Selamatkan Anak Anda dari Sepeda Motor

forum.otomotifnet.com


“GDUBRAKKK …!!!,” dua sepeda motor terjengkang di pertigaan jalan, hanya beberapa meter di belakang saya. Sepasang suami istri dan seorang anak sekolah menengah atas bercelana panjang yang topinya dipasang terbalik tergeletak di aspal. Tak apa-apa. Sejurus kemudian, mereka sudah menguasai diri kembali. Tidak ada luka-luka yang berarti, paling-paling hanya goresan kecil yang bisa diselesaikan dengan antiseptik. Sepeda motor mereka pun hanya lecet-lecet kecil.

Itu adalah kejadian kedua yang saya saksikan hari itu, setelah sebelumnya, hanya dalam hitungan jarak sekitar satu kilometer, terjadi kecelakaan serupa, juga melibatkan anak sekolah. Untungnya pula kecelakaan itu tidak menimbulkan kerusakan atau luka-luka yang berarti. Namun yang namanya kecelakaan tetaplah sebuah bencana, sesuatu yang tidak menyenangkan, sesuatu yang tidak diinginkan oleh banyak orang terjadi. Dan yang mengalaminya pastilah merasa sakit, tertekan, dan kecewa.

Rush hour, terutama di kota kecil seperti kota kecamatan, ketika anak sekolah pulang atau pergi ke sekolah memang waktu yang rawan. Kita harus pandai-pandai menguasai diri dan berhati-hati. Saat itu bukan aturan lagi yang berlaku, tetapi akal sehat. Tidak ada yang bisa menjamin Anda akan selamat, sepatuh apa pun Anda berlalu lintas, sehati-hati apa pun Anda berjalan. Salah-salah kita bisa jadi korban. Dan kalau sudah demikian, tidak ada gunanya lagi memperhitungkan siapa yang benar siapa yang salah.

Jumlah sepeda motor yang semakin hari semakin meningkat, yang tidak diiringi dengan peningkatan panjang dan jumlah jalan membuat lalu lintas semakin semrawut, padat, macet dan mengerikan. Sepeda motor dan kendaraan roda empat saling silang di perempatan jalan, semaunya, nyaris tidak ada aturan kalau tidak ada polisi di sana.

Suasana seperti ini terjadi setiap hari di kota-kota kecil kecamatan. Saling mendahului antarpengendara sepeda motor adalah hal yang biasa, bahkan ketika lalu lintas sedang padat. Aturan berbelok di tikungan juga tidak ada yang mematuhi, saling ambil jalur, yang penting nyaman. Berada dalam suasana seperti ini kita dituntut dewasa, sabar dan bijaksana, apalagi yang dihadapi adalah anak-anak muda, bahkan yang belum cukup usia untuk menjalankan kendaraan bermotor.

Gejala anak usia sekolah ugalan-ugalan dengan sepeda motor kita saksikan sehari-hari sebagai sesuatu yang kita take it for granted. Tidak ada yang protes, tidak ada yang melarang, bahkan polisi pun seperti diam saja. Ironisnya, hal itu bukannya tidak diketahui oleh orang tua mereka. Bahkan orang tua mereka seolah merestui. Banyaknya orang tua yang mengajari anak-anaknya mengendarai sepeda motor pada usia dini, dan menyediakan sepeda motor pribadi bagi anak-anaknya, menunjukkan hal itu.

Padahal, kecelakaan sepeda motor yang melibatkan anak sekolah sebagai korban sudah tak terhitung jumlahnya, baik dengan korban luka-luka ringan, parah, maupun yang tewas.

Berita mengenai anak sekolah tidak bisa masuk mengikuti pelajaran karena kecelakaan hampir setiap hari diterima oleh pihak sekolah, mulai dari yang luka ringan dengan ijin beberapa hari sampai yang luka parah yang memerlukan waktu perawatan berbulan-bulan, dan akhirnya menderita cacat permanen, sampai yang tewas di jalan raya.

Tidakkah hal ini menimbulkan keresahaan bagi kita semua. Tidakkah kita harus mencari pemecahan masalah ini. Bukankah mengendarai kendaraan bermotor di jalan raya itu ada aturannya, ada norma-norma yang berlaku yang harus ditaati, yang tidak bisa dipenuhi oleh semua orang seperti anak di bawah umur, atau orang mabuk, misalnya. Anak di bawah umur atau orang mabuk yang mengendarai sepeda motor di jalan raya adalah sebuah pelanggaran.

Mengapa usia merupakan sebuah faktor dalam berkendaraan tentu sudah diperhitungkan oleh para ahli. Namun secara sederhana pun kita bisa mengkaji bahwa usia yang belum matang adalah usia yang labil. Usia anak-anak yang di bawah 17 tahun adalah usia yang tergolong labil. Dalam usia seperti itu anak-anak cenderung sulit menguasai diri dan emosinya; rasa ingin menonjolkan diri mereka demikian besar. Orang dewasa biasanya tenang saja dan tidak bereaksi apa-apa ketika ada pengendara sepeda motor lain yang mendahuluinya. Tapi lain halnya dengan anak-anak, mereka tidak akan diam saja ketika ada temannya yang yang memacu kendaraannya dengan kecepatan tinggi dan mendahuluinya, apalagi disaksikan oleh teman-temannya yang lain. Hal-hal semacam ini hendaklah dipahami oleh para orang tua sebelum memutuskan menyediakan sepeda motor bagi anak-anaknya.***.    

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger