Apakah Suara Anda Menjengkelkan?

Saya paham. Tambahkan itu pada pola bicara saya yang lain yang selama ini banyak dikritik, termasuk: berbicara seperti anak kecil ketika saya sedang meminta tolong—Saya tahu ini yang terburuk—dan mengucapkan kata-kata “you know” ketika saya sedang bercerita sambil memikirkan apa lagi yang akan saya katakan. Tapi lupakan saja, suara saya berbunyi keriat-keriut (“creaky”) jadi mungkin Anda tidak ingin lagi mendengar apa-apa yang ingin saya katakan. (Look out! Falling piano!)


“Creaky voice” (suara yang keriat-keriut) atau “vocal fry” (suara seperti penggorengan) adalah cara baru wanita dalam berbicara, menurut penelitian tentang bahasa, dan orang-orang benar-benar membencinya. Creaky voice atau vocal fry telah digambarkan sebagai “suara yang serak (raspy) atau suara yang seperti diparau-paraukan (croaking injected) yang (biasanya) diletakkan di akhir kalimat,” dan bunyi seperti “minyak goreng yang pecah di dalam penggorengan” dan juga suara seperti merintih (sheer agony).
Untuk endengarkan contoh creaky voice silakan lompat ke menit 4:35 dalam video Slate's recent podcast di bawah ini.

Kemudian lompat ke menit 4:55 di mana hal ini digambarkan oleh Bob Garfield sebagai sesuatu yang “menjengkelkan… benar-benar menjengkelkan.” Belajarlah menyukainya, sobat. Para peneliti di Long Island University menemukan bahwa dua pertiga dari wanita yang berusia perguruan tinggi cenderung berbicara dengan suara yang keriat-keriut (creaky). Gejala ini khususnya berasal dari kaum wanita Amerika yang mobile, berpendidikan, dan tinggal di kawasan perkotaan. “Fry” (suara seperti penggorengan) itu sendiri adalah sebuah karakteristik dari gaya bicara wanita kontemporer yang berkelas,” menurut temuan sosiolinguis Barry Pennock-Speck dalam studinya tahun 2005.  

Terlepas dari popularitas yang sudah kita dapat dari pola-pola bicara kita yang merupakan hasil temuan baru, kita juga telah mendapat banyak simpati.

“Jika wanita berbicara dengan nada suara meninggi seperti bertanya (uptalk) atau vocal fry, hal itu langsung diinterpretasikan sebagai perasaan tidak pede (insecure), emosional atau bahkan sebuah ketololan,” kata Carmen Fought, seorang profesor linguistik di Pitzer College di Claremont, California pada New York Times. “Kenyataannya adalah: Wanita muda mengambil fitur-fitur lingusitik dan memanfaatkannya sebagai alat untuk membangun hubungan satu sama lain.”

Jika Anda pernah diolok-olok karena menggunakan kata “seperti” atau memberi jawaban yang kedengarannya seperti sebuah pertanyaan, Anda kemungkinan adalah pemilik speech power tool (alat kekuatan bicara) yang membanggakan. Berbagai studi mengisyaratkan bahwa kedua afeksi tersebut adalah merupakan bagian dari toolbox kita. Jawaban yang non-konfrontasional yang manis dan menggemaskan tersebut terdengar seperti sebuah pertanyaan, misalnya, adalah bukti dari sebuah metode manipulasi yang efektif, menurut salah satu studi dari Universitas Pennsylvania.


Tidaklah mengejutkan bahwa wanita mengembangkan sebuah instink untuk berkomunikasi dengan lebih dari hanya satu bahasa. Kita terbiasa diperhatikan orang mulai dari kata-kata kita hingga “bahasa tubuh” kita. Boleh jadi kita baru saja mengadaptasi kebiasaan mengirim berbagai sinyal untuk membuat orang terfokus.

Tapi sinyal apakah yang hendak kita kirim dengan suara seperti gerutuan seperti seorang suara pemanggang asap berpanas rendah (low smoker's grumble)? Teori pervasif-nya adalah bahwa “creaky voice” melambangkan kemajuan dan otoritas dengan cara imitasi. “Itu adalah maskulinisasi dari suara wanita yang bernada tinggi,” kata Garfield menjelaskan. Kita boleh jadi sedang mencoba untuk bersuara lebih menyukai laki-laki, menurut laporan Slate, karena kita kini bekerja dengan mereka lebih dari yang sudah-sudah. Dan di tempat kerja, suara pria secara tradisional mendapat respek lebih daripada suara wanita.

Saya menyukai teori yang satu ini, terutama karena kita bisa mengatakan kepada semua laki-laki yang membenci suara wanita yang creaky seperti suara laki-laki: “Saya mempelajari itu dengan cara mengamati Anda!” Hal itu juga mengisyaratkan bahwa kita sedang mengadaptasi secara fisiologis terhadap dinamika di tempat kerja—hal itu, sepertinya, merupakan langkah ketiga dalam dominasi dunia.

Apakah saya menginginkan “vocal creak?” Tidak. Jika saya mendengar seseorang berbicara dengan suara yang bergemuruh, apakah hal itu akan mengganggu saya ketika saya sedang mendengarkannya? Mungkin saja. Tapi saya lebih terganggu oleh semua keluhan itu. Dulu cara bicara kita disebut-sebut tidak cukup manly,  sekarang terlalu manly? Kita tidak bisa menang. Jika ketidaknyamanan benar memainkan peran dalam suara kita yang terjadi secara konstan, apakah Anda bisa menyalahkan kami? Orang tampaknya tidak suka mendengar cara kita bicara. Jika berbicara masalah ketidaknyamanan. (By Piper Weiss, Shine Staff | Healthy Living – Sun, Jan 6, 2013 8:40 AM EST)

http://shine.yahoo.com/healthy-living/8220-annoying-8221-girl-voice-164900387.html

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger