Ilustrasi artis tentang sistem tata surya alien Kepler-47, sebuah sistem bintang kembar yang merupakan tempat tinggal dari dua planet. Planet tersebut mempunyai dua matahari seperti halnya planet fiksional Tattoine dalam semesta "Star Wars" |
Penemuan planet alien yang
mempunyai dua matahari untuk kali pertama—seperti dunia Tatooine dalam “Stars Wars”—yang berada di dalam zona yang bisa
dihuni dari bintang induk dari planet tersebut merupakan kabar baik bagi
pencarian akan sumber-sumber kehidupan di luar Bumi, kata para ilmuwan.
Planet tersebut, yang
dikenal sebagai Kepler-47c,
adalah merupakan gas raksasa dan oleh karena itu mungkin tidak cocok bagi
kehidupan seperti yang kita ketahui. Namun eksistensinya mengisyaratkan adanya
dunia-dunia yang lebih kecil, yang lebih berbatu yang boleh jadi menghuni zona-zona
yang bisa dihuni dari sistem dua bintang lainnya—yang jauhnya masih dalam
jangkaun di mana air yang cair bisa eksis.
Dan hal itu penting,
karena ada banyak sekali sistem biner di luar sana, kata para ilmuwan.
“Sekitar separuh dari
bintang-bintang yang ada dalam galaksi adalah merupakan sistem biner,” kata
kepala pengarang penelitian Jerome Orosz, dari San Diego State University, pada SPACE.com. “Bahwa kita belum bisa menemukan sebuah sistem seperti
Kepler-47 di mana sebuah planet merupakan zona yang bisa dihuni saya kira hanya
masalah waktu saja.”
Sistem Kepler-47, yang
penemuannya diumumkan pada hari Selasa (28 Agustus, 2012), berada sekitar 5.000
tahun cahaya jauhnya, di dalam konstelasi Cygnus (The Swan). Ini merupakan sebuah sistem biner yang dekat, dengan dua
bintang yang mengorbit berdekatan satu sama lain pada pusatnya. Di sekitar
bintang-bintang tersebut berputar dua buah planet yang dikenal sebagai
Kepler-47b dan Kepler-47c.
Mereka membuat Kepler-47
menjadi sistem yang pertama yang terlihat dengan dunia yang banyak (multiple worlds) yang berputar mengitari
sepasang bintang.
“Jika bintang-bintang
tunggal dan bintang-bintang biner yang dekat bisa menampung sistem-sistem
planet dengan probabilitas yang setara—yang tidak sepenuhnya jelas saat
ini—maka dengan demikian berarti kehidupan di planet-planet circumbinary bisa jadi sama umumnya dengan
kehidupan di planet-planet yang mempunyai bintang tunggal,” kata Orosz.
Kepler-47, yang tampak
sedikit lebih besar daripada Uranus, adalah merupakan dunia luar (outer world). Planet tersebut memerlukan
waktu 303 hari untuk menyelesaikan satu kali orbit, sehingga langsung menempatkan
planet tersebut di dalam zona yang bisa dihuni dari sistem tersebut.
(Kepler-47b sedikit lebih kecil daripada saudaranya yang lain namun jauh lebih
dekat, sehingga membuat planet tersebut jauh lebih panas untuk dihuni makhluk
hidup.)
Kepler-47c itu sendiri
tampaknya bukan merupakan tempat hidup yang baik. Namun bulan-bulan yang besar dari
planet tersebut—jika memang ada—adalah sangat menarik bagi para ahli astrobiologi, kata co-author dalam penelitian tersebut William Welsh di San Diego State University.
Para ilmuwan telah menemukan
beberapa planet ekstrasurya (exoplanet)
yang seukuran Bumi atau lebih kecil, dan mereka berharap akan menemukan lebih
banyak lagi. Teleskop ruang angkasa NASA yang prolifik, yang menemukan
Kepler-47b dan c, adalah merupakan alat kunci dalam pencarian ini.
Sesungguhnyalah, misi
utama Kepler adalah menentukan seberapa lazim planet-planet yang seukuran Bumi terdapat
di dalam zona-zona yang bisa dihuni dari bintang-bintang planet tersebut di
seluruh galaksi. Teleskop tersebut mendeteksi planet-planet alien dengan cara membuat
cahaya pada grafik menjadi pudar ketika planet-planet tersebut melintas, atau
transit, di depan wajah dari bintang-bintang dari planet-planet tersebut dari
perfektif instrumen tersebut.
“Saya kira transit dari
planet yang seukuran Bumi akan sangat sulit dilihat dengan mata, sehingga kita
perlu menyempurnakan program-program pencarian otomatis kita supaya bisa
bekerja pada sistem-sistem biner,” kata Orosz. Ketika Kepler semakin banyak
mendapat data, maka peluangnya semakin besar hingga kita bisa mengidentifikasi
transit-transit yang terkecil dari planet-planet terrestrial.”
Para ilmuwan telah
menerbitkan hasil temuan mereka tersebut dalam jurnal Science versi online pada
tanggal 28 Agustus, 2012 lalu. Mereka juga menguraikan rincian hasil temuan
mereka tersebut di Majelis Umum Persatuan Astronomi Internasional di Beijing,
tanggal 29 Agustus lalu. (By Charles
Q. Choi | SPACE.com – Tue, Sep 4, 2012)
Follow SPACE.com for the
latest in space science and exploration news on Twitter @Spacedotcomand
on Facebook.
Copyright 2012 SPACE.com,
a TechMediaNetwork company. All rights reserved. This material may not be
published, broadcast, rewritten or redistributed.
0 comments:
Post a Comment