Jika Anda harus makan makanan bebas gluten, Anda bisa memilih waffles bebas gluten ini/ (Photo: jenn.b/Flickr) |
Jaman sekarang, paling tidak
sekali Anda mungkin pernah menemukan sebuah produk di supermarket yang berlabel
“bebas gluten.”
Produk-produk yang
diberi label demikian semakin banyak ditemukan dalam beberapa tahun belakangan
ini, namun Anda mungkin belum tahu apa yang dimaksud dengan “bebas gluten’. Nyatanya, mungkin Anda
tidak tahu pasti apa itu gluten.
Kata “gluten” dalam
istilah tersebut cukup memberi definisi yang jelas. Pikirkan tentang gluten sebagai sebuah zat yang
menyerupai lem yang membentuk struktur kenyal pada gandum (wheat) dan produk-produk lainnya.
Meski sains jauh lebih
kompleks daripada definisinya, namun gluten bisa didefinisikan, dalam istilah
sehari-hari, sebagai zat protein yang lengket yang terkandung dalam wheat.
Gluten ditemukan dalam
lusinan produk-produk yang berbasis wheat.
Gluten juga banyak terdapat di dalam gandum hitam (rye) dan juga havermut (oats)
dan jelai (barley) (kabar buruk bagi
peminum bir).
Related: 5 gluten-free beers
Struktur yang kenyal
yang adalah gluten itu boleh jadi terasa enak bagi lidah kita, namun berbahaya bagi salah satu dari 200
orang yang diperkirakan mengalami penyakit seliaka, yang menurut Center for Celiac Disease Research
di Universitas Maryland, adalah salah satu gangguan seumur hidup yang paling umum
terdapat di negara-negara barat.
Orang yang menyandang
penyakit seliaka menderita segudang penyakit lain, termasuk diare, sakit perut, dan kembung
(bloating) dan simptom-simptom lain
yang tergolong sebagai penyakit perut yang mengganggu (Irritable Bowel Syndrome (IBS)),
yang kini dikenali oleh sebagian peneliti disebabkan oleh penyakit seliaka.
Pada orang yang
menderita penyakit seliaka, gliadin,
sebuah glycoprotein yang ditemukan di
dalam gluten, menyerang usus kecil dan menyebabkan kerusakan pada usus kecil, yang
bertugas menyerap nutrien tersebut. Sebagai akibat dari ketidakmampuan tubuh dalam
menyerap vitamin dan mineral yang cukup, gangguan autoimmune bisa timbul.
Jika Anda sering
menderita sakit kepala atau migraine, atau sering sakit, atau mengalami ruam kulit,
maka boleh jadi Anda mengalami penyakit seliaka atau semacam intoleransi
terhadap gluten.
Apa yang salah dengan gluten?
Menurut para ilmuwan selama
ribuan tahun manusia bertahan dengan diet yang tidak mengandung apa-apa kecuali
hewan buruan dan daging dan juga buah-buahan dan sayur-sayuran dan biji-bijian
dan kacang-kacangan. Hanya setelah periode Neolithic (sekitar 9500 SM) baru
manusia mulai menanam wheat.
Dalam istilah evolusi,
masa semenjak wheat diperkenalkan ke
dalam makanan modern baru terhitung sekejab mata.
Untuk membawa metafora
itu lebih jauh, baru sepersekian dari sepersekian kejab mata makanan kita
dipenuhi oleh banyak produk wheat dan
produk sampingnya, yang semuanya mengandung gluten.
Perut kita tidak bisa
begitu saja beradaptasi untuk mencerna gluten dan memecahnya menjadi asam amino
individual.
Sekitar satu dari tujuh
orang mengalami sensitifitas gluten—itu berarti 30 hingga 40 persen dari
penduduk AS. Orang yang mengalami intoleransi gluten secara ilmiah dikenal
sebagai Non-Celiac Gluten Sensitive (NCGS).
Dr. Vikki
Petersen, pengarang sebuah buku baru, "The Gluten Effect,"
mengatakan bahwa salah satu dari misinya adalah untuk menghilangkan mitos bahwa
jika Anda tidak mempunyai penyakit seliaka, maka Anda tidak perlu khawatir.
Jangan makan Wheat Thins dulu, katanya mengingatkan.
“Hanya karena Anda tidak
mengalami atrofi vili (villous atrophy)
di dalam usus kecil Anda tidak berarti gluten tidak menyebabkan efek merusak kesehatan
Anda,” kata Petersen, seorang chiropractor
dan nutrisionis klinis.
Dengan meningkatnya
prevalensi gluten di dalam makanan kita, Petersen mengatakan kini ada
peningkatan resiko genetika kita akan “memicu”
sebuah respon anti-gliadin.
Hal ini, Petersen
memperkirakan, tampaknya akan menimbulkan lebih banyak kasus penyakit seliaka
dan gangguan autoimmune yang disebabkan oleh intoleransi gluten.
“Jika dikumpulkan jadi
satu, gangguan-gangguan autoimmune merupakan penyebab kematian terbesar ketiga
di AS,” kata Petersen, “dan gluten adalah biang kerok utamanya.”
Petersen mengatakan
bahwa di masa lalu, diperkirakan Anda mempunyai kecenderungan genetis terhadap
intoleransi gluten dan penyakit seliaka atau Anda hanya tidak mengembangkannya.
Penelitian dari tahun lalu saja, katanya, mengungkapkan bahwa boleh jadi ini
bukanlah masalahnya.
Dia mencatat bahwa sejak
tahun 1970-an, penyakit seliaka telah meningkat empat kali lipat dan penyakit
tersebut masih tergolong langka
setidaknya hingga tahun 1950-an.
Petersen mengatakan
bahwa sehubungan meningkatnya dominasi racun di dalam lingkungan hidup kita dan
di dalam rantai makanan, maka makanan bebas gluten tidak bisa dianggap sebagai
makanan sehat begitu saja.
“Semakin banyak dan
semakin banyak orang akan menderita akibat makanan yang mengandung gluten dan
harus mengkonsumsi makanan yang 100 persen bebas gluten,” katanya.
Apakah bebas gluten saja
sudah cukup?
“Kita harus berusaha untuk
makan sebanyak mungkin makanan organik dan makanan alami untuk menjamin
kesehatan kita tetap layak,” kata Petersen. “Ini termasuk meningkatkan jumlah
sayuran dan karbohidrat kompleks yang bebas gluten seperti quinoa, millet dan beras cokelat.”
Akan tetapi, mengadopsi
makanan bebas gluten tidak berarti bahwa mereka yang menderita penyakit seliaka
dan sensitif terhadap gluten akan menjadi lebih sehat.
“Satu dari setiap tiga
penderita penyakit seliaka tidak bisa sembuh,” kata Petersen.
Biang keroknya?
Mengobati penyakit usus lebih dari sekedar mengubah kebiasaan makan cokelat
batangan menjadi makanan kue cokelat bebas gluten.
“Ada efek sekunder dari
gluten yang perlu dipertimbangkan, seperti sensitifitas makanan lain, seperti produk
susu (dairy),” kata Petersen, yang
merekomendasikan agar mereka yang mengalami penyakit seliaka atau NCGS diberi test untuk mengetahui adanya
infeksi sekunder seperti parasit, tumbuh jamur berlebihan (yeast overgrowth), amoeba dan penyusup-penyusup digestif mikroskopik
lain yang berbahaya.
Dia juga merekomendasikan
untuk melakukan probiotik harian (human
strain) dengan hitungan mikroorganisme sekurangnya 20 juta—lebih jika Anda
mengalami infeksi.
Jangan banyak-banyak
makan snack yang bebas gluten.
Sebaliknya, perlakukan makanan tersebut sebagaimana Anda memperlakukan
kesenangan lain yang beresiko: makan sekali-sekali saja. Jika Anda menderita
kurang energi dan banyak masalah kesehatan lainnya dan cenderung makan banyak wheat dan makanan-makanan panggang,
pertimbangkanlah untuk makan makanan yang bebas gluten.
Itulah mungkin yang
disarankan dokter.
Judd Handler is a
graduate of the Functional Diagnostic Nutrition program, a curriculum that
includes testing for mucosal barrier integrity of the small intestine. His
website isWellnessGuru4u.com
0 comments:
Post a Comment