MENGHARUKAN sekali menyaksikan kisah tentang Hanako di TV NHK. Hanako adalah seorang gadis remaja yang memilih mengakhiri hidupnya pada usia 18 dengan menolak segala jenis treatment yang memungkinkan untuk menyembuhkan penyakitnya. Dia memilih dengan kesadaran penuh, dan dia berhak memilih, meski itu adalah sebuah pilihan yang pahit, baginya dan bagi kedua orang tuanya. Tidak ada yang berhak melarang pilihannya, tidak ada yang berhak mengintervensi, meski kedua orang tuanya sendiri, yang merawatnya dengan tulus, dan tentu saja menginginkan dia tetap hidup dan sembuh.
Kalau hidup adalah kemerdekaan untuk memilih, Hanako adalah contoh yang paling konkret. Sia diberi hak sepenuhnya untuk memilih dengan kesadaran yang dia miliki, tanpa ada paksaan atau tekanan dari pihak manapun, dan meski ada yang menentang pilihannya itu, namun mereka tetap menghormatinya, dan membantu mewujudkannya.
Hanako adalah seorang gadis kecil yang menderita kanker—saya kurang jelas kanker apa yang dia derita—yang jelas penyakit itu menggerogoti tubuhnya sehingga tubuhnya semakin lama semakin mengecil. Begitu ganasnya penyakit tersebut sehingga tubuhnya mengalami deformasi, badannya mengecil, tinggal tulang berlapis kulit, matanya bengkak, dan tulang punggungnya menonjol keluar sehingga membuatnya menjadi bungkuk. Tiga bulan terakhir sebelum dia berpulang, suaranya hilang sama sekali, sehingga komunikasi harus dilakukan dengan menulis. Berbagai cara pengobatan sudah dia tempuh bersama kedua orang tuanya, memakan waktu, biaya dan energi yang tidak sedikit, namun kesembuhan tak kunjung datang. Ketika usianya menginjak 18, dia memilih untuk menghentikan segala macam pengobatan, dan hanya menunggu maut menjemput di tempat tidurnya, didampingi kedua orang tuanya.
Dan pada bulan Agustus 2010, saat yang dia tunggu-tunggu tiba. Hanako berpulang dalam damai, di pangkuan kedua orang tuanya, di dampingi sanak saudaranya.
Mungkin Hanako berbahagia dengan pilihannya itu, mungkin kematian memang lebih menguntungkan baginya, mungkin itu adalah jalan terbaik bagi dia dan keluarganya. Mungkin begitulah seharusnya.
Dan Hanako tidaklah sendiri. Banyak orang yang memilih jalan seperti itu, ketika jalan penyembuhan sudah tidak memungkinkan—karena biaya atau karena tidak ada cara pengobatan yang tersedia—terutama mereka yang sudah tua. Tapi Hanako masih muda. Masih belum sempat mengisi kehidupannya dengan apa-apa. Lalu untuk apakah dia hidup kalau dia sendiri tidak sempat menikmatinya karena sejak kecil sudah didera oleh penyakit yang sedemikian berat, sedemikian menyiksa, yang menggerogoti jiwa dan raganya.
Chairil Anwar—sang penyair itu—melihat, kehidupan ini adalah sebuah misteri yang tidak bisa kita temui artinya. Tapi pada saat yang sama, kita mempunyai impuls untuk mempertahankan kehidupan ini. Kita hidup untuk sesuatu yang tidak kita ketahui maknanya. Barangkali, satu-satunya alasan untuk tetap hidup adalah karena kita sedang mencari maknanya. Tapi suatu misteri adalah tetap suatu misteri, dia tidak pernah bisa dipecahkan. Dia bukan suatu problema yang bisa dicari jawabannya. Karena itu, mencari makna kehidupan ini adalah suatu hal yang sia-sia meskipun ini terus dilakukan orang. Karena sudah dapat dipastikan orang tidak akan mendapatkan jawabannya. Maka bagi Chairil “hidup hanya menunda kekalahan”, karena bagaimanapun juga kita akan kalah, “ada yang tetap tidak diucapkan/ sebelum pada akhirnya kita menyerah”.
Yang “tetap tidak diucapkan” oleh hidup ini adalah rahasia dirinya. (Arief Budiman, Chairil Anwar, Sebuah Pertemuan, Wacana Bangsa, 2007, hal 39).
Mungkin begitulah, pada titik tertentu orang kehilangan impuls untuk mempertahankan hidupnya, karena mereka menyadari mencari makna hidup adalah sesuatu hal yang sia-sia, seperti Hanako, dan orang-orang yang senasib dengannya. Hidup hanya menunda kekalahan. Cepat atau lambat kekalahan itu pasti datang, menghampiri kita, siapapun kita, betatapun ‘kemenangan’ sudah kita peroleh. Dan orang-orang seperti Hanako berpikir dia tidak akan mungkin memperoleh ‘kemenangan’ apa-apa.
Selamat jalan Hanako, semoga Anda menemukan kebahagiaan dengan pilihan Anda.
Bukan Hanako yang ini/ forum.siam1.com |
0 comments:
Post a Comment