Kedua novel ini tipis saja, Padang Bulan 254 halaman, dan Cinta dalam Gelas 270 halaman, jumlah halaman yang relative pendek untuk ukuran sebuh novel, sehingga tidak perlu menghabiskan banyak waktu untuk membaca dua novel sekaligus ini.
Sebagaimana halnya tetralogi Laskar Pelangi, Andrea Hirata mengemas dwilogi Padang Bulan ini sebagai sebuah kumpulan mozaik yang pendek-pendek. Bagi Anda yang tidak sabar ingin menyelesaikan sebuah bab atau bagian dalam sebuah novel, dan ingin cepat-cepat meluncur ke bab berikutnya, dan merasa tersiksa dengan pergerakan yang lambat dari halaman ke halaman, dwilogi ini akan membuat Anda meluncur dari satu halaman ke halaman lainnya, seperti melewati jalan tol. Kalau Anda punya banyak waktu luang, Anda bisa menyelesaikan satu novel ini dalam sehari, dua hari untuk menuntaskan keduanya, atau dua-duanya dalam satu hari.
Bab yang pendek-pendek ini kebanyakan selesai di tengah-tengah halaman, sehingga meninggalkan margin yang cukup luas, pada bagian bawah halaman akhirnya. Dan bab berikutnya dimulai cukup tengah sehingga meninggalkan margin yang cukup luas di atas halaman judul, membuat kita seperti meloncat-loncat dari satu halaman ke halaman lainnya, tak terasa halaman demi halaman berlalu dengan cepat. Belum lagi memperhitungkan halaman-halaman tertentu yang seperti sengaja dibuat longgar dengan hanya menuliskan kata-kata mutiara, puisi, surat , atau dialog ringan yang ditulis sebaris separagraf.
Membaca dwilogi Padang Bulan sama saja dengan membaca tetralogi Laskar Pelangi. Kalau mau diurut-urutkan secara kronologis, dwilogi ini adalah sambungan (meski ceritanya bukan sambungan) dari tetralogi Laskar Pelangi. Ceritanya masih tentang tokoh utama Ikal, dewasa (bukan Ikal anak-anak seperti dalam Laskar Pelangi), setelah pulang kuliah S2 di Perancis.
Padang Bulan, buku pertama dari dwilogi ini, bercerita tentang Ikal yang menemui dirinya menganggur di kampung halamannya setelah, selesai kuliah. Dalam keadaan menganggur semua cerita itu dimulai, lengkap dengan segala kekonyolannya.
Ikal yang jatuh cinta dengan A Ling (ingat Laskar Pelangi) merasa rendah diri dengan keadaannya karena dia harus bersaing dengan Zinar pemuda Tionghoa juga jatuh cinta dengan A Ling. Zinar lebih tampan daripada Ikal, lebih tinggi, dan lebih berprestasi dalam olahraga. Dan yang lebih buruk, Zinar merencanakan menikah dengan A Ling. Dan, yang juga buruk, semenjak terdengar rencana pernikahan itu, A Ling sulit ditemui, bahkan tidak pernah bertemu lagi dengan Ikal.
Ikal tentu saja frustrasi. Berbagai cara dia tempuh untuk merebut hati A Ling, untuk memenangkan persaingan, menyingkirkan Zinar. Ikal berlatih segala macam olahraga untuk mengungguli Zinar. Namun, apa daya, olahraga apa saja yang dia lakukan ternyata tidak mampu menyaingi Zinar, Zinar lebih unggul dalam olahraga apa pun.
Gagal dalam bidang olahraga, Ikal mencoba cara yang lebih konyol, dan lebih dramatis, dengan menjalani program peninggian berat badan, yang dikirim lewat post, Octoceria. Dalam program tersebut, si peserta diharuskan menggunakan alat yang gunanya untuk menggantungkan tubuh. Namun, bukan hasil yang didapat, program itu malah membahayakan nyawanya, sehingga dia hampir tewas tergantung. Dua orang temannya yang menyaksikan hal itu, menyangka dia hendak bunuh diri.
Cinta dalam Gelas lain lagi. Buku ke-dua ini menceritakan tentang Maryamah yang pandai bermain catur hingga berhasil menjadi juara, mengalahkan juara bertahan yang sudah bermain catur selama tigapuluh tahun.
Misi Maryamah bukan hanya untuk menjadi juara catur, tetapi juga untuk membalas dendam pada Matarom bekas suaminya yang telah menjadi juara catur beberapa kali. Dalam final, Maryamah berhadapan dengan Matarom. Dan di sinilah dramatisnya, Maryamah yang baru bisa bermain catur dalam sebulan, berhasil mengalah Matarom sang Master lokal yang dilatih oleh seorang Master Nasional, dalam sebuah babak permainan dramatis dan mengharukan.
***
Yang menarik dalam karya Andrea Hirata adalah kemampuannya mendeskripsikan peristiwa, sebuah keadaan atau sesorang dengan sangat mengagumkan, membangun karakter yang kuat untuk masing-masing tokohnya, dan mengemas cerita dalam kemasan yang cukup menarik.
Dan humor adalah cirri utama dalam setiap karya Andrea Hirata. Inilah salah satu yang membuat karya Andrea Hirata punya nilai lebih dan memberi gaya tarik tersendiri, inilah pula alasan utama mengapa saya menyenangi karya-karya Andrea Hirata, di samping kedekatan saya dengan latar belakang Melayu yang mengemas setiap karya-karyanya.
Hal yang bagi saya menganggu adalah plot cerita. Cerita yang dramatis dan selalu happy- ending kadang-kadang mengganggu kenikmatan, apalagi kalau cenderung seperti bualan yang tidak masuk akal. Happy-ending dalam Padang Bulan terkesan klise dan corny; Ikal yang frustrasi karena A Ling akan menikah dengan Zinar ternyata salah duga ketika suatu hari, ketika Ikal dalam persiapan berangkat meninggalkan kampung halamannya, A Ling datang menemuinya dengan menangis dan mengatakan betapa teganya Ikal hendak meninggalkan dirinya. Dari sinilah terungkap bahwa tidak ada hubungan perkawinan antara A Ling dan Zinar, mereka hanya bersaudara, dan Zinar sebenarnya berencana menikah dengan orang lain, dan A Ling tidak bisa menemui Ikal selama ini karena dia tengah sibuk mempersiapkan pernikahan Zinar (dengan orang lain). Kemudian Ikal tidak jadi berangkat dan kembali pada A Ling, sebuah ending yang lebay untuk ukuran masa kini.
Dalam Cinta dalam Gelas terlihat betapa Andrea kebablasan, berlebihan hanya karena ingin membuat cerita yang dramatis.
Maryamah yang tidak tamat SD dan pekerjaan sehari-harinya hanya sebagai penambang timah ternyata bisa menjelma menjadi pecatur handal setingkat Master, juara pula. Maryamah digambarkan begitu cepat menyerap pelajaran catur yang dikirim lewat internet dari seorang Master dunia dari Rusia, Ninochka. Dan yang membuatnya menjadi lebih dramatis, Maryamah bisa mencapai semua itu hanya dalam sebulan, dan motivasinya adalah untuk membalas dendam pada Matarom bekas suaminya.
Hebat sekali si Maryamah sehingga dia dijuluki Maryamah Karpov (dan cerita inilah seharusnya diberi judul Maryamah Karpov, dan Maryamah Karpov seharusnya diberi judul lain). Dia mampu menyerap permainan catur Master Dunia Anatoly Karpov dan Guioco Piano (pecatur Rusia awal abad ke-15). Teknik Guioco Piano inilah yang digunakan Maryamah untuk melancarkan serangan pamungkasnya dalam babak grand final dan menjadi juara dengannya.
Namun, terlepas dari semua itu, teknik-teknik catur kelas dunia yang diuraikan Andrea di sini mengagumkan sangat berharga untuk permainan catur, terutama untuk orang awam dalam catur seperti saya.***
0 comments:
Post a Comment