Dalam sebuah surat terbuka yang dimuat di Washington Post (yang pemimpinnya, Donald E. Graham, juga merupakan salah seorang direktur di Facebook) pada hari Senin, Zuckerberg menulis bahwa “Facebook mengalami pertumbuhan yang cepat”, dan menambahkan bahwa “kadang-kadang kami melangkah tertalu cepat”.
“Banyak di antara Anda berpikir bahwa sistem kontrol yang kami punya terlalu “kompleks” bunyi surat Zuckerberg. “ Tujuan kami adalah untuk memberi pengawasan yang detil terperinci (granular controls)—oh, Anda mengatakan itu lagi—“Tetapi mungkin bukan itu yang diinginkan kebanyakan orang. Ternyata kami telah melakukan kesalahan.
Zuckerberg berjanji, dalam “beberapa minggu ke depan” urusan privasi kontrol akan lebih mudah digunakan—termasuk sebuah “cara mudah untuk menghindari adanya pihak ke tiga yang ngerecoki” yang akan mengakses akun Anda.
Akan tetapi Zuckerberg tidak hanya mengumumkan adanya fitur-fitur keamanan privasi baru dalam surat terbukanya pada hari Senin tersebut, dia juga mencoba menjembatani adanya gap kepercayaan antara Facebook dan para penggunanya yang semakin lama semakin curiga, khususnya menyangkut adanya laporan ringan minggu lalu yang menyatakan bahwa Facebook (bersama beberapa network yang lain) telah memberikan data-data penggunanya termasuk nama dan ID kepada pemasang iklan (termasuk DoubleClick-nya Google dan Right Media kepunyaan Yahoo), tanpa persetujuan pengguna.
Akan tetapi Zuckerberg juga sedang dipersalahkan soal masa lalunya dengan adanya IM thread yang memalukan, saat dia masih berusia 19 tahun, ketika dia masih menjadi mahasiswa Harvard, di mana dia mengatakan bahwa dia bisa mengumpulkan ribuan data pribadi para pengguna untuk situs TheFacebook.com yang baru akan diluncurkan ketika itu. “Orang-orang memberikan data itu”, tulis Zuckerberg dalam pesannya, “Saya tidak tahu kenapa, mereka ‘mempercayai’ saya. ‘Tolol’.”
Secara alami, kemudian, pesan IM thread kurang ajar itu menyulut kontroversi. Sebagian orang berpendapat bahwa Zuckerberg tidak bisa diminta bertanggung jawab terhadap sesuatu yang dia katakan ketika dia masih remaja, ketika itu (enam tahun yang lalu, untuk mengingatkan Anda). Sebagian yang lain mengatakan bahwa perkataan Zuckerberg itu adalah sebuah sikap yang angkuh terhadap privasi pengguna.
Perdebatan itu tampaknya telah berhasil mempengaruhi Zuckerberg yang kemudian berusaha sekuat mungkin, dalam suratnya hari Senin lalu untuk menekankan “prinsip-prinsip dasar” Facebook, yang di dalamnya termasuk usaha untuk membangun sebuah “dunia baru” yaitu “terbuka dan tersambung” (open and connected).
Zuckerberg juga membeberkan lebih jauh lagi dalam sebuah e-mail kepada seorang blogger Robert Scoble, mengakui bahwa “kami telah membuat banyak kesalahan”, tetapi dia berharap bahwa “orang memahami bahwa sebenarnya niat kami baik”.
Well, sebaimana saya yakin bahwa Zuckerberg mengerti, orang-orang lebih mempercayai perbuatan daripada kata-kata—dan seperangkat privasi kontrol yang sederhana dan mudah digunakan yang telah direnovasi—termasuk, katakanlah pilihan untuk start dari scratch dan opt in ke sharing option daripada harus opt out—akan menjadi sebuah langkah yang tepat. Akan tetapi, membangun kepercayaan kembali di kalangan pengguna Facebook akan memakan waktu lama, dengan proses yang lambat, dan semakin sedikit kesalahan dalam soal privasi pengguna di masa yang akan datang, akan semakin lebih baik.
Apa pendapat Anda tentang surat Zuckerberg? Apakah dia kedengarannya tulus? Akankah Anda tidak berprasangka buruk terhadap Facebook dan reboot soal sistem privasi yang akan dia lakukan? Atau Anda sudah siap meninggalkan Facebook untuk selamanya?***
• Scobleizer: When do you throw a CEO’s privacy under the bus?
— Ben Patterson is a technology writer for Yahoo! News.
0 comments:
Post a Comment