Bisakah Lompat Tali Membuat Anda Bugar?

Rocky melakukannya. Petinju superstar Manny Pacquiao melakukannya. Dan anak kelas tiga SD yang rambutnya dikepang juga selalu melakukannya. Itulah lompat tali. Haruskah Anda melakukannya pula? Sebagian gyms sekarang sedang berfokus dan merancang bisnis mereka seputar olahraga lompat tali ini, dengan mengklaim bahwa manfaat olahraga lompat tali melampaui metode latihan kardiovaskuler tradisional lainnya.
Dari New York Times:

Edward Jackowski, yang juga merupakan penulis buku “Jump Into Fitness,” menggambarkan lompat tali merupakan sebuah latihan kardiovaskuler  yang intensif yang mempunyai dampak negatif pada punggung dan lutut seperlima dari dampak lari, dan membakar lebih banyak kalori dalam waktu yang lebih singkat. “Lompat tali selama 10 menit sebanyak 150 kali lompat per menit adalah sama dengan  30 menit lari antara enam hingga tujuh mil per jam,” katanya.

Tapi tunggu: 150 kali per menit? Ya, itu jauh lebih intens daripada double-dutch yang sering Anda lihat pada waktu istirahat sekolah SD dulu. Jika Anda hitung secara matematika, 150 kali lompatan per menit adalah sama dengan dua setengah lompatan per detik.
Bisakah Pacquiao melakukan itu? Dan apakah dia harus melakukannya?
“Asumsi saya adalah bahwa lompat tali—lebih dari lari—bisa mempermudah orang terkena cedera stress berulang karena amplitudo (luas ayunan)-nya yang rendah,” kata pelatih kekuatan Boston-area Eric Cressey. “Faktor yang membuat kebanyakan orang melakukan latihan ini tampaknya adalah kelebihan berat badan dan detrained (mencoba-coba), dan Anda tampaknya mencari-cari masalah jika melakukan hal ini.”
Bahkan meski Anda berlatih keras hingga level 150 RPM, kemampuan adaptasi tubuh Anda akan bermain secara langsung melawan Anda. Semakin lama Anda melakukan latihan khusus, semakin efisien Anda melakukannya. Ini adalah isyarat alami  tubuh Anda, sesuai peribahasa practice makes perfect (praktik membuat sempurna).
“Semakin lama Anda melakukan sebuah latihan tunggal,” kata Cressey, “semakin efisien Anda melakukannya—ini berarti bahwa semakin lama Anda melakukan latihan yang sama, semakin sedikit Anda membakar kalori. Hanya melakukan lompat tali saja tidak akan berarti banyak setelah beberapa bulan.”
Jadi jika Anda telah berlatih dengan menggunakan mesin eliptik (elliptical machine) selama enam bulan dan masih belum mendapat hasil apa-apa, lompat tali boleh jadi merupakan pilihan yang tepat, dengan catatan Anda memulainya secara gradual. Akan tetapi, jika Anda benar-benar mencari sebuah perubahan yang efektif dalam latihan kardiovaskuler Anda, Cressey menganjurkan melupakan sama sekali alat-alat latihan kardio dan berfokus pada latihan kekuatan.
Latihan seperti push-ups, squats dan lunges bisa membantu membangun otot, menurunkan berat badan dan, yang paling penting, latihan seperti ini lebih mudah dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Anda lebih besar kemungkinan melakukan squat (berjongkok) untuk mengangkat sebuah kotak daripada melompat di tempat sebanyak 60 kali untuk mengganti bola lampu.
“Saya kira (lompat tali) adalah OK dalam volume yang kecil,” kata Cressey. “Tapi lompat tali jauh dari pilihan pertama saya—bahkan ketika saya bersama-sama dengan orang yang hanya mempunyai sedikit alat. Ada banyak latihan tanpa alat yang bisa dilakukan, yang bisa menyebabkan penurunan berat badan yang lebih banyak, menambah kekuatan, dan memperbaiki mobilitas dengan hanya sedikit resiko cedera.”
Jadi jadilah seperti Rocky: lompat tali sedikit saja, tapi pastikan Anda menurunkan berat badan lebih banyak. (Written by: Nick Bromberg)

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger