Akhir-akhir ini, saya telah mempelajari banyak hal tentang kepemimpinan. Dulu ketika saya masih mengalami masa-masa jaya sebagai manajer menengah di sebuah perusahaan besar di Amerika, dan sebelumnya sebagai manajer di sebuah perusahaan kecil yang baru didirikan, saya menemukan bahwa kepribadian saya yang introvert sering kali menimbulkan masalah bagi diri saya sendiri.
Ketika itu, saya lebih suka membaca dan duduk di sebuah kedai daripada ngobrol-ngobrol dengan para karyawan setelah selesai bekerja. Saya mengabaikan kesempatan baik tersebut dan memilih melakukan instrospeksi.
Introversi sebagai Musuh
Pernah sekali saya mengadakan sebuah pertemuan penting dengan seorang karyawan. Dia adalah seorang project manager di dalam tim saya (ketika itu saya menduduki posisi direktur). Singkat cerita: dia berkata bahwa saya adalah bos yang terburuk yang pernah dia temui dan dia membenci nyali saya. Dia bertanya bagaimana ceritanya sampai saya bisa menjadi direktur. Dia ingin berhenti, tapi saya berusaha menenangkannya—kebanyakan dengan cara meminta maaf padanya.
Pada saat itu, saya memandang ini semua sebagian besar sebagai kesalahan saya. Saya tidak cukup gaul; saya tidak cukup sering memperhatikan dia dan segala sesuatunya. Tentu, saya punya anggaran untuk dikelola dan rapat-rapat untuk diikuti. Namun kepribadian saya yang introvert telah membuat saya tak berdaya.
Ternyata saya tidak sendiri. Setelah menulis kisah saya tentang suka duka saya merintis sebuah karir manajemen sebagai seorang introvert, saya menerima banyak sekali pesan yang mendukung. Ketika itu saya kebanjiran orang-orang yang pernah merasakan masalah seperti saya. Dalam kebanyakan kasus, pesan mereka adalah—“Saya juga adalah seorang introvert yang mengalami kesulitan dalam mengatur orang lain.”
Kabar baiknya adalah, bahwa kepribadian Anda bisa jadi tidak menentukan seberapa baiknya Anda bisa mengatur orang lain seperti yang selama ini Anda kira. Baik mereka yang extrovert maupun yang introvert sama-sama bisa memimpin. Skill itu bisa dipelajari, disesuaikan, dipadu-padankan, dan diperdalam.
Skill yang Dipelajari
Penelitian ini (lihat di sini) merupakan sebuah alat yang berguna untuk memahami betapa kepribadian Anda yang spesifik bisa membantu Anda dalam memimpin sebuah perusahaan kecil, dan bahwa kepemimpinan itu adalah sebuah skill, bukan bakat. Sebagai kesimpulan, saya berbicara dengan Jim Kouzes, co-author dari laporan di atas. Kouzes dan Barry Posner menulis buku "The Leadership Challenge" dan melakukan Inventarisasi Praktik-praktik Kepemimpinan (Leadership Practices Inventory).
“Kepemimpinan adalah seperangkat skill dan kemampuan yang bisa dipelajari oleh siapa saja yang mempunyai kemauan untuk memperbaiki diri dan mempunyai keinginan untuk mempraktikkannya,’ kata Kouzes. “Hal ini berlaku baik untuk mereka yang extrovert maupun introvert. Mereka yang extrovert dan yang introvert masing-masing mempunyai preferensi tertentu dalam hal menyemangati diri sendiri, mencari informasi, membuat keputusan, dan mengatur diri mereka sendiri, namun baik orang extrovert maupun yang introvert sama-sama mempunyai kemampuan menciptakan kepemimpinan yang terpuji.
Kouzes mengatakan pada saya bahwa setiap jenis kepribadian harus memimpin dengan contoh. Hal ini relevan bgi saya: Dulu saya terbiasa berpikir bahwa saya harus menggebu-gebu dan bersemangat dengan para anggota tim ketika berbicara tentang visi saya. Kenyataannya, saya bisa saja mencapai tujuan yang sama dengan cara saya sendiri. Saya tidak perlu menggebu-gebu dan bersemangat atau bersosialisasi—saya hanya perlu memperbaiki skill saya. Alasan seorang karyawan mengira saya adalah bos yang payah kebanyakan karena saya kurang berkomunikasi, yang tidak mesti menggebu-gebu sama sekali—Cuma harus konsisten saja.
“Orang yang extrovert cenderung mengekpresikan gairah mereka tentang hal-hal yang prinsip dengan cara menggebu-gebu, sedangkan orang yang introvert lebih cenderung terlibat dalam percakapan yang tenang tentang harapan-harapan mereka,” kata Kouzes dalam penjelasannya. Bagi saya, hal itu lebih berarti sebagai melakukan bentuk pembinaan secara langsung (in-person) dengan para karyawan, mempelajari keinginan-keinginan dan harapan-harapan mereka—sesuatu yang yang saya sangat mahir ketika kemudian saya bekerja sebagai seorang jurnalis yang banyak mewawancarai orang selama lebih dari 12 tahun.
Menariknya, saya sangat bagus dalam hal menentukan visi (“visioneering”) di tempat kerja. Ketika saya memulai salah satu pekerjaan di sebuah perusahaan hanya dengan tiga orang karyawan, kemudian karyawannya berkembang menjadi hampir 50 orang hanya dalam tempo lima tahun. Kami mengambil berbagai proyek dalam setiap bagian dari organisasi tersebut, dan saya bagus dalam hal memasarkan layanan-layanan kami. Banyak dari rapat-rapat melibatkan pertemuan sau lawan satu dengan para pejabat yang lebih tinggi.
Kouzes mengatakan setiap jenis kepribadian bisa mempelajari skill tentang cara mengkomunikasikan visi.
“Mereka yang extrovert cenderung mendemonstrasikan praktik ini dengan cara melakukan curah pendapat (brainstorming) atau secara langsung mendengarkan keinginan-keinginan orang lain,” katanya. “Sedangkan mereka yang introvert di pihak lain, lebih cenderung membayangkan saja apa yang mungkin ada di dalam pikiran orang lain atau melakukan tukar pikiran dalam percakapan satu lawan satu. Mereka yang extrovert harus bekerja sedikit lebih keras dalam hal memberi kesempatan bagi orang lain untuk mengemukakan harapan-harapan mereka, impian mereka, dan aspirasi mereka, sedangkan kaum introvert sangat mementingkan segala sesuatunya menjasi inklusif,” katanya.
Saya masih perlu belajar banyak dalam hal ini.
Bagaimana kisah Anda? Ceritakan dalam komentar di bawah ini jika Anda bisa mengingat-ingat keberhasilan dan kegagalan Anda, dan bagaimana kepribadian Anda telah menjadi penghalang atau telah membantu. (By John Brandon | Inc – Wed, Sep 11, 2013 6:18 PM EDT)
Read More
Second guessing being an an entrepreneur? Five things to consider.
The fearsome nightmare entrepreneurs never talk about.
5 Time-management tips I can't live without.
http://smallbusiness.yahoo.com/advisor/personality-doesn-t-determine-leadership-ability--221825033.html
0 comments:
Post a Comment