“Kalian apa nggak kasian sama Luna, usahanya habis. Dia juga harus mem-PHK 100 karyawannya karena masalah ini,” kata pengacara O.C. Kaligis baru-baru ini.
Kepada O.C. Kaligis, Luna mencurahkan isi hatinya. Dia menanyakan mengapa dirinya diperlakukan seperti penjahat yang merugikan Negara, padahal ia bukan koruptor. Belum lagi, maraknya pemberitaan yang ada, terlalu melebih-lebihkan tentang kasusnya.
“Kemarin dia nangis, sampai tidak bisa berkata apa-apa. Dia bilang,emang dia bikin kasus apa?”
Yang menyakitkan hati, menurut O.C. Kaligis, usaha dan karir yang dirintisnya selama betahun tahun, luluh lantak. Padahal, uang yang diperoleh untuk membangun usahanya diperoleh dengan kerja keras.
“Katanya azas praduga tak bersalah. Kasihan dong. Mereka juga belumngomong apa-apa, sudah diadili seperti ini. prosesnya kan masih berjalan, biarkan berjalan dahulu, baru mengadili,” kata Kaligis, seperti yang dikutip Lampung Post, Sabtu, 21 Juni 2010.
Normatif sekali Kaligis. Tak perlu diingatkan, orang tentu punya rasa kasihan, rasa iba, selama orang itu masih waras, alias tidak sedang mengalami gangguan jiwa. Kita tentu tidak terlalu bodoh untuk tidak memahami hal ini. Kita tentu cukup beradab untuk sekedar menyadari betapa kita perlu mengasihi sesama. Kita tentu tidak dalam keadaan yang terlalu detached, sehingga tidak punya rasa kasihan, mati rasa. Jangankan pada Luna Maya, pada penjahat pun kita punya rasa kasihan. Tetapi apakah berlebihan jika orang bereaksi, apalagi terhadap sesuatu yang luarbiasa, seperti kasus video mirip Ariel-Luna ini.
Reaksi orang terhadap beredarnya video mirip Ariel-Luna itu adalah reaksi yang spontan, bukan karena tidak kasihan pada Luna, dan tidak direncanakan untuk menjatuhkan Luna. Toh, dari dulu juga Luna aman-aman aja, tidak ada yang mengganggu bisnisnya, atau urusan keartisannya.
Apakah kemunculan video heboh yang diduga mirip Luna itu harus didiamkan saja, tidak diambil tindakan apa-apa, demi untuk menyelamatkan Luna, karirnya, dan bisnisnya. Kalau demikian adanya, alangkah naïfnya kita.
Bukankah kita punya agenda untuk menyelamatkan anak-anak kita dari bahya pornografi, dan akibat pergaulan bebas, yang akibatnya sudah pula kita rasakan dalam kehidupan kita sehari-hari. Kita mati-matian membendung arus pornografi lewat internet, yang setiap saat, saat kita lengah, mengancam jiwa anak-anak kita, bahkan yang masih balita.
Kita bahkan telah membuat undang-undang untuk membantu mengatasi hal itu.
Hampir setiap hari kita melihat dan mendengar berita kekerasan seksual dengan pelaku anak-anak, di kotamaupun di desa. Ini semua memerlukan perhatian dan kerja keras, dan energi yang tidak sedikit. Dan ini lebih penting dari sekedar mengurusi bisnis atau karir seorang Luna Maya.***
0 comments:
Post a Comment