Terbuat dari apakah cahaya itu: gelombang atau partikel? Pertanyaan
mendasar ini telah menarik perhatian para ahli fisika semenjak masa awal
perkembangan sains. Mekanika kuantum memprediksi bahwa foton, partikel-pertikel
cahaya, adalah partikel dan sekaligus gelombang. Melaporkan dalam majalah Science, para ahli fisika dari
Universitas Bristol memberi sebuah demonstrasi baru tentang dualitas
gelombang-partikel dari foton-foton, yang oleh pemenang Hadiah Nobel Richard
Feynman disebu sebagai ‘sebuah misteri yang real
dari mekanika kuantum’.
Sejarah sains ditandai dengan perdebatan yang intens antara teori partikel cahaya dan teori gelombang cahaya. Isaac Newton adalah advokat utama dari teori partikel, sedangkan James Clerk Maxwell dan teori elektromagnetisme-nya yang sangat berhasil, mendukung teori cahaya. Akan tetapi, segala sesuatunya berubah pada tahun 1905, ketika Einstein menunjukkan bahwa adalah memungkinkan untuk menjelaskan efek fotoelektrik (yang ketika itu menjadi misteri sepenuhnya) dengan menggunakan ide bahwa cahaya terbuat dari partikel: foton. Penemuan ini mempunyai dampak yang besar terhadap ilmu fisika, dan juga memberi kontribusi besar pada perkembangan mekanika kuantum—teori ilmiah yang paling akurat yang pernah dikembangkan.
Di samping keberhasilannya, mekanika kuantum mengandung
sebuah tantangan yang besar bagi intuisi
kita sehari-hari. Memang, teori tersebut bisa memprediksi tingkah laku dari
benda-benda kecil seperti atom dan foton dengan akurasi yang luar biasa. Akan
tetapi, jika prediksi-prediksi ini diperhatikan lebih dekat, kita dipaksa
mengakui bahwa prediksi-prediksi tersebut sangat bertentangan dengan intuisi
kita. Sebagai contoh, teori kuantum memprediksi bahwa sebuah partikel (misalnya
sebuah foton) bisa berada di beberapa tempat berbeda pada saat yang sama.
Nyatanya, partikel tersebut bahkan bisa berada di banyak tempat hingga tak
terbatas pada saat yang sama, yang sebenarnya merupakan fundamental bagi sistem-sistem
kuantum.
Yang mengejutkan, ketika sebuah foton diobservasi,
foton tersebut bertingkah laku baik sebagai sebuah partikel maupun sebagai sebuah
gelombang sekaligus. Namun kedua aspek tersebut tidak pernah diobservasi secara
simultan. Faktanya, tingkah laku yang ditunjukkannya tergantung pada tipe pengukuran
(measurement) dengan mana foton
tersebut di presentasikan. Fenomena yang mengherankan ini telah dinvestigasi
secara eksperimental dalam beberapa tahun belakangan ini, dengan menggunakan
perangkat measurement yang bisa
diubah-ubah antara perangkat measurement
yang menyerupai gelombang (wave-like)
dan perangkat measurement yang
menyerupai partikel (particle-like).
Dalam sebuah paper yang diterbitkan dalam Science, para ahli fisika dari
Universitas Bristol memberi sebuah kejutan baru terhadap ide-ide tersebut. Dr
Alberto Peruzzo, Peter Shadbolt, dan Profesor Jeremy O’Brien dari Centre for Quantum Photonics bergabung
dengan ahli teori kuantum Dr Nicholas Brunner dan Profesor Sandu Popescu merancang
sebuah alat ukur yang baru yang bisa mengukur baik tingkah laku yang menyerupai
partikel maupun tingkah laku yang menyerupai gelombang secara simultan.
Perangkat baru ini ditenagai oleh quantum
nonlocality, sebuah efek kuantum lain yang juga sangat kontra-intuitif.
Dr Peruzzo, peneliti pada Centre for Quantum Photonics, mengatakan: “Alat ukur tersebut
mendeteksi adanya nonlocality yang
kuat, yang menegaskan bahwa foton bertingkah laku secara simultan sebagai
sebuah gelombang dan sekaligus sebagai sebuah partikel dalam percobaan kami. Model
pengukuran ini dengan tegas menolak model pengukuran yang menganggap foton bisa
merupakan sebuah gelombang atau sebuah partikel secara terpisah.
Professor O’Brien, Direktur Centre for Quantum Photonics, mengatakan: “Untuk melaksanakan
penelitian ini, kami menggunakan sebuah chip
kuantum fotonik, sebuah teknologi yang baru yang dirintis di Bristol. Chip tersebut bisa dikonfigurasi ulang
sehingga bisa diprogram dan dikontrol untuk mengimplementasikan sirkuit-sirkuti
yang berbeda-beda. Sekarang teknologi ini merupakan sebuah pendekatan yang
terkemuka di dalam upaya untuk membuat komputer kuantum, dan di masa yang akan
datang akan memungkinkan dilakukannya studi-studi baru yang lebih mutakhir
tentang aspek-aspek fundamental dari fenomena kuantum.
Sebuah prospektif yang menjanjikan untuk
memecahkan misteri mekanika kuantum yang real.
Stay tuned!
More information: A Quantum Delayed Choice Experiment, Peruzzo et al.,
Science, 2 November 2012. dx.doi.org10.1126/science.1226719
Journal reference: Science Provided by University of Bristol
Read more at: http://phys.org/news/2012-11-real-mystery-quantum-mechanics-physicists.html#jCp
Read more at: http://phys.org/news/2012-11-real-mystery-quantum-mechanics-physicists.html#jCp
0 comments:
Post a Comment