Nostalgia Foto Lama


Negeri Batin, Lampung, 28 Maret 1901
Melihat foto lama seperti melihat misteri. Misteri ruang dan waktu yang membangkitkan beribu tanda tanya dan rasa ingin tahu yang demikian rupa. Benarkah kita terpisah dalam jarak waktu yang sedemikian jauh darinya, dari tempat dan waktu yang tidak pernah kita rasa. Tidak pernah kita duga. Benarkah tempat yang tergambar dalam foto tersebut pernah ada di dunia; benarkah di sini, benarkah di sana, benarkah dulu memang pernah ada. Benarkah sudah sekian lama.

Melihat foto lama saya ingin berada di sana, menyelinap di antara mereka. Berbagi rasa. Menyelami segala tradisi. Menjauh dari modernisasi. Lari dari industrialisasi, globalisasi, reboisasi, polusi ….

Bersama mereka yang ada dalam foto itu, mengalami apa yang terjadi sehari-hari.  Apakah mereka berpakaian serupa kita saat ini. Apakah mereka berbicara seperti kita sekarang; apa yang mereka bicarakan. Apakah mereka menangis, tertawa dan bercanda seperti kita. Apakah mereka menulis dan membaca. Apakah mereka memasak seperti kita memasak sekarang; apakah yang mereka masak, apakah bumbunya sama. Apakah mereka mempunyai beberapa potong pakaian seperti kita sekarang. Apakah mereka punya jarum jahit. Apakah mereka punya gunting rambut. Apakah mereka punya sikat gigi. Apakah pada waktu itu ada toko yang menjual segalanya.

Ya, aku ingin berada di sana, bersama mereka. Ikut serta dalam segala upacara; sunatan, kawinan, hingga upacara pemakaman. Dan bertani dan berladang. Mandi di sungai yang airnya jernih. Mengusap batu-batu, memercik buih. Hidup sederhana tanpa beban. Tanpa persaingan, tanpa lawan.

Tanpa HP, tanpa pulsa. Tanpa TV, tanpa berita. Tanpa radio tanpa sandiwara. Tanpa surat khabar tanpa cerita. Ah, sebenarnya hanya sedikit yang kita butuhkan, jika kita mau memikirkan.

Tapi tak akan kuceritakan, aku malu. Tentang hutan dan gunung biru. Tentang pohon-pohon yang mati ditebang, tentang sawah-sawah yang hilang. Tentang pembangunan. Tentang industri. Tentang banjir. Tentang erosi. Tentang laut dan ikan mati. Aku malu pada mereka, yang dulu memupuk dunia dan menjaganya.

Foto lama seperti menghentikan waktu. Dan bocah ingusan itu, mungkin sudah beranak dan sudah bercucu.
Way Lima, Lampung, 1897
Lampung, Mei 1901

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger