6 Cara Televisi Mempengaruhi Otak Anda

By Sam Cooper


RATA-RATA orang Amerika menonton TV lebih dari empat jam sehari (lima kali lebih banyak dari waktu yang mereka luangkan untuk bergaul di masyarakat!). masuk akal jika dikatakan hal itu bisa mengubah hidup mereka, sama halnya dengan melakukan apa saja selama empat jam sehari bisa mengubah hidup Anda. Namun, ternyata sangat sulit membuat mereka menyadari hal ini.


Akan tetapi ilmu sains tampaknya juga terlalu melebih-lebihkan. Banyak menonton TV mempengaruhi otak Anda dengan banyak cara yang kadang-kadang tidak kita duga-duga. Misalnya ….


article image


#6. Menonton TV Mengubah Hidup Anda, Bahkan Meski Anda Masih Terlalu muda untuk Memahami Apa yang Anda Tonton


Adalah mudah berasumsi bahwa anak-anak yang mudah terkesan akan mudah dipengaruhi oleh acara-acara TV yang ditontonnya, tapi bagaimana dengan batita? Mereka bahkan belum menyadari apa yang terjadi di sekitar mereka. Di samping itu, mereka tidaklah benar-benar menonton melainkan hanya bermain di atas sofa atau mengompol, jadi sepertinya mereka belum bisa memanfaatkan waktu dengan melakukan sesuatu yang lebih berguna. 
seperti mengobati AIDS dengan palang merah

Para ilmuwan mengamati lebih dari 1000 orang bayi berusia 29 bulan dan kebiasaan mereka menonton TV dan efek dari menonton TV berlebihan terbukti mencengangkan—bahkan setelah para peneliti mempertimbangkan semua faktor-faktor lain yang bisa menjelaskan perbedaan-perbedaan dalam tingkah laku. Semakin sering seorang anak menonton TV ketika dia masih bayi, semakin besar kemungkinan dia akan menjadi gemuk, diganggu oleh teman-temannya, mendapat nilai jelek dalam matematika, tidak aktif dan cenderung bertingkah menjengkekan di dalam kelas. 


OZ Returns yang disukai si Jimmy kecil

Lagi-lagi, hal itu bukanlah akibat dari menonton kekerasan di TV atau menonton yang lainnya yang bisa menyebabkan mereka melakukan hal-hal buruk. Karena anak usia 3 tahun tidak akan mampu menyerap pelajaran seperti itu.


Tidak, masalahnya adalah perbuatan menonton TV itu sendiri. Dan sekali lagi, bukan berarti orang tua yang membiarkan anaknya menonton TV sepanjang hari kemungkinan kepemimpinan rumah tangganya buruk—hal ini tetap terjadi meski faktor-faktor lain dalam merawat anak tetap terpenuhi.


Dan penelitian itu berlaku di seluruh dunia. Sebuah penelitian di Selandia Baru menemukan bahwa semakin banyak seorang anak menonton TV ketika dia masih batita semakin besar kemungkinan si anak akan drop out dari sekolah nantinya. Dan sebagai sebuah inisiatif yang menarik, Perancis bahkan telah melarang show-show yang ditujukan untuk anak berusia di bawah 3 tahun, karena orang Perancis dewasa adalah tipe orang yang membiarkan kecerdasan mereka dihina.




Dan karena kita sedang membicarakan hal lain, ayo kita singkirkan hal yang satu ini ….


#5. Ya, TV mempersempit jangka waktu perhatian Anda


Karena TV—khususnya TV anak-anak—gambar-gambarnya bergerak cepat dan dipenuhi oleh stimuli, tidaklah salah jika kita pikir bahwa otak seseorang yang menonton TV terpaku pada ruang itu dalam waktu yang lama. Ketika seorang guru tidak bisa melengkapi pelajarannya dengan menunjukkan dinosaurus dan ledakan gunung berapi, siaran TV anak yang bisa mengubah jangka waktu perhatian begitu menyita perhatian si anak sehingga si anak tidak bisa fokus.
Tetapi kebanyakan dari kita yang tidak percaya dengan adanya peringatan bahwa “perabotan dunia modern bisa merusak anak-anak!” sulit mempercayai bahwa terlalu banyak menonton TV bisa menurunkan lamanya waktu perhatian (attention span) Anda secara signifikan.


Sekarang anak-anak, untuk membantu kita memperjelas
mengenai pyramid, Christian Bale akan datang  ke sini
dan membacakan cerita Batmobile



Tapi penelitian di Iowa State University secara cukup meyakinkan menemukan bahwa siswa yang memelototi layar TV selama lebih dari dua jam sehari dua kali lebih besar kemungkinannya mengalami masalah-masalah dalam hal memberikan perhatian (atensi), yang adalah menarik mengingat rata-rata seorang anak menonton TV dan bermain video games sehari adalah 4,26 jam.




Studi tersebut meneliti 1.323 anak-anak kelas tiga sampai kelas lima dan 210 mahasiswa. Hasilnya terbukti cukup sulit dibantah bahwa televisi tidak secara nyata mengubah cara otak manusia menjalankan fungsi-fungsinya, jika waktu yang diluangkan untuk menonton TV cukup banyak. Tapi yang lebih mencengangkan adalah, penelitian lain menunjukkan (sama halnya dengan contoh di atas) banyaknya waktu yang dihabiskan untuk menonton TV ketika seorang masih balita bisa memperngaruhi kebiasaannya dalam memperhatikan di kemudian harinya.


Jadi sekali lagi, jika Anda ingin anak-anak Anda bisa memberikan perhatian terhadap sesuatu selama lebih dari 38 detik, Anda perlu pindah ke hotel dan pindahkan pesawat TV-nya ke balkon seperti Craig T. Nelson dalam Poltergeist.


#4. Televisi Mengubah Mimpi Anda


TV bisa mengubah mimpi-mimpi Anda, dan tidak hanya dengan membuat Anda berharap bahwa Anda mampu membalikkan waktu dan menjadi seorang direktur perusahaan iklan tahun 60-an.

"mesin waktu itu ada di dalam celanaku"
Menurut ilmu sains, televisi bisa mengubah mimpi Anda yang sebenarnya, yaitu sejenis mimpi yang Anda alami ketika Anda sedang tidur. Penelitian telah menemukan bahwa sebagian orang mempunyai mimpi monokrom (yaitu, mereka bermimpi secara hitam putih), dan tampaknya itu dikarenakan siaran TV yang mereka tonton.


Dalam sebuah studi terhadap 50 orang, separuh berusia di bawah 25 dan sisanya di atas 55 tahun, para peserta disuruh mengisi kuesioner yang berhubungan dengan warna-warna mimpi mereka, kepuasan mereka terhadap perkawinan dan warna televisi yang mereka tonton ketika mereka kanak-kanak. Kemudian para peserta diminta menyimpan sebuah diary mimpi. Para peneliti menemukan bahwa jarang anak muda yang bermimpi hitam putih (hanya sekitar empat persen), seperempat jumlah mereka yang berusia di atas 55 yang mengalami hal yang sama. Yaitu, mereka yang tumbuh dalam era televisi hitam putih.


Para ilmuwan memandang hal ini disebabkan oleh kebiasaan menonton gambar-gambar hitam putih ketika mereka masih kanak-kanak, tetapi tidak ada cara untuk mengetahui apakah mimpi aktual mereka di masa itu adalah hitam putih, atau apakah para peserta tersebut hanya mengingat bahwa mimpi-mimpi mereka ketika itu adalah hitam putih disebabkan oleh kebiasaan mata mereka menyaksikan layar TV hitam putih selama bertahun-tahun.


Hal itu cukup aneh dipandang dari sudut apa pun.


#3. Menonton TV bisa menghilangkan kesepian


Mungkin Anda tahu ada orang yang begitu terbawa hanyut dalam menyaksikan sebuah acara TV sehingga mereka tidak beranjak dari tempat duduknya hingga acara itu selesai. Sebagian dari kita mungkin menunggu-nunggu orang tersebut menyadari bahwa mereka memerlukan teman yang sebenarnya untuk bersenang-senang atau untuk mencari dukungan, tapi hal itu mungkin tidak pernah terjadi. Para ilmuwan telah menemukan bahwa televisi, khususnya pseudo-relationships yang terjalin dengan tokoh-tokoh dalam acara televisi, bisa menghilangkan rasa kesepian dan rasa penolakan pada seseorang. 


Dengan menggunakan sebuah kombinasi dari empat studi, para ilmuwan telah menunjukkan bahwa acara televisi bisa menumbuhkan rasa memiliki pada orang-orang yang mempunyai rasa percaya diri yang rendah yang telah dijauhi oleh teman-teman dan keluarganya. Hal ini disebut hipotesis pengganti sosial (social surrogacy hypothesis), yang menggambarkan bahwa dalam rangka mengisi kekosongan sosial dan emosi, seseorang akan membangun hubungan dengan tokoh-tokoh fiksional (ketika remaja, banyak di antara kita mempunyai hubungan serupa itu dengan tokoh-tokoh dalam film Cinemax tengah malam).


Salah satu studi menunjukkan bahwa orang-orang yang sedang merasa kesepian akan merasa lebih baik setelah menonton acara TV kesayangan mereka. Studi lain menyuruh sebagian peserta menulis esai tentang acara-acara TV kesenangan mereka dan beberapa peserta lain menuliskan tentang apa saja sebagai pembanding. Para peserta yang menulis tentang acara-acara kesenangan mereka menggunakan lebih sedikit kata mengenai kesepian daripada mereka yang menulis tentang hal-hal lainnya (dalam kelompok pembanding).
Para ilmuwan tidak begitu yakin apakah dengan membangun hubungan dengan tokoh-tokoh dalam acara televisi bisa menekan keinginan untuk bergaul dengan masyarakat atau memenuhi keingan itu, akan tetapi secara umum hal itu mengisyaratkan adanya perbuatan menghilangkan hubungan antarsesama demi untuk menyaksikan para tokoh dalam film Carnivale beraksi, misalnya.


#2. Nonton TV membuat Anda gemuk


Obesitas adalah sejenis peringatan yang kita tempelkan pada seseorang yang menonton TV terllau banyak, jadi tidaklah terlalu mengejutkan menemukan adanya korelasi ilmiah antara menonton menonton TV lebih sedikit dengan pembakaran kalori lebih banyak. Akan tetapi para ilmuwan menemukan bahwa orang-orang yang enonton TV lebih sedikit membakar kalori lebih banyak per hari dibandingkan dengan mereka yang tidak lepas dari pesawat TV dengan tanpa perlu melibatkan aktifitas fisik apa pun—kiranya perbuatan menggunakan otak Anda adalah lebih berguna untuk membakar kalori daripada hanya duduk berjam-jam menyaksikan film Burn Notice.


Para peneliti di Universitas Vermont melakukan sebuah penelitian enam-minggu yang melibatkan 36 orang peserta mulai dari yang mengalami kelebihan berat badan hingga yang terholong obesitas. Para peserta diamati, dengan rata-rata lima jam nonton televisi per hari. Para peneliti mengurangi konsumsi televisi pada 20 orang dengan cara memasang alat pencatat waktu di pesawat TV mereka yang akan membuat pesawat TV tersebut mati secara otomatis ketika batas waktu maksimum dalam seminggu sudah dicapai (alat monitor ini, beserta ban lengan (armbands) yang dipasang pada para peserta untuk memantau aktifitas mingguan mereka, kemungkinan akan laku keras jika dipasarkan). Para ilmuwan menemukan bahwa para peserta yang menonton TV dengan dibatasi waktu membakar rata-rata 120 kalori lebih banyak 
per hari daripada mereka yang menonton TV tak terbatas (kelompok pembanding), meski tanpa melakukan gerakan fifik apa-apa meski hanya satu kali gerakan jumping jack.  


Sebaliknya, faktor-faktor di balik terjadinya pembakaran kalori yang lebih banyak tersebut adalah banyaknya tugas-tugas lain yang dilakukan selain menonton TV, seperti membaca, bermain board games atau melakukan pekerjaan rumah sederhana. Kebiasaan mengemil tidak dengan serta merta berkurang meski waktu menonton TV dikurangi. Para peserta hanya melakukan aktifitas-aktifitas lain yang lebih berat secara mental yang memerlukan lebih banyak energi untuk melakukannya.


#1. Menonton TV membuat Anda menyukai kekerasan


Rata-rata remaja berusia 18 tahun telah menyaksikan sebanyak 200.000 adegan kekerasan di TV sepanjang masa hidupnya, termasuk di dalamnya 40.000 adegan pembunuhan.
dan 75.000 gambar konyol
Segmen pembunuh berdarah dingin dengan pembunuh dengan kekerasan yang menyiksa lawannya sampai mati yang banyak disaksikan oleh para pemirsa TV kita , rasionya sekitar lima berbanding satu. Kami berasumsi bahwa kebanyakan para pembunuh itu tidak mengundang kebencian dan caci maki, biasanya kebanyakan adalah para jagoan yang dengan tangguh membabat habis segerombolan orang bertopeng. 

tak ada wajah, tak ada jiwa

Namun terlepas dari dampak negatifnya, kekerasan yang kita saksikan di TV sebenarnya memang mempengaruhi tingkah laku kita. Sebuah studi yang meneliti kebiasaan menonton TV pada sekitar 700 orang anak-anak selama 17 tahun menemukan bahwa (lagi-lagi, setelah mengenyampingkan fktor-faktor seperti kemiskinan dan pengabaian) semakin banyak menonton TV berarti semakin banyak perbuatan kekerasan pada si anak. Para ilmuwan menemukan bahwa  sebanyak 22,5 persen anak-anak yang menonton TV sebanyak satu sampai tiga jam sehari melakukan tindakan-tindakan agresif seperti mengancam, menyerang, dan berkelahi dalam beberapa tahun berturut-turut. Jika anak-anak itu menonton TV lebih dari empat jam sehari, persentasenya meningkat hingga 28,8 persen.
Sebaliknya, hanya 5,7 persen dari anak-anak yang menonton TV kurang dari satu jam sehari yang melakukan tindakan-tindakan agresif terhadap orang lain.
dan 3,4 persen menyukainya
Sekarang, untuk jelasnya, pengaruh kekerasan di TV terhadap tingkah laku kekerasan si anak di masa depannya tidaklah sebesar pengaruh kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga (seperti, misalnya, merasa harus melampiaskan dendam keluarga Anda pada paman Anda yang telah merusak keutuhan keluarga Anda ), namun cukup kiranya untuk membuat si anak manis menjadi sebuah pribadi yang menjengkelkan.
Contoh yang satu ini, seperti juga contoh-contoh lain sebelumnya dalam artikel ini, tidak diragukan akan membuat Anda berkata, “Tapi saya juga menonton acara-acara seperti itu di TV ketika saya kanak-kanak, dan saya sekarang baik-baik saja!” Tentu hal itu juga benar, dan memang, pernyataan itu tidak bertentangan dengan studi-studi di atas. Studi-studi di atas tidak mengatakan bahwa TV 100 persen merusak anak-anak yang menontonnya. Tapi tampaknya seseorang akan lebih besar kemungkinan menjadi bermasalah jika dia menonton TV terlalu banyak. Jadi pergilah jalan-jalan. Atau bukalah internet.

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger