www.epaper365.com |
Di tengah-tengah kecamuk perang dan serbuan udara pasukan koalisi atas Libia saat ini, ada yang mengatakan serbuan pasukan koalisi yang berdasarkan resolusi DK PBB nomer 1973 tersebut adalah ambisi negara-negara barat untuk merebut kekayaan minyak negara itu, dan motif terselubung lainnya.
Benarkah pendapat tersebut atau benarkah motivasi pasukan koalisi tidak murni untuk kepentingan kemanusiaan, mungkin hanya Tuhan yang tahu jawabannya. Yang kita tahu dari apa yang kita amati adalah bahwa resolusi DK PBB yang kemudian diterjemahkan dengan serangan udara bersama pasukan koalisi tersebut berlandaskan alasan kemanusiaan. Dengan meruncingnya konflik antara pemimpin Libia Moammar Khadafi dan pasukannya dengan rakyat yang beroposisi, ratusan, bahkan mungkin ribuan korban jiwa telah jatuh, baik di pihak oposisi maupun di pihak Khadafi. Jika hal ini dibiarkan, tak ayal, akan lebih banyak lagi korban yang bergelimpangan karena pihak oposisi telah bertekad tidak akan mundur sebelum Khadafi jatuh, begitupun Khadafi, tidak akan menyerah pada pihak oposisi, atau mundur secara legawa.
Banyaknya korban manusia inilah yang yang mendorong DK PBB mengeluarkan resolusi tersebut. Sungguh sebuah resolusi yang bisa dimengerti dan masuk akal mengingat korban manusia yang dimaksud tentu siapa saja manusia yang menjadi korban dalam konflik tersebut, bukan hanya rakyat sipil, rakyat yang bersenjata, tentara; bukan hanya pihak oposisi, tetapi juga termasuk pasukan Khadafi sendiri. Nyawa manusia harus dihargai. Rakyat yang tak bersalah harus dibela. Dan kemanusiaan harus ditegakkan berapapun biaya untuk itu. Dan untuk itu resolusi DK PBB harus dihormati sebagai upaya kemanusiaan, dan harus dibela. Apalagi untuk melakukan itu mereka mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.
Seperti yang dikatakan Obama, apakah kita akan tinggal diam melihat tetangga kita dikejar-kejar, disiksa, dan dibunuh oleh seorang pemimpin yang tiran dan tidak menghargai kemanusiaan. Diam dan pasif dalam hal ini adalah tindakan yang tidak manusiawi.
Dan ketika ada negara lain yang peduli, yang bersedia mengorbankan persenjataan mereka, bahkan nyawa mereka untuk mencegah bencana kemanusiaan itu menjadi lebih buruk, adalah tidak elok jika kita malah mengutukinya, mengatakan ada motif terselubung di balik semua itu.
Mungkin saja ada motif yang terselubung, tapi siapakah yang bisa mengetahui dengan pasti sesuatu yang terselubung? Mengatakan ada motif terselubung di balik itu adalah sebuah tindakan yang prematur kalau tidak mau dikatakan tidak tepat. Apa yang terjadi sekarang ini adalah sekelompok pasukan koalisi yang tengah mengorbankan peralatan tempur mereka yang harganya tidak murah. Dan perasaan cemas dan was-was dari para penerbang pesawat tempur tersebut akan keselamatan mereka. Adalah tidak fair jika pengorbanan yang sedemikian besar tersebut kita lecehkan dan kita kecam, sementara kita sendiri tidak melakukan apa-apa.
Dan kalau pertanyaannya mengapa pasukan koalisi—PBB—tidak melakukan hal yang sama di Mesir, Tunisia, atau Yaman, jawabannya adalah karena pempimpin negara itu tidak pernah, sekurangnya secara terang-terangan, memprovokasi, dan mempersenjatai rakyatnya untuk saling membunuh, dan tidak melanggar gencatan senjata yang dia ajukan sendiri.
Mengapa DK PBB terkesan mendesak mengeluarkan resolusi seperti itu tentu karena mereka sudah mengenal siapa Khadafi. Siapa pun sudah kenal siapa Khadafi. Khadafi sudah dikenal dunia sebagai pariah, pemimpin yang untouchable, nekad, keras kepala, licik, dan bertangan besi yang tidak sungkan-sungkan mengadu rakyatnya sendiri salingbunuh untuk mempertahankan kepentingan politiknya.
Begitu DK PBB mengeluarkan resolusi nomer 1973 kemarin, Khadafi langsung menyatakan gencatan senjata. Tapi dia tidak mematuhi perkataannya sendiri. Dia justru memanfaatkan moment gencatan senjata tersebut untuk melancarkan serangan diam-diam ke pihak oposisi. Gencatan senjata bagi Khadafi adalah sebuah siasat licik untuk menyerang.
Shut up. Berhentilah mengecam. Berhentilah berprasangka buruk. Berhentilah berspekulasi. Berhentilah membuat distorsi berita dengan menayangkan berita tentang segelintir orang yang mencintai Khadafi kalau di pihak lain ada jutaan yang menentangnya.
Simpan dulu rasa curiga. Enyahkan syak wasangka. Tahan semua emosi. Lenyapkan sakit hati sampai kita melihat bukti pasukan koalisi melakukan itu untuk kepentingan mereka sendiri, bukan karena alasan kemanusiaan seperti yang mereka dengung-dengungkan.***
0 comments:
Post a Comment