teach Us About Household Chores (Apa yang Diajarkan Budha tentang Pekerjaan Rumah Tangga), dan dekati tugas-tugas Anda dengan tanpa perlu merasa cemas bahwa segalanya harus beres. Jika pakaian Anda terlalu banyak, tentu saja, jangan sungkan-sungkan untuk membuang sebagian. Tapi jangan khawatir bahwa Anda tidak menjalankan kehidupan terbaik hanya karena ada lembar-lembar kertas di meja Anda, piring-piring kotor di bak cuci, atau pakaian-pakaian kotor di lantai. Rumah yang berantakan bisa jadi menunjukkan adanya kehidupan yang berjalan baik.

https://www.yahoo.com/health/the-surprising-health-benefits-of-1355898872242230.html

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger