Judul : Anak Sejuta Bintang Penulis : Akmal Nasery Basral Penerbit : Expose Cetakan : I, Januari 2012 Tebal : 403 hlm |
Beberapa
kisah di dalam buku-buku tersebut merupakan cerita dongeng, seperti Cinderella,
Sinbad, Robinhood, dll, tapi banyak pula yang merupakan cerita fiksi buatan si
pengarang belaka. Entah ada atau tidak pelajaran yang bisa kami petik dari
membaca buku-buku tersebut, yang jelas membaca buku-buku tersebut merupakan
hiburan yang sangat menyenangkan bagi kami.
Namun sebuah
buku cerita anak-anak tentu ditulis bukan untuk tujuan kesenangan semata, melainkan
sebagai media untuk menyampaikan pesan-pesan moral, sebagai pelengkap dari
pelajaran yang diterima di dalam kelas. Tanpa pesan-pesan moral yang bisa ditangkap oleh
anak, sebuah buku cerita akan terasa hambar, kering, dan kurang bermanfaat.
Anak Sejuta Bintang tentu ditulis dengan tujuan
seperti itu. Buku yang menceritakan kisah masa kecil Aburizal Bakrie ini memang
melulu menceritakan kisah masa kecil beliau ketika bersekolah, mulai dari
memasuki TK pada awal tahun 1951, hingga lulus SD pada tahun 1958. Kisah suka
duka Ical, nama panggilan Abrurizal, semasa bersekolah di TK hingga SD Perwari
tersebut diceritakan dengan rinci, panjang, dan cenderung bertele-tele. Saking panjang
dan bertele-telenya, diperlukan 400 halaman luntuk menceritakannya.
Bayangkan, untuk
menceritakan soal main kasti saja diperlukan satu bab penuh yang terdiri dari
24 halaman. Begitu pula dengan cerita-cerita yang lain seperti cerita tentang
pertandingan bola kaki anak-anak Perwari dengan anak-anak gang Ampiun, juga
cerita tentang latihan Judo dengan Sensei Ferry Sonneville, yang masing-masing memerlukan satu bab tersendiri.
Anak Sejuta Bintang memang syarat akan
pesan-pesan moral yang bermanfaat bagi anak-anak—juga bagi orang dewasa—,misalnya
tentang keikhlasan berbagi dengan orang tak mampu seperti yang ditunjukkan Ical
ketika dia membagi-bagikan apel dengan anak-anak kampung yang datang bertamu ke
rumahnya, tapi jumlah halaman dalam buku ini sungguh berlebihan bagi pembaca anak-anak,
mengingat anak-anak mudah bosan dalam membaca. Jarang anak-anak yang betah
berlama-lama hanya untuk menyelesaikan sebuah buku. Apalagi jika penampilan
fisik buku tersebut demikian tebal seperti buku ini, tentu tidak banyak
anak-anak yang akan tertarik membacanya. Saya ingat, buku-buku cerita yang saya
baca dari perpustakaan sekolah dasar kami dahulu tidak lebih dari 200 halaman.
Tapi,
terlepas dari semua itu, buku ini ditulis dengan sangat menarik, dengan gaya
bercerita yang mengalir, yang mudah dicerna oleh anak-anak. Dinamika kisah anak-anak
yang membentuk cerita dalam buku ini mengingatkan kita akan kisah Laskar Pelangi-nya Andrea Hirata. Sama seperti
Laskar Pelangi, buku ini dilengkapi
pula dengan banyak catatan kaki yang informatif yang diletakkan di bagian bawah
halaman, yang memperkaya wawasan pembaca tentang kisah yang diceritakan.
0 comments:
Post a Comment