Bukalah Kacamatamu

http://www.smallestspycamera.com/images/Spy_Sunglasses.gif


KEKI menyaksikan para pejabat, dan istri para pejabat kita yang mengenakan kacamata hitam setiap kali melakukan kunjungan ke daerah, dan bergaya seperti selebriti Ibu Kota, bersalam-salaman dengan masyarakat dengan kacamata hitam tetap bertengger di atas hidungnya, wajah mereka tersenyum, tetapi pandangan matanya entah ke mana.


Berkunjung ke masyarakat bagi pejabat, selain untuk mendengarkan aspirasi masyarakat yang bersangkutan, tentu untuk berbagi rasa dengan mereka--antara pejabat dan masyarakat. Namun bagaimana mau berbagi rasa kalau mata sang pejabat ditutupi kacamata hitam, bukanlah rasa itu terpancar dari mata. 

Di samping itu, dalam psikologi masyarakat kita, khususnya masyarakat daerah pedesaan (rural), penggunakan kacamata hitam adalah lambang kesombongan, snobishme, dan eksklusifisme. Siapa saja yang mengenakan kaca mata hitam di depan publik dianggap memiliki salah satu dari sifat-sifat di atas, atau keseluruhannya. Di mata masyarakat pedesaan, orang yang mengenakan kacamata hitam dianggap bukan bagian dari mereka, dan menjaga jarak dengan mereka. Acap kali, orang yang mengenakan kacamata hitam di tengah publik itu dicibiri, baik secara terus terang atau secara diam-diam di belakang mereka. Dan tampaknya sifat-sifat seperti ini masih bertahan di masyarakat kita, belum ada tanda-tanda akan hilang tergerus modernisasi.

Tentu kita maklum, kacamata hitam (sunglasses) berguna untuk menangkal cahaya matahari langsung ke mata kita, atau untuk melindungi mata kita dari sengatan sinar matahari, dan tentu, itulah tujuan dari para pejabat itu mengenakan kacamata hitam ketika melakukan kunjungan ke derah di siang hari, ketika sinar matahari masih menyengat. Tetapi masyarakat pedesaan tidak mudah memahami hal ini karena melindungi mata dengan kacamata hitam bukanlah kebiasaan mereka, dan mengapa harus menggunakan kacamata hitam untuk melindungi mata. Mereka punya cara lain untuk melindungi mata mereka, dengan mengenakan topi, misalnya.

Dan, apalagi, dalam kehidupan sehari-hari, hanya artis-artis dan selebriti Ibu Kota dan turis asing yang mereka lihat mengenakan kacamata hitam, sebuah hegemoni yang berjarak sangat jauh dengan kehidupan nyata mereka sehari-hari.

Maka ketika mereka melihat orang kita, tak terkecuali para pejabat dan istri para pejabat,  mengenakan kacamata hitam, kesan yang timbul di benak mereka adalah orang tersebut punya pretensi sebagai artis atau turis asing, dan menjaga jarak dengan mereka, yang sama jauhnya dengan jarak antara mereka dengan artis-srtis Ibu Kota, atau dengan turis asing.

Lalu, kalau kunjungan para pejabat dan istri pejabat dipenuhi dengan pretensi seperti itu, maka tidak akan tercipta kedekatan, suasana yang tulus dan harmonis antara pejabat dan masyarakat karena seperti ada gap di antara mereka. 

Oleh karena itu, para pejabat atau istri pejabat hendaklah mempertimbangkn hal-hal seperti ini sebelum mereka memutuskan mengenakan kacamata hitam dalam melakukan kunjungan resmi ke masyarakat pedesaan, apalagi jika dalam kunjungan tersebut ada interaksi langsung dengan masyarakat, seperti bertanya jawab atau bersalam-salaman.

Mengenakan kacamata hitam ketika melakukan rekreasi tentu saja diperbolehkan, pantas, dan memang pada tempatnya. Tetapi mengenakan kacamata hitam ketika melakukan kunjungan ke masyarakat desa kiranya kurang pantas dan kurang bijaksana, apalagi jika sang pejabat tersebut mengklaim dirinya sebagai sosok yang memasyarakat. 

Apa susahnya menahan diri sebentar menantang sinar matahari dengan mata telanjang, atau dengan mengenakan topi yang memang merupakan bagian dari kehidupan masyarakat sehari-hari, yang lebih merakyat. Cara demikian tentu akan lebih berterima dan menimbulkan kesan yang lebih mendalam di mata masyarakat.***

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger