Anak-anak yang kelebihan berat badan atau mengalami
obesitas—khususnya gadis-gadis non-Hispanik yang usianya lebih tua—lebih
cenderung mengalami gangguan neurologis yang dikenal sebagai idiopathic intracranial
hypertension (IIH),
sebuah kondisi yang langka yang bisa menyebabkan kebutaan, menurut sebuah studi
terbaru.
Dalam sebuah penelitian cross-sectional yang berdasarkan populasi terhadap 900.000 anak-anak yang berusia antara 2-9 tahun, para peneliti menemukan 78 kasus idiopathic intracranial hypertension pada anak-anak
Kondisi tersebut terjadi kebanyakan pada gadis-gadis berkulit putih non-Hispanik yang mengalami kelebihan berat badan—85 persen dari anak-anak yang menderita IIH adalah anak-anak gadis yang berusia antara 11-19 tahun, yang hampir separuhnya adalah gadis kulit putih non-Hispanik, dan 73 persen di antaranya mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
Bagian pentingnya, studi tersebut juga menemukan adanya hubungan yang erat antara IIH dengan meningkatnya kelas berat badan: anak remaja yang sangat gemuk 16 kali lebih besar kemungkinannya mengalami IIH dibandingkan dengan anak dengan berat tubuh normal; anak-anak yang mengalami kegemukan sedang, 6 kali lebih besar kemungkinan; dan anak-anak yang kebelihan berat badan, 3,5 kali lebih besar kemungkinannya.
“Obesitas pada anak lagi-lagi telah terbukti berhubungan dengan penyakit berbahaya,” kata kepala pengarang penelitian Sonu M. Brara, MD, dari Kaiser Permanente Los Angeles Medical Center Neurology Department.
Dalam sebuah penelitian cross-sectional yang berdasarkan populasi terhadap 900.000 anak-anak yang berusia antara 2-9 tahun, para peneliti menemukan 78 kasus idiopathic intracranial hypertension pada anak-anak
Kondisi tersebut terjadi kebanyakan pada gadis-gadis berkulit putih non-Hispanik yang mengalami kelebihan berat badan—85 persen dari anak-anak yang menderita IIH adalah anak-anak gadis yang berusia antara 11-19 tahun, yang hampir separuhnya adalah gadis kulit putih non-Hispanik, dan 73 persen di antaranya mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
Bagian pentingnya, studi tersebut juga menemukan adanya hubungan yang erat antara IIH dengan meningkatnya kelas berat badan: anak remaja yang sangat gemuk 16 kali lebih besar kemungkinannya mengalami IIH dibandingkan dengan anak dengan berat tubuh normal; anak-anak yang mengalami kegemukan sedang, 6 kali lebih besar kemungkinan; dan anak-anak yang kebelihan berat badan, 3,5 kali lebih besar kemungkinannya.
“Obesitas pada anak lagi-lagi telah terbukti berhubungan dengan penyakit berbahaya,” kata kepala pengarang penelitian Sonu M. Brara, MD, dari Kaiser Permanente Los Angeles Medical Center Neurology Department.
“Penelitian ini merupakan
bukti yang terkuat yang ada hingga saat ini yang membuktikan bahwa obesitas
berhubungan dengan IIH pada anak-anak—penelitian tersebut juga mengisyaratkan
bahwa epidemi obesitas pada masa kanak-kanak cenderung mengarah pada meningkatnya
morbiditas dari IIH, termasuk kebutaan,” katanya.
Studi tersebut semakin menambah bukti dasar tentang data prevalensi obesitas dan pencegahannya di kalangan anak-anak. Awal bulan ini Institute of Medicine telah merilis program Accelerating Progress in Obesity Prevention (Mempercepat Kemajuan dalam Pencegahan Obesitas) yang menawarkan rekomendasi, strategi-strategi, dan langkah-langkah bagi para stakeholders dan berbagai sektor untuk mempercepat progres dalam pencegahan obesitas.
Pada orang dewasa, IIH merupakan gangguan yang relatif langka yang umumnya menyerang kaum wanita yang mengalami obesitas yang berusia antara 20 hingga 40 tahun dengan rata-rata insiden 15 per 100.000 individual. Gangguan tersebut ditandai dengan meningkatnya tekanan di sekitar otak dengan tanpa disertai penyakit lainnya, dengan gejala-gejala termasuk sakit kepala, penglihatan kabur, nausea, dan ketidaknormalan pada gerakan mata. Penyakit ini bisa mengarah pada kebutaan pada sekitar 10 persen pasien, khususnya jika tidak disadari dan tidak diobati dengan baik.
Anak-anak dan orang dewasa di dalam studi tersebut didaftarkan dalam program kesehatan terintegrasi Kaiser Permanente Southern California mulai tahun 2007 hingga 2009. Studi tersebut mencakup mengukur tinggi dan berat badan dan diagnosis IIH.
“Temuan kami ini bisa membantu memperbaiki diagnosis dan cara pengoban IIH terdahulu pada pasien-pasien yang muda,” kata Dr. Brara.
Studi tersebut semakin menambah bukti dasar tentang data prevalensi obesitas dan pencegahannya di kalangan anak-anak. Awal bulan ini Institute of Medicine telah merilis program Accelerating Progress in Obesity Prevention (Mempercepat Kemajuan dalam Pencegahan Obesitas) yang menawarkan rekomendasi, strategi-strategi, dan langkah-langkah bagi para stakeholders dan berbagai sektor untuk mempercepat progres dalam pencegahan obesitas.
Pada orang dewasa, IIH merupakan gangguan yang relatif langka yang umumnya menyerang kaum wanita yang mengalami obesitas yang berusia antara 20 hingga 40 tahun dengan rata-rata insiden 15 per 100.000 individual. Gangguan tersebut ditandai dengan meningkatnya tekanan di sekitar otak dengan tanpa disertai penyakit lainnya, dengan gejala-gejala termasuk sakit kepala, penglihatan kabur, nausea, dan ketidaknormalan pada gerakan mata. Penyakit ini bisa mengarah pada kebutaan pada sekitar 10 persen pasien, khususnya jika tidak disadari dan tidak diobati dengan baik.
Anak-anak dan orang dewasa di dalam studi tersebut didaftarkan dalam program kesehatan terintegrasi Kaiser Permanente Southern California mulai tahun 2007 hingga 2009. Studi tersebut mencakup mengukur tinggi dan berat badan dan diagnosis IIH.
“Temuan kami ini bisa membantu memperbaiki diagnosis dan cara pengoban IIH terdahulu pada pasien-pasien yang muda,” kata Dr. Brara.
“Anak-anak
yang mengalami kelebihan berat badan atau obesitas tampaknya mengalami lebih
banyak gejala IIH sejak awal kegemukan terjadi dibandingkan dengan anak-anak
dengan berat badan normal. Kami menyarankan agar para dokter melakukan screen (pemeriksaan) dengan saksama pada
anak-anak remaja yang mengalami kebelihan berat badan atau obesitas dan
menunjukkan gejala-gejalan IIH, seperti sakit kepala, penglihatan kabur, dan
ketidaknormalan gerakan mata,” katanya. (ANI Jun 3, 2012, 12.00AM IST)
The study was published in The Journal of Pediatrics.
The study was published in The Journal of Pediatrics.
0 comments:
Post a Comment