Benarkah "Boleh Begini, Tapi Bukan Begitu" Itu?



boleh begini, tapi bukan begitu


“Boleh begini, tapi bukan begitu,” demikian bunyi salah satu iklan di televisi.

Cermatkah kalimat di atas. Tepatkah penggunaan kata penghubung ’tapi’ dalam kalimat di atas. Bagaimanakah logika dalam penggunaan kata penghubung ‘tapi’ dalam kalimat di atas.

Kata penghubung ‘tapi’ lazimnya menghubungkan dua kalimat yang mengandung makna yang bertentangan (kontras) menurut logika, atau tidak logis, atau dua kata yang maknanya bertentangan, seperti dalam kalimat, “Tubuhnya kecil, tapi tua.” Dalam kalimat ini, kata kecil bermakna bertentangan dengan tua, menurut logika, karena tubuh yang kecil biasanya tidak tua. Begitu juga dengan kalimat, “Dia  banyak makan, tapi badannya tetap kurus,” dalam kalimat ini, frasa ‘banyak makan’ bertentangan dengan frasa ‘badannya tetap kurus’ karena biasanya orang yang banyak makan badannya gemuk.

Hal ini dipertegas oleh Kamus Bahasa Indonesia Online (KBIO). Dalam KBIO, dijelaskan, makna kata ‘tapi’ atau ‘tetapi’ adalah: kata penghubung intrakalimat untuk menyatakan hal yg bertentangan atau tidak selaras: orang itu kaya, -- kikir; rumah ini besar, -- sudah rusak; akan -- , penghubung antarkalimat atau antarparagraf untuk menyatakan hal yg bertentangan atau tidak selaras: akan -- , masalahnya tidak semudah itu.

Tapi apakah hal yang bertentangan atau tidak selaras dalam frasa ‘boleh begini, tapi bukan begitu’ di atas.

Kalau dikaji, menurut contoh dalam KBIO di atas, hal yang bertentangan atau tidak selaras dalam frasa tersebut adalah adalah ‘boleh begini’ dengan ‘bukan begitu,’ atau dengan kata lain, frasa ‘boleh begini’ bertentangan makna atau tidak selaras dengan ‘bukan begitu.”

Tapi menurut logika, kedua frasa itu bukannya bertentangan makna atau tidak selaras semata, namun  keduanya memang tidak mempunyai hubungan sebab akibat. Lain halnya dengan kalimat ‘orang itu kaya, tetapi kikir,’ atau ‘rumah ini besar, tetapi sudah rusak.’ Dalam kedua kalimat ini terdapat hubungan sebab akibat; karena orang itu kaya, dia pemurah; kaya menyebabkan dia menjadi pemurah. Kalau orang itu kaya, tetapi tidak pemurah, maka terdapat makna yang bertentangan atau tidak selaras. Begitu juga dengan kalimat, ‘rumah itu besar, tetapi sudah rusak,’ dalam hal ini makna frasa ‘rumah itu besar’ tidak selaras ‘sudah rusak’ karena rumah yang besar tidaklah layak disebut rumah besar kalau sudah rusak (rumah yang besar selayaknya bagus dan indah).

Oleh karena itu frasa ‘boleh begini, tapi bukan begitu’ tidak mengandung makna yang logis dan masuk akal karena tidak menyatakan hal yang bertentangan atau tidak selaras.

Supaya masuk akal dan logis, kata ‘boleh’ harus disandingkan dengan kata ‘jangan’ atau ‘tidak boleh’ sehingga terdapat makna yang bertentangan atau tidak selaras, sebagaimana ‘boleh’ bertentangan dengan ‘jangan’ atau ‘tidak boleh.’

Jadi frasa di atas seharusnya berbunyi ‘boleh begini, tapi jangan begitu’ atau ‘boleh begini, tapi tidak boleh begitu.’

Bagaimana menurut Anda?

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger