Menyamping.
Telungkup. Terlentang. Fetal
(melingkar): kebanyakan orang mempunyai posisi tidur kesukaannya masing-masing.
Tapi bisakah gaya tidur menunjukkan kepribadian seseorang?
Beberapa outlet
baru termasuk the Daily Mail, the Telegraph and Fox baru-baru ini mengutip penelitian yang menyatakan
bahwa ada hubungan langsung antara posisi tidur dengan karakteristik psikologis
seseorang.
Namun
sebagian ahli mengatakan hanya ada sedikit bukti untuk mendukung klaim
tersebut. Dan terbukti, “penelitian” yang baru-baru ini dikutip tersebut sebenarnya
hanyalah sebuah survei—yang dilakukan oleh sebuah jaringan hotel—tentang posisi
tidur yang paling umum.
Robert
Phipps, seorang ahli body language
berbasis di Inggris, kemudian memberi sebuah analisis yang dia katakan mirp-mirip
sebuah horoskop.
“Ya, ini tidak pernah dimaksudkan untuk serius
dan tidak ada penelitian di pihak saya,” kata Phipps pada The Huffington Post dalam sebuah email.
Analisis tersebut
menghubungkan posisi tidur dengan karakterisktik kepribadian yang berbeda-beda.
Seperti yang dilaporkan Telegraph.
Orang
yang tidur dalam posisi fetal adalah para
“pencemas.” (semakin kuat mereka melingkarkan tubuh mereka, semakin mereka
merindukan kenyamanan.) Mereka yang tidur telungkup, dengan lengan terbentang
adalah para “penerjun bebas.” (Mereka dilaporkan merasa hidup mereka berada di
luar kuasa mereka.) Para “perindu”—mereka
yang tidur menyamping, dengan lengan terlentang—memiliki sifat suka mengejar
mimpi. Dan para “kayu,” mereka yang tidur dalam posisi lurus, mempunyai
kepribadian yang kaku.
Meski
ada pendapat yang mengatakan bahwa “horoskop tidur” tersebut terdengar agak dibuat-buat,
namun ini bukanlah pertama kalinya posisi tidur dengan kpribadian
dihubung-hubungkan.
Menurut
Dr. Chris Idzikowski dari Pusat Penelitian Tidur Edinburg, pada tahun 1940-an,
ada sebuah artikel yang ditulis oleh seorang psikiater yang mengklaim bahwa
mereka yang tidur dalam posisi menyamping kurang bisa melakukan hal yang benar
dalam situasi apapun (lacked moral fiber).
Artikel tersebut telah mendorong Idzikowski untuk meneliti apakah ada hubungan
antara ciri-ciri kepribadian (personality
traits) dengan posisi tidur, katanya pada HuffPost dalam sebuah email.
Idzikowski
melakukan survei terhadap 1.004 orang Inggris mengenai posisi tidur kesukaan
mereka dan meminta mereka untuk memberi tanda centang pada kotak yang
menggambarkan kata sifat yang mereka anggap cocok dengan kepribadian mereka.
Melalui analisis faktor data, Idzikowski menemukan adanya hubungan antara
posisi tidur tertentu dan ciri-ciri psikologis (psychological traits) tertentu.
BBC melaporkan
hasil survei tersebut pada tahun 2003: Mereka yang tidur dalam posisi fetal disebut-sebut berkepribadian tanggguh
di luarnya namun sensitif di dalamnya, sebagai contoh. Mereka yang tidur dalam
poisisi “kayu” dinyatakan sebagai orang yang berkpribadian menyenangkan dan
gaul. Mereka yang tidur dengan posisi “perindu” berkepibadian terbuka, sinis,
dan lambat dalam membuat keputusan. Mereka yang tidur dalam posisi “penerjun
bebas” mudah bergaul namun berkulit tipis dan tidak menyukai kritikan.
Namun
demikian, penelitian Idzikowski bergantung pada evaluasi-diri sendiri (self-evaluations), dan dia
mengatakan bahwa ketika survei tersebut
dilakukan terhadap sekelompok orang Asia Tenggara, maka arketipe tersebut tidak
lagi berlaku.
Philip
Gehrman, seorang profesor psikiatri dan anggota Penn Sleep Center, mengemukakan keraguannya tentang makna sesuatu
di balik posisi tidur seseorang.
“Anda
tidak bisa membantah fakta bahwa mereka menemukan adanya sebuah korelasi antara
posisi tidur dan kepribadian,” kata Gehrman pada Huffpost. "[Namun]
hubungan antara [posisi] tidur dengan kepribadian
tampaknya tidak cukup kuat untuk membuat pernyataan seperti itu.”
Jadi
apa yang mempengaruhi cara orang tidur? Menurut Gehrman, hal itu hanyalah
masalah kesukaan masing-masing.
“Itu
benar-benar hanya masalah [posisi yang mana] yang Anda merasa nyaman,” katanya.
Menurut Dr.
Stuart Quan, seorang professor pengobatan tidur di Harvard Medical School, kiranya sulit bagi orang untuk mengikatkan
kepribadiannya pada salah satu posisi tidur tertentu, karena kebanyakan orang
tidur berubah-ubah posisi.
“Mereka tidur
lasak. Mereka mengubah-ubah posisi secara alami,” kata Quan. “Orang yang
mengatakan ‘saya hanya tidur dalam satu posisi, menyamping,’ cenderung mengubah
posisi tersebut ketika mereka sedang tidur.
Di sisi lain, korelasi antara posisi tidur dengan kualitas tidur bisa jadi memang ada, menurut Quan, namun hubungan tersebut tampaknya hanya merupakan akibat dari kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya (pre-existing).
Di sisi lain, korelasi antara posisi tidur dengan kualitas tidur bisa jadi memang ada, menurut Quan, namun hubungan tersebut tampaknya hanya merupakan akibat dari kondisi kesehatan yang sudah ada sebelumnya (pre-existing).
Apnea
tidur, sebagai contoh, sebuah gangguan di mana orang mengalami pernafasan tidak
teratur sewaktu tidur, bisa menjadi lebih buruk dengan tidur terlentang, kata
Quan. Heartburn (mulas), juga, adalah
kondisi lainnya yang bisa memburuk dengan posisi tidur tertentu.
Apa yang bisa
mempengaruhi kualitas tidur seseorang, menurut Quan, adalah apa yang mereka
lakukan ketika mereka tidak tidur.
“Nikotin
adalah sebuah stimulan. Jika Anda melakukan latihan olahraga sebelum tidur,
maka Anda cenderung akan mengalami hyped
(gairah meningkat),” kata Quan menjelaskan. “Bahkan jika Anda terlibat dalam
sebuah pertengkaran dengan pasangan Anda dan kemudian Anda mencoba tidur,
hal-hal seperti itu jelas merupakan sesuatu yang bisa mempengaruhi orang yang
mencoba tidur.”
Kafein,
obat-obatan dan eksposur terhadap cahaya tertentu—seperti cahaya dari
laptop—semua bisa mempengaruhi kulaitas tidur. Sebagai akibatnya, Quan melarang
orang mengecek email mereka atau menonton TV sebelum tidur.
“Kami mengatakan pada orang-orang
bahwa kamar tidur adalah tempat untuk melakukan dua hal dan keduanya dimulai dengan huruf S,” kata Quan. Hal-hal
lain harus dilarang dan semestinya dilakukan di tempat lain.
(Katherine Bindley Become a fan, katie.bindley@huffingtonpost.com)
Posted: 10/24/2012 8:49 am EDT Updated: 10/24/2012 9:47 am EDT)
Can't sleep? Michael Decker, Michael Decker, Ph.D., an associate professor at Georgia State University and spokesperson for the American Academy of Sleep Medicine, breaks down which old-fashioned remedies really work.
0 comments:
Post a Comment