product-reviews.net |
PERKEMBANGAN teknologi telah mengubah pola-pola kehidupan tradisional, hampir dalam semua aspek. Kalau jaman dahulu orang hanya bisa menelepon dari dalam ruangan atau dari telepon umum, kini orang bisa menelepon sambil berjalan di pasar, memancing di sungai, atau berkelana di tengah hutan rimba. Kalau dulu orang harus menunggu berminggu-minggu tibanya sepucuk surat dari luar negeri, kini hanya dalam hitungan detik seseorang bisa mendapatkan surat dari mana pun di penjuru bumi ini. Pun dalam hal membaca, kini sudah ada kecenderungan orang untuk tidak membaca buku secara tradisional (buku kertas), melainkan beralih ke buku elektonik (eBook). Di A.S. gejala berpindah dari buku buku kertas ke eBook ini sudah sampai pada tahap yang mengkhawatirkan bagi dunia penerbitan buku cetak.
eBook selangkah lebih maju dalam dunia perbukuan. Satu perangkat eBook bisa menampung sebuah perpustakaan sekaligus dan menempatkan semua buku-buku favorit Anda di ujung jari Anda setiap kali Anda menginginkannya. Plus, eBook juga memudahkan untuk membuat catatan, menyimpan kliping atau quotation dan menyinari bagian-bagian yang ingin kita baca ulang. eBook adalah soal readiblity, kepraktisan dalam membaca. eBook didesain untuk membuat pekerjaan membaca Anda lebih nikmat dan tidak ribet. Tidak ada yang mau membawa sejibun buku dalam perjalanan bisnis atau ketika mereka bepergian, maka eBook adalah jawabannya. Hanya dengan membawa satu unit eBook, Anda bisa membawa ratusan, bahkan ribuan buku sekaligus dalam genggaman tangan Anda. eBook juga nyaman, portable dan bagus untuk lingkungan karena tidak menimbulkan sampah kertas. Satu-satunya kelemahan eBook dibandingkan dengan buku kertas adalah jika secara tidak sengaja Anda menumpahkan kopi di atasnya atau tercelup ke kolam renang, misalnya. (ebook-reader-review.toptenreviews.com).
Namun, benarkah demikian., benarkah hanya itu kelemahan eBook. Saya pribadi tidak memandang hal itu sebagai satu-satunya kelemahan eBook. Banyak kelemahan eBook yang lain jika dibandingkan dengan buku kertas.
Buku bagi kebanyakan orang bukanlah sekedar alat membaca, bukan hanya sekedar gudang ilmu yang sewaktu-waktu bisa kita buka tutup kapan kita mau. Tetapi buku adalah juga sebuah romantika.
Bagi orang yang tumbuh dan berkembang dengan buku tentu menyadari hal ini. Ketika kita memasuki toko buku, mata kita langsung tertuju pada barisan panjang rak buku yang isinya terdiri dari bermacam-macam buku, tebal dan tipis, berwarna-warni menarik, dengan judul-judul yang menarik, pengarang kenamaan, dan aura best seller pada beberapa buku tertentu. Kemudian kita terpukau pada beberapa buku yang pernah kita dengar, kita baca resensinya. Lalu kita menyentuhnya, membolak-balik sampul depan-belakang, membolak-balik halaman jika buku tersebut tidak disegel. Dan tidak jarang kita tertarik membelinya setelah melakukan hal itu. Di sinilah letak romantika itu, kenikmatan berpetualang di toko buku, menikmati gambar-gambar sampul buku yang menarik, menyentuh buku-buku terbitan terbaru, menimbang-nimbangnya di tangan kita, berinteraksi langsung pada buku-buku yang akan kita beli. Sesuatu yang tidak akan kita dapat jika kita membeli buku elektronik.
Dan bagi saya pribadi, ada satu hal yang membuat saya tertarik pada buku-buku terbitan/cetakan terbaru, dan ketertarikan saya yang satu ini tidak bisa digantikan oleh buku elektronik, yaitu bau buku terbitan terbaru tersebut. Buku yang baru dicetak dua atau tiga bulan yang lalu masih menyimpan aroma khas kertas. Saya sangat menyukai bau ini. bagi saya bau buku baru tersebut adalah bagian dari romantika dunia literatur. Membaca buku yang masih berbau kertas memberi kenikmatan dan semangat membaca yang lebih menggebu. Bau khas buku baru juga memberi rasa bangga dan kepuasan pada pembelinya, satu hal yang membedakan dengan meminjam buku di perpustakaan misalnya.
Buku atau literatur hendaknya dipertahankan karena romantisme yang seperti itu. Aura yang dipancarkan oleh buku kertas juga tidak bisa digantikan oleh buku elektronik. Orang yang membaca buku tebal dan buku tipis tentu akan menimbulkan kesan yang berbeda di mata orang yang melihatnya. Begitu juga kesan yang ditimbulkan oleh sampul (cover). Selera bacaan seseorang akan mudah diketahui dari sampul buku yang dia baca.
Kalau teman Anda berkunjung ke rumah Anda dan berkesempatan menyaksikan rak-rak perpustakaan pribadi Anda yang terdiri dari ratusan atau ribuan buku, tentu dia akan terpesona, terkagum-kagum oleh capaian Anda, dan yang paling penting, dia akan terinspirasi, kemudian meminjam beberapa buku, misalnya, kalau Anda mengijinkan. Bayangkan jika Anda hanya mempunya eBook, tentu tidak akan ada kesan serupa itu. Dari dulu juga perpustakaan pribadi adalah simbol dari intelektual seseorang. Ajaklah teman Anda ke perpustakaan pribadi Anda, niscaya dia akan terkesan.
Membaca buku adalah romantisme. Cara kita memegang buku, tempat kita membaca, jumlah halaman buku yang kita baca, jenis cetakan buku yang kita baca (kulit tebal atau kulit tipis) semuanya menimbulkan kesan mendalam di hati kita, yang berbeda-beda dari buku yang satu ke buku yang lain. Semua itu tentu tidak bisa kita dapat dari eBook
eBook yang individualistis juga tidak bisa di-share dengan nyaman sebagaimana buku-buku konvensional. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melakukan sharing buku, apalagi bagi mereka yang tergabung dalam klub membaca. Sharing buku adalah bagian dari romantika membaca juga. Buku yang sudah kita baca bisa kita diskusikan dan kita pinjamkan pada orang lain, saling bertukar buku. Untuk melakukan ini kita biasanya melihat penampilan buku itu terlebih dahulu (bentuk fisiknya).
Romantika membaca seperti di atas tidak bisa digantikan oleh buku elektronik, apalagi fungsi buku sebagai alat dalam pergaulan, sebagai penyambung gab dalam kehidupan sosial kita. Tentu tidak mungkin kita akan pinjam meminjam eBook karena sifatnya yang kolektif seperti itu. Meminjamkan eBook sama dengan meminjamkan seluruh buku yang ada dalam perpustakaan kita.
Lagi pula, kelak, siapa tahu, dunia elektronik akan terkena bencana sehingga semua aktifitas elektronik terganggu, tidak bisa diaksses sama sekali. Maka yang akan timbul adalah malapetaka, sebuah bencana bagi dunia perbukuan dan dunia ilmu umumnya. eBook adalah sebuah dunia ilmu yang sinister.***
0 comments:
Post a Comment