Klub Tanpa HP di Amerika

by Joel Stein
Tuesday, August 17, 2010

provided by
bloomberg_businessweek_logo.jpg



amazon.com
Dalam gerak lapisan masyarakat yang paling tinggi,  ada banyak orang yang tidak memiliki HP. Dan mereka menguasai dunia mereka.

Bos Anda tidak yahu bagaimana cara mengetik, John Madden menolak menggunakan pesawat terbang—kebiasaan yang mengagumkan ini dikarenakan oleh usia tua, atau fobia, atau gabungan dari usia tua dan fobia. Tetapi HP sangatlah sederhana untuk digunakan, tidak berbahaya, dan begitu integral sebagai sebuah alat komunikasi yang telah kita sepakati, sehingga menolak menggunakan HP bukan hanya perbuatan seorang Luddite (anti teknologi) semata, melainkan juga sebuah gerakan yang sangat serius.
Setiap orang punya HP sekarang. Ada lebih dari 280 juta pelanggan mobile di Amerika, menurut Komisi Komunikasi Federal.
Tidak mempunyai HP adalah sebuah cara untuk membuat dunia berputar di atas waktu yang Anda miliki. Banyak orang hebat telah melakukan ini. Warren Buffet tidak menggunakan HP. Mikhail Prokhorov, milyarder Rusia berusia 45 yang memiliki New Jersey Nets, juga tidak. Tavis Smiley juga tidak.
Smiley, 45, pembawa acara sebuah talkshow mingguan PBS dan sebuah acara radio nasional, jadi senewen dua tahun yang lalu, setelah menyadari dia tidak bisa mengingat nomer-nomer telepon atau janji-janji yang telah dia buat tanpa mengecek HP miliknya. Smiley percaya bahwa keputusannya untuk tidak menggunakan HP telah menguntungkan perusahaannya yang memiliki 75 karyawan, The Smiley Group. “Pada mulanya semua mengeluh bahwa hal itu akan mematikan perusahaan,” katanya. “Namun apa yang terjadi sebenarnya mereka mendapatkan waktu yang lebih banyak untuk berbicara dengan saya daripada sebelumnya.
Mulanya Smiley menderita penyakit kehilangan HP. “Ketika pertama kali berakhir pekan tanpa HP, saya kira biaya hotel saya $1.000,” katanya. Sekarang ini, ketika dia berpergian, dia mencuri HP asistennya.
Dengan melepas HP berarti memaksa orang lain yang ingin menghubungi Anda untuk menunggu. Afsheen John Radsan, 47 seorang profesor pada William Mitchell College di St Paul, Minnesota, adalah seorang konsul jenderal di CIA dan seorang attorney di Justice Dept. yang semua karyawannya tidak menggunakan HP. Dia bahkan menolak menggunakan sebuah mesin penjawab sampai-sampai orang tuanya memasang sebuah di apartemennya, di belakang punggungnya. Radsan memulai kebiasaannya tidak menjawab panggilan telepon ketika dia masih seorang pengacara muda di Sullivan & Cromwell. “Jika Anda ditelepon pada hari Jumat, boleh jadi itu hanya panggilan dari seorang partner yang meminta Anda bekerja sampai akhir pekan,” katanya mengenang. “Dan kami mempunyai identitas di penelepon. Jadi sebagian partner kami akan menelepon dari telepon luar dan berkata, “Nah, dapet lu!” 
Bekerja di CIA, kebetulan, memperkuat keputusannya tersebut, karena dia tidak diperkenankan membawa gadget ke dalam gedung atau membawa hasil pekerjaannya pulang. Setelah berkenalan dengan putra seorang ayatollah, yang menerangkan betapa pentingnya tidak menjawab semua panggilan, Radsan, seorang yang gila membaca, baru mengetahui bahwa dia telah membuat keputusan yang benar. “Saya menyukai novel-novel Rusia itu, dan (dengan HP) saya tidak yakin kehidupan kami sehari-hari akan membaik,” katanya. Larangan untuk membawa laptop yang dia berlakukan di dalam ruang kuliahnya bisa dimengerti oleh para profesor lainnya, katanya. Satu-satunya orang yang merasa terganggu dengan kebiasaannya adalah istrinya. “Dia ingin mengatur segala sesuatunya. Dan saya punya pikiran bahwa kami bisa menghindari keributan dengan membuat perencanaan. Saya berkata, “Kathy, saya akan pulang pukul 7 atau 7:30,’ dsan dia berkata, “Nanti kita bicarakan.”
Hanya Yanagihara, 35, berkeliling dunia sebagai seorang deputi editor untuk majalah Condé Nast Traveler, dia berpergian dengan tanpa membawa perangkat komunikasi. “Di India, bahkan para gembala dan penarik becak punya HP,” katanya. Kadang-kadang, ketika pesawat yang ditumpanginya mengalami penundaan,ketika itu barulah dia berharap punya HP. Beberapa minggu yang lalu jadwal pesawat yang dia tumpangi mengalami perubahan dan dia harus menghubungi seorang teman, jadi dia meminjam HP dari sesorang yang tidak dia kenal. “Mereka memandang saya dengan curiga, dan berprasangka saya berbohong dan mencoba menipu,” katanya mengenai orang-orang yang memberi pinjaman HP tersebut. “Kemudian mereka meminta nomer yang ingin saya hubungi dan menekannya dengan hati-hati. Mereka pikir saya membuat panggilan internasional. Mereka sangat curiga,” katanya.

Jonathan Reed, 46, dekan Falkultas Arts dan Sains di Universitas La Verne, sebelah timur Los Angeles, menyukai berpergian tanpa membawa HP. “Saya akan berbicara dengan orang-orang asing yang saya temui. Saya suka pergi ke Itali, di mana orang-orangnya saling berbicara satu sama lain setiap saat,’ katanya. “Sebuah HP menandakan bahwa dunia saya adalah saya sendiri dan orang lain tidak termasuk,” katanya.
Dia mengatakan bahwa dia tidak pernah mendengar percakapan di HP yang tidak banal. “Ketika saya berjalan keliling kampus, jika mahasiswa bercakap-cakap secara langsung, Anda bisa mendengar beberapa percakapan yang sangat penting.” “Akhir-akhir ini, ketika sedang berada di Israel untuk penelitian arkeologis, dia terkejut oleh banyaknya orang memiliki HP—biasanya dua atau tiga—sebagai simbol status. “Saya ketika itu sedang duduk-duduk di sebuah restoran yang sangat bagus dan dua orang lai-laki sedang dudk-duduk di sana dengan beberapa orang wanita cantik dan mereka sedang menggunakan HP. Apakah mereka sedang berbicara dengan simpanan mereka di seberang sana?” katanya.
Reed, seperti juga kebanyakan kaumnya, mengutip sebuah pernyataan bahwa peningkatan efisiensi sebagai salah satu alasan untukt tidak memiliki HP. “Dengan demikian saya menjadi lebih fokus. Tidak punya HP memaksa saya menjadi lebih proaktif,” katanya. Hal ini juga merupakan sebuah alat manajemen yang sangat berguna. “Dengan aktifitas 80 sampai 100%, saya tidak ingin direpotkan dengan adanya HP. Dalam pekerjaan saya, adalah penting untuk memperhatikan orang-orang yang menemui saya. Saya melihat orang-orang merogoh sakunya ketika (HP mereka) bergetar—hal-hal seperti itu mengganggu pekerjaan Anda. Dalam rapat-rapat yang saya ikuti, banyak kolega saya kehilangan kesempatan memahami dialog karena mereka keasikan memeriksa e-mail atau keluar ruangan untuk menellepon.”
Orang-orang yang tidak menggunakan HP ternyata tidak menghindari semua bentuk komunikasi modern. Banyak di antara mereka menggunakan Facebook atau Twitter, dan hampir semuanya tersihir oleh e-mail, yang membuat mereka sewaktu-waktu mencuri-curi untuk mengalihkan percakapan ke sesuatu yang nyaman bagi mereka. Elena Kostoglodova, seorang dosen Rusia senior di University of Colorado at Boulder, membuat pesan suara yang (voice mail) yang isinya meminta agar orang tidak meninggalkan pesan karena, seperti yang dia katakan dalam pesan tersebut “alat komunikasi saya yang resmi adalah e-mail.”  Elena menjawab tiga pertanyaan saya yang menanyakan mengapa dia tidak menggunakan HP yang bisa e-mail dengan jawaban panjang, dua kali lebih panjang daripada artikel ini. Ringkasnya, jawaban Elena adalah: Dia tidak suka HP menyita waktunya. “Saya tidak suka menjawab telepon ketika saya sedang bermain dengan anak saya, karena hal itu berarti bahwa dirinya kurang penting dibandingkan dengan orang yang menelepon.” “Saya tidak ingin mengekspos kehidupan pribadi atau kehidupan profesional saya dengan cara menelepon di depan publik.” Jika mahasiswanya tertangkap menggunakan HP di dalam kelasnya, dia akan mengurangi nilai mereka sebanyak 2 persen. Satu-satunya peristiwa yang membuat dia merasa membutuhkan sebuah HP adalah ketika seorang remaja menabrak mobilnya. Dia harus meminta si bocah itu memanggil polisi.
Ada beberapa orang Luddite (anti teknologi) dalam kelompok orang yang tidak menggunakan HP. Kurt Labberton, seorang dokter gigi berusia 59 tahun yang mempunyai 5 orang karyawan di Yakima, Washington, bukan hanya tidak memiliki HP, tetapi juga tidak menggunakan e-mail. Sebagai gantinya, dia mengirimkan surat tulisan tangan pada para pasiennya. “Sebuah e-mail yang cepat tidaklah sama dengan sepucuk surat yang diberi perangko,” katanya. “Satu-satunya yang bisa Anda tawarkan dalam dunia kedokteran gigi adalah keakraban ketiak sedang bersama pasien,” katanya. Labberton melihat dampak dari HP hanya satu: Dia telah mengobati penyakit gigi berlubang dan gigi bengkak sehingga para pasiennya bisa kembali menelepon, itu saja. Namun, katanya, “Anda bisa hidup dengan cukup baik dengan gaya hidup tahun 1992.” Khususnya ketika kantor Anda dipenuhi oleh orang-orang yang berkomunikasi dengan gaya tahun 2010.***

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger