Sehingga, sebelum dia meninggalkan Buenos Aires pada bulan Mei lalu, dia mendaftar untuk sebuah akun di JDate, dengan harapan bahwa situs kencan untuk orang-orang Yahudi single ini akan menjadi sebuah selingan yang menyenangkan dan sebagai kendaraan untuk mencari kenalan baru.
Sebenarnyalah hal itu menjadi selingan dan kendaraan untuk mencari kenalan baru, dan juga merupakan sebuah lubang jelajah menuju sebuah subkultur yang asing yang dia temukan agak aneh namun menghibur. Fineman mengirim hasil observasinya ke teman-temanya, yang kemudian mem-forward –nya ke teman-teman lain yang mempunyai pengalaman serupa. Responnya sangat positif, sehingga dia membuat sebuah blog, FiftyFirstJDates.com, guna untuk mendokumentasikan pengalaman-pengalamannya bertemu dengan para pengunjung JDate di D.C. yang aneh, menyedihkan dan (kadang-kadang) lucu itu.
“Ada banyak sekali intrik-intrik kecil yang sembarangan ditemukan pada situs tersebut dan pada cara situ situs bekerja,” katanya. Salah satunya adalah yang berbunyi seperti “inilah yang dilakukan oleh semua orang namun tidak dibicarakan oleh seorangpun.”
Khususnya antara orang-orang yang berusia awal 20-an, kencan online masih menyandang sebuah stigma sebagai sebuah tempat orang-orang putus asa berkumpul. Akan tetapi begitu dia mulai bicara secara terbuka mengenai hal itu, Fineman terkejut betapa banyak teman-temannya yang mengaku mereka melakukan itu, atau sedang berpikir akan melakukannya, tetapi takut untuk mulai mencoba. Dia berharap bahwa dengan mentertawakan absurditas tersebut, dia bisa membantu sedikit menormalisasi keadaan itu.
Fineman menulis e-mail hanya untuk kencan-kencan pertamanya, tidak menggunakan nama asli dan selalu menulis dengan seijin sang cowok. Dia mendapati kesenangan dari keunikan-keunikan yang dia temukan pada situs tersebut—kalimat godaan seperti “Ayo kita tebus dosa kita bersama-sama” atau “Cepat panggil dokter, kamu telah membuat jantungku berhenti”—dan penggunaan nama-nama yang menggelikan seperti “IbuSetuju33” dan “NenekMuAkanMenyukaiAku.”
Di D.C., katanya, dunia perkencanan JDate menjadi sangat kecil. Dia berhasil mendapat kecocokan dari sekitar 13 orang teman yang pernah pergi dengan dia sejak bulan Mei lalu. Yang lebih menggetarkan adalah pengalaman melihat seseorang di dunia nyata yang wajahnya hanya dia kenali dari profil mereka secara online.
Pada suatu malam dengan teman-temannya baru-baru ini, dia melihat seorang teman kencannya di JDate yang dengan jelas baru pertama kali melakukan kencan. “Dan dia melihat saya dan dia tahu dan saya tahu … dan kemudian kami memalingkan muka,” katanya. Tetapi kencan si cowok itu tampaknya berjalan dengan baik. Si cewek tampak suka. Si cowok tampak suka—Anda bisa tahu itu dari bahasa tubuh mereka.
Fineman membuat beberapa pokok-pokok bimbingan dalam melakukan kencan di JDate: Jangan terlalu banyak berkirim e-mail (“jika Anda membuat hubungan secara online, tidak selalu berarti berhubungan di dunia nyata). Minuman lebih baik daripada kopi (di sini dia mengutip “Miilionaire Matchmaker” dari Bravo, Patti Stanger—“Kopi itu murah, makan siang itu adalah wawancara, minuman adalah sebuah audisi, makan malam adalah sebuah roman”). Jangan terlalu memberi harapan, dan buatlah ekspektasi yang serendah mungkin. “Kencan-kencan yang saya lakukan dengan ekspektasi yang paling kecil adalah kencan yang paling saya suka,” katanya.
Tentu saja, blog tersebut telah mebuat acara kencan menjadi lebih aneh untuk dimulai. Dia biasanya mengatakan pada cowok-cowok itu setelah kencan pertama mereka. Tetapi semenjak blog itu berhasil menarik perhatian—Huffington Post banyak memuat tulisan dari blog tersebut—sebagian pria mengenal tulisan-tulisannya sebelum mereka mengenal dirinya. Serang pria baru-baru ini mengaku bahwa dirinya sedang menunggu dia (Fineman) mengatakan hal itu. (Untungnya si lelaki itu adalah penggemar tulisan-tulisannya).
“Hal itu menimbulkan sebuah dilema menarik untuk saya,” katanya. “Ya, saya ingin menjadi seorang penulis hiburan, tetapi saya bergabung dengan situs ini juga dengan sebuah alasan.”
Apakah Fineman akan melakukan sampai 50 kencan, hanya waktu yang akan bercerita.”Ada banyak sekali kencan,” akunya. Tapi meski dia tidak mengaku, bukan berarti bahwa situs tersebut tidak sukses. (llen McCarthy Washington Post)
0 comments:
Post a Comment