Tammy Strobel dan suaminya, Logan Smith, di apartemen mereka yang seluas 400 foot persegi di Portland, Ore. (Leah Nash for The New York Times) |
JADI di manakah kebahagiaan itu berada bagi konsumen? Para sarjana dan peneliti belum berhasil menentukan apakah Armani akan membuat Anda lebih bahagia daripada Dolce & Gabbana. Tetapi mereka telah menemukan bahwa barang apa yang kita beli, ukuran dan frekuensinya, dan bahkan waktu kita membeli barang tersebut semuanya berpengaruh terhadap kebahagiaan jangka panjang.
Salah satu penemuan utama adalah bahwa membelanjakan uang untuk membeli sebuah pengalaman—seperti membeli tiket konser, membiayai kursus bahasa Perancis, membiayai kursus menggulung sushi, membayar sebuah kamar hotel di Monako—akan menghasilkan kebahagiaan yang lebih lama daripada hanya membelanjakan uang untuk membeli barang.
“Lebih baik pergi berlibur daripada membeli sebuah sofa baru, itulah ide pokoknya,” kata Profesor Dunn, meringkas hasil riset yang dilakukan oleh dua orang rekan psikolognya, Leaf Van Boven dan Thomas Gilovich. Sedangkan kajiannya sendiri adalah sebuah paper yang dia tulis dengan kolega-koleganya di Harvard dan Univerisity of Virginia: “Jika Uang Tidak Bisa Membuat Anda Bahagia Bisa Jadi Karena Anda Tidak Membelanjakannya dengan Benar.” (The Journal of Consumer Psychology berencana akan menerbitkan paper tersebut dalam edisinya mendatang)
Thomas DeLeire, seorang associate professor bidang public affair, populasi, kesehatan dan perekonomian di University of Wisconsin , Madison , baru-baru ini menerbitkan penelitian yang menguji sembilan kategori utama konsumsi. Dia menemukan bahwa satu-satunya kategori yang secara positif berhubungan dengan kebahagiaan adalah waktu luang (leisure): liburan, hiburan, olahraga dan peralatan seperti golf club dan alat memancing.
Dengan menggunakan data dari sebuah studi yang dilakukan oleh National Institute on Aging, Profsor DeLeire membandingkan kebahagiaan yang didapat dari berbagai level belanja yang berbeda-beda dengan kebahagiaan yang didapat orang dari perkawinan. (Studi menunjukkan bahwa perkawinan menambah kebahagiaan).
“Sebuah peningkatan sebesar $20.000 untuk belanja liburan menurut perhitungan kasar ekuivalen dengan kebahagiaan yang didapat dari perkawianan,” katanya, dia menambahkan bahwa membelanjakan uang untuk kegiatan liburan tampaknya membuat orang tidak merasa kesepian dan meningkatkan interaksi mereka dengan orang lain.
Menurut retailer dan analis, para konsumen telah bergeser lebih ke arah belanja untuk pengalaman daripada untuk barang selama beberapa tahun terakhir ini, dengan memilih membelanjakan uang ekstra mereka untuk hiburan bersama keluarga di rumah, menonton film dan bermain games—atau untuk melakukan “staycations” di halaman belakang rumah. Banyak profesional retailing berpikir bahwa hal itu tidak ada jeleknya, melainkan sebuah keadaan “normal baru.”
“Saya pikir banyak di antara perubahan-perubahan ini yang bersifat permanen,” kata Jennifer Black, presiden dari perusahaan riset retailing Jennifer Black & Associates dan seorang anggota Penasehat Gubenur untuk Masalah Ekonomi di Oregon. “Saya kira sekarang ini orang menyadari bahwa mereka tidak membutuhkan apa-apa yang dahulu mereka punya. Mereka sekarang lebih tertarik menciptakan memori,” katanya.
Dia sebagian besar menghubungkan masalah ini dengan perhatian dari generasi baby boomer tersebut yang terus menerus tentang pasar kerja dan kemampuan mereka mengirim anak-anak mereka ke perguruan tinggi. Meski mereka tetap berbelanja, namun jumlahnya dikurangi, katanya, mereka telah menata ulang prioritas.
Meski tampaknya tidak mungkin bahwa kebanyakan konsumen akan melakukan pengurangan sebanyak yang dilakukan oleh Ms. Strobel, namun banyak di antara mereka, ya, secara mengejutkan merasa bahagia hidup dengan lebih sederhana. Grup konsultasi Boston mengatakan dalam sebuah laporan di bulan Juni bahwa kegusaran akan resesi telah mendorong orang melakukan “gerakan back-to-basics,” terhadap sesuatu seperti rumah dan peningkatan arti penting keluarga dalam dua tahun terakhir ini, sedangkan sesuatu seperti kemewahan dan status telah menurun. (yahoo.com)
Lebih Bahagia dengan sedikit Harta (3)
Lebih Bahagia dengan sedikit Harta (3)
0 comments:
Post a Comment