Dalam kehidupan sehari-hari, kita enggan bertukar pakaian dengan orang lain, dan memakainya. Apalagi bila pakaian itu penuh keringat. Namun lain halnya di sepakbola. Para pemain sepakbola tidak segan-segan bertukar pakaian, dan memakai pakaian lawannya, meskipun pakaian itu kotor dan bau. Mungkinkah kebiasaan para pemain sepakbola ini akan terjadi juga dalam jenis kehidupan yang lain. Siapa tahu.
Tradisi pemain sepakbola bertukar kostum yang penuh keringat dengan pemain lawan tandingnya, setelah permainan usai (kadang-kadang pada separuh permainan), adalah sesuatu yang tidak aneh dan asing lagi. Menurut FIFA, pertukaran kostum ini yang pertama kali tercatat adalah pada tahun 1931, ketika tim Perancis meminta kostum lawannya, tim Inggris, sebagai kenang-kenangan untuk merayakan kemenangan 5-2 mereka atas tim Inggris yang bersejarah, di Colombes. Namun, pertukaran kostum yang paling dikenang—dan yang dipandang sebagai awal kegilaan ini di jaman modern—adalah ketika si legenda sepakbola Pele bertukar kostum dengan Bobby Moore, setelah pertandingan Piala Dunia antara Brazil dan Inggris pada tahun 1970.
Mengapa mereka melakukan ini?
Bukan, ini bukan dimaksudkan untuk menghina lawan dengan menjadikannya tempat pembuangan pakaian kotor Anda, ini sebenarnya adalah untuk menunjukkansportsmanship mereka, para pemain. Setelah berjuang di lapangan selama 90 menit, bertukar kostum adalah salah satu cara untuk menunjukkan respek dan pertemanan antara para petarung itu. Tentu saja ada pemain sepakbola yang menolak bertukar kostum karena, ya, hanya karena mereka tidak menghendaki pakaian orang lain yang basah oleh keringat. Sementara, ada pula, pemain lain, yang tidak peduli dan bahkan memakai pakaian yang bau itu sebagai cara untuk menunjukkan rasa hormat yang tinggi. Atau karena ada keinginan yang tinggi untuk mencoba pakaian lain, betapa pun kotornya.
Tim-tim sepakbola menggunakan perlengkapan-perlengkapan baru untuk setiap pertandingan, jadi memberikan sepotong kostum bukanlah masalah besar bagi para pemain. Ketika Pele bermain untuk New york Cosmos, crew-nya menyediakan sebanyak 25-30 potong kostum untuk memenuhi segala kemungkinan permintaannya—sebuah contoh ektrem betapa seorang pemain terbaik dari tim lawan biasanya menjadi yang paling diinginkan. Tetapi, di samping seorang legenda sepakbola seperti Pele atau Cristiano Ronaldo, pertukaran kostum biasanya dilakukan secara sembarang saja, yang dilakukan dengan siapa saja yang kebetulan ada di dekatnya, atau dengan seorang pemain yang dianggap telah melakukan permainan yang mengesankan.
Sebagian pemain mengumpulkan kostum-kostum sebagai kenang-kenangan selama karir mereka di sepakbola dan sebagian lainnya mungkin menggunakannya untuk diberikan kembali sebagai hadiah, untuk mendapatkan uang, dan untuk kegunaan dekoratif.
Akan tetapi, walaupun setelah 79 tahun, praktik ini harusnya mulai dilakukan juga dalam kehidupan yang lain, meskipun ada iklan di Jozy Altidore’s SportsCenter ad yang bisa mempengaruhi pikiran Anda. Mungkin, suatu hari, kebiasaan ini akan terjadi pula di kantor-kantor, gedung bioskop, dan di pesta-pesta ulang tahun, di mana saja.
(Yahoo! Sports/ Brooks Peck)
Photo: Getty Images
0 comments:
Post a Comment