Menemukan Hakekat Menulis

Kita semua tentu pernah ikut bermain–bola volley, tennis, badminton, poker, atau bahkan monopoli. Kenikmatan, dan keberhasilan kita dalam permainan ini menghendaki penguasaan kita akan dua skill khusus: kemampuan dalam memahami dan mematuhi aturan permainan, dan kemahiran dalam mengambil keuntungan dari aturan-aturan ini. Permainan seperti tenis memberlakukan syarat-syarat tertentu yang harus diikuti jika ‘permainan’ tersebut akan diberi nilai (skor). Inilah jalan utama dan yang paling dasar di mana menulis, atau merangkai kata-kata, mempunyai kesamaan dengan melakukan sebuah permainan.

Bermain tenis tanpa net tidak akan berarti banyak dan mengecewakan baik bagi si pemain maupun si penonton, sama halnya ketika Anda menulis sepucuk surat kepada teman Anda, di mana Anda hanya menyusun kata-kata dan mengaturnya menjadi kalimat hanya dengan mengikuti lemparan dadu. Dalam film Bang The Drum Slowly, sebagai contoh, si tokoh utamanya sangat mahir bermain TEGWAR, sebuah permainan kartu yang dijamin akan menguras uang si pecundang, setiap kalinya. Permainan yang menarik tapi tidak ada aturan, hanya menyenangkan bagi para pemain yang mencurangi lawannya, karena mereka  membuat aturan permainan sambil melakukan permainan itu sendiri. Dengan bualan cerdik mereka yang meyakinkan bahwa itu adalah permainan yang sebenarnya, mereka berhasil menipu lawan mainnya.

Dengan demikian, sebuah permainan yang sah yang melulu mengikuti aturan, tidak serta merta menunjukkan seorang pemain tenis yang hebat; sama halnya, tidak bisa pula menciptakan seorang penulis hebat. Tata bahasa yang baik dan tanda baca yang tepat saja belum menunjukkan bahwa karya tulis itu bagus, sebagaimana peraturan saja belum membentuk sebuah permainan yang bagus. Permainan olahraga itu populer bukan karena kita suka melihat seseorang bermain mengikuti aturan, tetapi karena kita suka melihat seorang atlet yang ahli, mengambil keuntungan dari peraturan itu. Dan dengan alasan yang sama, kita akan mendapatkan kesenangan dalam bermain. Kita tahu bahwa ada banyak kemungkinan cara bermain yang mungkin timbul dalam batas-batas aturan yang telah ditetapkan tersebut. Keberhasilan kita sepenuhnya ditentukan oleh kemahiran kita dalam menemukan cara permainan yang benar dalam mengatasi masalah yang tiba-tiba timbul. Kita menikmati proses penemuan-penemuan ini, semakin mahir kita dalam menemukan cara permainan yang tepat, semakin cerdik pula kita dalam menemukan solusi.

Akan tetapi skill ini tidak bisa dilatih di luar permainan itu sendiri. Hanya dengan ikut bermain, kita bisa menemukan arti keberhasilan yang indah, pengerahan tenaga yang sempurna dan pukulan yang sempurna. Hanya dalam proses permainan kita bisa menemukan solusi yang lebih efisien terhadap masalah seperti memukul bola ‘full house‘, atau mengambalikan bola spin yang sulit. Sama halnya, hanya dengan aktifitas menulis kita bisa menemukan solusi masalah bagaimana menjelaskan sebuah pokok bahasan. Inilah yang dimaksud penyair kenamaan W. H. Auden, ketika dia berkata: “Bagaimana saya bisa mengetahui apa yang saya pikirkan kalau saya tidak memahami apa yang saya katakan.”

Menemukan bagaimana cara bermain hanya bisa dilakukan dengan cara ikut bermain. Menemukan cara mengemukan pendapat hanya bisa dilakukan dengan cara mengacak-acak kata. Melulu hanya diajari bagaimana cara melakukan lompat galah tidaklah cukup, sebelum Anda menjajal membenturkan betis Anda di mistar. Sama halnya, melulu diajari cara menulis tidak akan cukup, sebelum Anda mencoba menggoreskan pena di atas kertas. Dan ketika Anda mencoba melayang dengan galah di atas mistar, Anda harus memperhatikan detil-detil terkecil dari setiap gerak yang ingin Anda ekspresikan lewat tubuh Anda. Anda harus memperhatikan rincian-rincian terkecil khusus tentang cara bagaimana menjaga keseimbangan galah di tangan ketika kecepatan meningkat, tentang posisi lengan yang tepat ketika menancapkan galah di dalam kotak dengan sentakan yang kuat, dan tentang ketepatan gerak tungkai yang sedemikian rupa sehingga potensi lengkungannya mempengaruhi lengkungan galah, sehingga melambungkan tubuh ke udara. Tidak akan ada lompatan yang hebat tanpa ada observasi yang tepat dan subtil. Sama halnya, tidak akan ada tulisan yang bagus tanpa ada observasi yang detil mengenai objek, emosi, atau ide yang ingin Anda ekspresikan.

Akan tetapi, melihat dan memperhatikan rincian gerak langkah dalam melompat saja tidaklah cukup untuk membuat Anda sendiri bisa melompat. Karena, untuk melewati mistar yang tinggi itu, Anda harus mempunyai sense mengenai gerak lengkap yang ingin Anda ekspresikan. Adalah penting untuk melihat bentuk dari semua rincian gerak yang berbeda-beda, dalam satu kesatuan–cara yang tepat gerak-gerak itu berhubungan satu sama lain dan membentuk kesatuan. Artinya, Anda harus membayangkan aksi lengkap mulai dari langkah pertama Anda di run-way, memasuki loft, dan sentakan akhir ketika Anda melayang melewati mistar dan menjatuhkan diri di atas matras.

Sama halnya, dalam menulis, observasi langsung terhadap subjek saja tidaklah cukup. Anda harus punya tujuan yang memaksa, yang memberi “bentuk” terhadap detil-detil yang telah Anda observasi. Secara khusus “bentuk” ini ditentukan oleh: 1. hubungan antara rincian-rincian terkecil khusus terhadap ide pokok. 2. korespondensi antara rincian-rincian terkecil khusus tersebut satu sama lain; dan 3. hubungan antara si penulis dengan pokok bahasan (materi). Secara bersamaan, hubungan-hubungan ini membuat pekerjaan menulis menjadi sebuah pengalaman menyeluruh, sama halnya dengan koordinasi otot-otot membuat lompat galah menjadi sebuah gerak yang lengkap.***

(Dari buku Writing As Discovery, Elizabeth Morgan/ David Herrstrom/ Ronald morgan, Winthrop Publishers, Inc., 1976)

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger