5 Salah Paham tentang Islam

By Jacopo della Quercia
article image

SEORANG komentator konservatf baru-baru ini membuat headlines dengan menyerukan bahwa 10 persen Muslim dunia adalah teroris. Sebuah klaim yang mengherankan, mengingat angka 10 persen itu sama dengan 150 juta, berarti ada 150 juta teroris di dunia, dan jika satu orang menyerang dan membunuh 40 orang saja, mereka bisa memusnahkan semua orang non-Muslim di muka bumi ini.
Tentu pernyataan itu tidak benar, dan klaim tersebut cuma mengada-ada.
Well, jika ada satu hal yang dipikirkan orang tentang “Cracked.com”, itu adalah “sahabat Islam.” Itulah sebabnya kami merasa harus menjelaskan sedikit salah pengertian ini kepada para pembaca. Dengan harapan, artikel ini tidak akan menghantui perasaan kami di kemudian hari.

#5. Jika Anda wanita Muslim, Anda harus memakai cadar (veil)



Bagi jutaan orang di Barat, ketika Anda menyebut “Islam,” pikiran mereka adalah tentang ini:


Seorang wanita yang tubuhnya tertutup dari kepala sampai ujung kaki dengan burqa. Kenyataannya adalah, jika Anda bisa mengumpulkan semua wanita Muslim di bumi ini, di dalam satu ruangan, dan kemudian Anda melemparkan sebuah bola kepada seseorang yang memakai burqa, maka kecil kemungkinan lemparan Anda akan kena.
Namun adat menutupi seluruh tubuh dengan burqa adalah sebuah masalah besar di kalangan umat Islam, jika tidak tentu Eropa tidak akan dibuat pusing, memaksakan larangan memakainya dan hal-hal sepele lainnya. Ya, kan?  


Lagi pula, kita semua tahu bahwa Islam membenci wanita—faktanya Saudi Arabia adalah satu-satunya negara di dunia yang memberlakukan larangan bagi wanita mengemudi, atau hanya negara-negara Muslim terkemuka yang masih menggunakan hukuman lempar batu sampai mati untuk kasus perzinahan, bukan?

Tapi sebenarnya ….
Berpikir bahwa semua wanita Muslim harus berbusana seperti ini …

… adalah sama dengan berpikir bahwa semua wanita Kristen harus berbusana seperti ini ….

Foto tersebut di ambil dari salah satu sekte kecil Kristen yang mewajibkan wanita berbusana seperti Little House on the Prairie.
Jadi sebagai contoh, di Perancis ada sekitar 3 juta wanita Muslim. Polisi Perancis mencoba mereka-reka berapa banyak dari mereka yang memakai burqa atau niqab dan menemukan angka …367.

Polisi Perancis

Bukan 367.000, tapi 367, suatu jumlah yang sangat kecil dari sudut pandang statistik, angka tersebut hanya cukup untuk menyebut sebuah margin error. Dan di bagian Eropa lainnya, jumlahnya bahkan lebih membahayakan bagi bisnis busana burqa (sebagai contoh, Belgia mempunyai 500.000 penduduk Muslim, hanya sekitar dua lusin yang memakai burqa.)

Ya, ada beberapa negara Timur tengah yang mewajibkan burqa (yaitu Iran dan Saudi Arabia) dan, jika digabungkan, jumlah Muslim di kedua Negara itu hanya kurang dari 5 persen jumlah Muslim dunia. Sebenarnya jumlah negara-negara Muslim yang sama sekali melarang memakai burqa lebih banyak dari yang mewajibkannya. Mereka bisa melakukan itu karena memakai cadar tidak diwajibkan dalam Islam tapi hanya merupakan kebiasaan, tergantung di mana Anda tinggal, dan siapa yang berkuasa di sana

lebih mirip hotpants

Hei, ngomong-ngomong tentang hal ini, coba perhatikan angka berikut: Dari lima negara dengan penduduk Muslim terbesar, empat di antaranya sudah pernah memilih wanita sebagai kepala negaranya.
Jadi ada kemungkinan fantastis bahwa Sarah Palin, pada tahun 2012 nanti, akan berkampanye untuk sesuatu yang sudah pernah dicapai oleh wanita Muslim.
Mungkin Megawati Soekarnoputri tahu bahwa
AS tidak mempunyai  Departemen Hukum 


#4. Bapak Pendiri Amerika tidak akan mentolerir aturan Islam!


Adalah mudah berdiri di atas kotak sabun dan berkoar-koar di depan publik tentang apa yang Anda pikir dipikirkan oleh Bapak Pendiri Amerika tentang AS sekarang yang multikultural, dan tak bertuhan ini. Padahal, mereka adalah orang-orang Kristen, yang takut pada Tuhan. Sialan. Mereka tentu tidak tahan dengan semua toleransi yang kita tunjukkan untuk agama teroris ini. 



Bahwa ada sebagian orang Amerika yang tetap mempertahankan nilai-nilai lama Amerika dan berhasil meloloskan undang-undang untuk mencegah hukum Islam menguasai AS, tentu ada baiknya, karena masalah itu ada di depan hidung mereka! Di sana, Thomas Jefferson sedang tersenyum di kuburannya!

Namun sebenarnya …

Bahkan meski mereka adalah orang Kristen yang taat (atau deist (penganut deism), atau apapun), banyak di antara Founding Fathers itu mempunyai kekaguman yang sehat terhadap kepercayaan kaum Muslim. Thomas Jefferson, sebagai contohnya, mengajari dirinya sendiri bahasa Arab dengan menggunakan Al-Qur’an miliknya sendiri, dan menjadi tuan rumah acara buka puasan bersama (iftar) yang pertama di Gedung Putih

Jefferson percaya kelezatan agama-agama dunia perlu dirayakan

John Adams menyebut-nyebut Nabi Muhammad sebagai salah satu “pembawa kebenaran.” Benjamin Rush, yang sangat Kristen, menghendaki adanya sebuah kitab injil di setiap sekolah, juga mengatakan dia lebih suka melihat pendapat Confucius atau Muhammad “ditanamkan pada kaum muda” daripada melihat mereka tumbuh tanpa “ajaran agama.” Benjamin Franklin pernah berkata: “Bahkan jika Mufti dari Constantinopel mengirim seorang misionari untuk menyampaikan ajarannya pada kita, dia akan diterima dan diberi tempat.” Bahkan si George Washington secara pribadi menerima umat Muslim bekerja dengannya di Mount Vernon.

Jadi, bagaimana sampai timbul rasa saling mencintai antara Founding Fathers dan umat Muslim ini? mungkin karena Sultan Muhammad bin Abdullah dari Maroko adalah merupakan orang pertama dari tokoh dunia yang mengakui kemerdekaan Amerika Serikat dari Inggris pada tahun 1777. Alasan lain adalah karena para Founding Fathers itu cukup pintar untuk membedakan antara teroris dan bukan teroris di planet bumi ini, sebagaimana yang ditunjukkan dalam Perjanjian Tripoly pada tahun 1797. AS ketika itu mengeluarkan pernyataan seperti ini: “Pemerintah Amerika Serikat tidak, dalam bentuk apa pun, menegakkan kepentingan Agama Kristen, karena agama tersebut tidak mempunyai sifat permusuhan terhadap undang-undang, agama atau ketenangan umat Muslim.”


#3. 'Islam' sama dengan 'Arab'


Ingat si nyonya gila berambut mirip Einstein yang bertanya pada John McCain apakah Barack Obama seorang Arab? Tidak ingat? Well, ayo kita ingat-ingat kembali:

Kami berani bertaruh ada kemungkinan lebih dari 20 persen si wanita ini akan mengatakan “Muslim” tetapi secara tidak sengaja, dia mengatakan “Arab” karena sama saja, kan? Dan bahkan bila Anda tidak merupakan bagian dari camp pesta minum teh tersebut pun, di mana Anda diyakinkan bahwa “Arab” dan “Muslim” adalah sama, ada kemungkinan Anda berada dalam lingkungan asumsi yang sama dengan mereka: bahwa orang Timur Tengah  non-Yahudi adalah Islam dan bahwa sebagian besar umat Muslim tinggal di Timur Tengah.
Namun yang sebenarnya …

Hanya sekitar 20 persen dari seluruh umat Muslim dunia adalah orang Arab atau orang Afrika Utara. Sebagai perbandingan, sekitar 22 persen dari umat Kristen dunia adalah orang Afrika, namun ketika seseorang menyebut “Kristen,” pikiran anda tidak lantas tertuju pada orang Afrika. Menyamakan “Muslim” dengan “Arab” adalah sama dengan menyamakan “Kristen” dengan “Afrika”.


Seperti menyamakan "Kansas" dengan
"kantung obat yang dipenuhi oleh kebencian".

Meski di Barat kita sudah terbiasa mengasosiasikan Islam dengan Timur Tengah, sebanyak  61,9 persen umat Muslim—atau bisa disebut supermayoritas—tidak tinggal di Timur Tengah sama sekali; kebanyakan umat Muslim tinggal di kawasan Asia-Pasifik. Di Indonesia saja terdapat lebih dari 200 juta umat Muslim, dan di India dan Bangladeh, jika digabungkan, terdapat sekitar setengah miliar umat Muslim.

Hal ini berlaku pula kebalikannya. Sebagai contoh, jika Anda pikir dengan menjadi orang Arab berarti Anda harus menjadi Muslim sekarang ini, well, maaf kami tidak sependapat. Sebanyak 10 persen dari orang Arab di dunia ini beragama Kristen (berarti jumlahnya sekitar 14 juta orang). Ini berarti jumlah orang Arab yang beragama Kristen adalah 1 juta lebih banyak daripada, oh, kami tidak tahu … jumlah orang Yahudi di dunia secara keseluruhan.


#2. Budaya Barat jauh lebih Manusiawi daripada Budaya Islam


Bahkan sebelum hebohnya terorisme, Islam sudah dikenal di dunia Barat sebagai agama yang identik dengan kekerasan. Sebagiannya disebabkan oleh betapa cepatnya agama Islam menyebar di antara penduduk dunia. Sebagai contoh, agama Hindu memerlukan waktu sekitar 1000 tahun untuk menyebar melalui India, dan agama Kristen memerlukan waktu 400 tahun untuk beranjak dari era penyalipan (persecuted cult) hingga menjadi agama resmi Kerajaan Romawi, sedangkan Islam hanya memerlukan waktu 100 tahun dari era turunnya wahyu pada nabi Muhammad hingga menjadi sebuah kekuatan religius dan politik yang dominan di Timur Tengah dan Afrika Utara.
Jadi banyak orang yang mengambil kesimpulan bahwa agama Islam menyebar seperti api suci  karena satu alasan: pedang. Kesimpulan logis berikutnya dari sudut pandang seperti ini adalah sebagai manusia, umat Muslim ketika itu pasti merupakan para penakluk yang keras dan barbar. Bahkan sebelum peristiwa 9/11, pandangan seperti ini sudah hidup di tengah-tengah masyarakat sejak lama:


Tapi sebenarnya …
Nabi Muhammad menetapkan beberapa aturan perang yang cukup progresif, dan umat Muslim abad pertengahan memperlakukan umat Kristen dengan cara yang lebih baik daripada perlakuan umat Kristen terhadap mereka, meski mereka (umat Muslim) menang besar dalam perang tersebut. Khususnya semenjak nabi Muhammad mengeluarkan secara pribadi “sebuah code of conducts yang berbeda untuk tentara Islam” yang di antaranya meliputi:
·         Tidak boleh membunuh wanita, anak-anak atau orang-orang yang tak bersalah (innocent)—ini mungki termasuk para pertapa, biksu atau lainnya.
·         Tidak boleh membunuh hewan ternak dan binatang secara membabi buta.
·         Tidak boleh membakar atau menghancurkan pohon-pohon dan kebun buah-buahan; dan
·         Tidak boleh merusak sumur.
dan tidak boleh menyepak dengan sepatu berpaku, Jeremy

Pendeknya, nabi Muhammad menginginkan tentaranya berperang seperti kaum hippies. Selama masa Abad Kegelapan yang mengenaskan itu. Dan mereka mematuhinya.
Namun perolehan teritorial terbesar didapat setelah nabi Muhammad wafat, bukan? Mungkin itu terjadi ketika Islam mendapatkan reputasinya sebagai agama yang haus darah? Tidak juga. Para penerusnya mengkodifikasi aturan yang sudah ada tersebut dan menjadikannya aturan standar untuk tentara Islam. Aturan perang tersebut pulalah yang kemungkinan membuat tentara Islam yang mampu menaklukkan Eropa ketika itu “mempertunjukkan sebuah derajat toleransi yang membuat negara-negara Kristen malu,” dengan hasil karangan seseorang yang ahli itu.

Jadi ketika para serdadu Kristen memenggal kepala musuh-musuhnya dan menendang kepala-kepala itu seperti menendang bola hacky sacks yang kebesaran, ketika itu pula para tentara Muslim menegakkan kode kehormatan perang yang mengharuskan mereka memberi makan musuh yang mereka tawan.


#1. Islam Hidup dalam Abad Kegelapan



Sebenarnya ada tiga stereotype negatif tentang Islam—bahwa Islam membenci kaum wanita, bahwa Islam menyukai kekerasan dan bahwa Islam membenci kemajuan ilmu pengetahuan. Kami telah membahas dua yang pertama di sini, tetapi bagaimana Anda membantah yang ke-tiga? Pemerintahan negara-negara Islam didasarkan pada kitab agama kuno! Dan penyakit apa yang telah disembuhkan oleh Iran?




Tapi sebenarnya …

Dengan cara yang sama bahwa tidak semua umat Kristen merupakan penganut paham penciptaan oleh Tuhannya nabi Ibrahim (Young Earth Creationism), banyak pula umat Muslim modern membuka ruang terhadap interpretasi Al-Qur’an. Nyatanya, 45 persen penduduk Muslim Amerika dalam sebuah jajak pendapat mengatakan bahwa mereka memandang evolusi sebagai merupakan “penjelasan terbaik tentang asal-usul manusia di muka Bumi ini,” sebuah angka yang tidak sedikit, mengingat hanya 24 persen umat Kristen evangelical yang berpendapat sama. Persentase umat Muslim yang mengakui penjelasan ilmiah tentang asal-usul kehidupan adalah kira-kira sama dengan orang Amerika secara keseluruhan (48 persen).


Dan menurut sejarah, umat Islam mempunyai banyak track record. Sains dan matematika seperti yang kita ketahui tidak akan pernah ada tanpa adanya Islam. Masa keemasan Islam telah menimbulkan sebuah revolusi yang nyata dalam hampir setiap bidang pemikiran manusia, ketika itulah umat Islam menemukan ilmu aljabar, yang Anda benci itu—dan menimbulkan kemajuan dalam segala bidang mulai dari geografi dan eksplorasi seni, arsitektur, filosofi, perkembangan kota, pengobatan dan kesehatan.

Umat Muslim sebenarnya hampir saja membagi-bagikan keunggulan mereka ini pada kerajaan-kerajaan Kristen Eropa yang keblinger itu, ketika itu, karena ke-khalifah-an Islam ketika itu melengkapi negara-negara yang mereka taklukkan dengan sekolah-sekolah, perpustakaan, fasilitas publik dan sistem kesejahteraan sosial yang paling komprehensif di planet ini. Sebenarnya, masalahnya sudah jelas bahwa jika saja ke-khalifah-an Islam ketika itu berhasil menaklukan seluruh Eropa, maka Renaissance Italia tidak lagi diperlukan.  

Juga memberi kita kesempatan berlama-lama menatap kemaluan
Jadi, demikianlah.

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger