Prekeonomian A.S. Semakin Tergantung dengan Orang Kaya

A pedestrian walks by a Tiffany & Co. jewelry store in Philadelphia. Tiffany & Co. (AP file photo)
yahoo.com

SIAPA yang peduli bagaimana orang kaya membelanjakan uangnya?
Well, mungkin kali ini kita harus peduli. Belanja konsumen menurut perhitungan kasar adalah dua pertiga dari produk domestik kotor AS, atau dari keseluruhan nilai dari semua barang dan jasa yang diproduksi negara itu. Dan belanja oleh kaya sekarang tercatat sebagai pangsa belanja konsumen terbesar dalam sekurangnya 20 tahun terakhir ini. 
Menurut riset terbaru dari Moody Analitics, 5% dari orang Amerika dengan income tertinggi berbelanja sebanyak 37% dari seluruh belanja konsumen di negeri itu. Belanja ini termasuk pengeluaran konsumsi, bunga yang dibayar atas kredit dan biaya transfer.
Sebagai kontras, 80% orang Amerika dengan income terendah berbelanja sebanyak 39,5 persen dari seluruh belanja konsumen di negeri itu.
Tidaklah mengejutkan, tentu saja, jika orang kaya berbelanja sebanyak itu, karena penghasilan mereka memang jauh tak seimbang dibandingkan dengan orang miskin. Menurut ekonom Emmanuel Saez dan Thomas Piketty, 10% orang dengan penghasilan tertinggi mengantongi setengah dari total income A.S. pada tahun 2007.
Yang mengejutkan adalah berapa banyak dari ekonomi konsumen kita sekarang ini tergantung pada orang kaya, dan bagaimana ketergantungan itu telah semakin bertambah ketika A.S. bangkit dari resesi. Pada kuartal ke tiga tahun 1990, 5% orang dengan income teratas tercatat berbelanja 25% dari keseluruhan belanja konsumen. Angka itu relatif bertahan sampai pertengahan tahun 1990, sebelum mulai naik mencapai lebih dari 30%. Angka itu turun pada tahun 2003 dan tahun 2008, tetapi mulai naik lagi pada tahun 2009 di tengah-tengah kebangkitan bull market yang terbesar sepanjang sejarah, dengan Rata-Rata Industri Dow Jones naik mendekati 50% dalam sembilan bulan terakhir di tahun itu.
Mark Zandi, ekonom kepala pada Moody’s Analitics, mengutip dua alasan utama kenaikan itu. Pertama, orang kaya panik selama masa krisis financial dan berhenti berbelanja. Ketika pasar membaik, mereka keluar dari selnya dan mulai berbelanja lagi. “Saya kira kemauan yang tadinya ditahan-tahan itu kemudian dilepaskan,” katanya. “Ketika itu terjadi tingkat belanja yang tinggi luar biasa,” katanya.

Alasan kedua adalah bahwa orang-orang yang tergolong dalam kelompok income menengah dan rendah sedang berjuang melunasi utangnya dan tetap bertahan bekerja di tengah-tengah meningkatnya angka pengangguran, sesuai dengan data hari Jumat kemarin. Hal itulah yang menghalangi belanja mereka.
Data itu boleh jadi merupakan sebuah pertanda lebih jauh bahwa A.S. kini sedang menjalani ekonomi Plutonomian yang tergantung pada belanja dan investasi dari orang-orang kaya. Dan Plutonomi adalah jauh kurang stabil jika dibandingkan dengan ekonomi yang dibangun atas dasar income yang terdistribusi secara lebih merata dan komsumsi massa. “Saya tidak pikir itu sehat bagi perekonomian untuk sangat tergantung pada distribusi imcome 2% teratas,” kata Mr. Zandi. Dia menambahkan bahwa, “Dalam jangka pendek hal itu akan menandai rapuhnya recovery ekonomi.”
Faktanya, belanja orang kaya akhir-akhir ini mungkin tidak bisa dipertahankan. Rata-rata tabungan mereka telah menyusut dari lebih 28% pada tahun 2008 hingga mencapai negatif 7% pada kuartal pertama tahun 2010, menurut data Moody’s Analitics. Mereka masih mempunyai banyak tabungan. Tetapi penarikan tabungan besar-besaran seperti dalam dua tahun terakhir ini tampaknya tidak akan berlanjut dengan besaran yang sama.
 “Saya kira kita sudah merasakan penurunan belanja dari kelompok orang-orang kaya ini,” kata mr. Zandi.
Dan keadaan ini harusnya menjadi kekhawatiran kita semua.(yahoo.com)

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger