Dituduh Mencuri
Pulang sekolah, Benu ngambek berat. "Mak, aku nggak mau sekolah di sana lagi. Aku minta pindah!', katanya. "Lho lho lho, kenapa? Nggak ada angin, nggak ada hujan kok tiba-tiba minta pindah. Teman-temanmu nakal? Apa gurunya galak sama kamu?", tanya emaknya. "Aku benci. Aku nggak mau ketemu mereka lagi!" "Emangnya kenapa?", tanya emaknya lagi. "Mereka menuduhku mencuri uang Beni", kata Benu akhirnya. "Kenapa kamu tidak suruh mereka membuktikannya?", tanya emaknya. "Sudah. tapi mereka bisa!"
Tolong Bangunkan
Setelah bertengkar hebat, Benu akhirnya tidak bertegur sapa dengan istrinya. Tapi dia kebingungan, karena besok dia harus bangun pagi-pagi karena ada janji dengan temannya, sedangkan dia tidak bisa bangun pagi kalau tidak ada yang membangunkan. Untuk menegur istrinya duluan, dia nggak mau. Hatinya masih sakit. Maka dia putuskan untuk menulis pesan. "Dik, tolong bangunkan aku pukul 4.30 pagi", begitu bunyi pesan yang dia tulis dan diletakkannya di atas meja. Tapi apa lacur, keesokan harinya, dia mendapati dirinya terbangun pukul delapan pagi. Di atas meja, di tempat dia meninggalkan pesan tadi malam, didapatinya pesan balasan dari sang istri. "Mas, bangunlah. Ini sudah pukul 4.30 pagi", begitu bunyi pesan itu.
Nggak Mau Kalah
Apel di rumah pacar, Benu mendapat intimiidasi dari ortu si do'i. Mungkin karena melihat penampilan Benu yang kere, si bapak camer menghardik. "Sebenarnya Minah ini sudah punya calon anak orang kaya, punya rumah mewah, punya mobil dan sepedamotor baru, dan uang berlimpah. Kalau bapakmu punya apa?" tanyanya. "Bapakku punya jalan dan jembatan", jawab Benu nggak mau kalah. "Hah ...!? Nggak mungkiiiiinnnnnn ...!!!."
Rebutan Kue
Di rumah camer. Sambil menunggu Minah dandan, Benu ngobrol panjang lebar, ngalor ngidul, ke barat ke Timur dengan si bapak camer. “…. Jadi, kalau tidak segera dibantu, kasus bank Century itu bisa menimbulkan dampak sistemik,” kata Benu sambil menyambar kue di piring yang tinggal sepotong. “Saya makan dulu ya Pak, biar enak ceritanya.” Katanya pula. “Biar saya saja yang cerita…!!!”, entak si bapak camer sambil merenggut kue itu dari tangan Benu.
Pesta Kwaci
Benu mengundang kawan-kawannya kenduri di rumahnya. Karena anggaran terbatas, bukan nasi yang dia hidangkan, tapi kwaci. Maka, jadilah rumahnya seperti arena pertandingan makan kwaci. Terdengar bunyi cletak-cletik dari sana-sini. Ada juga peserta yang keselek kulit kwaci. Ada yang saling lempar kwaci. Peserta yang tidak puas mengguyur Benu dengann kulit kwaci. Pulang-pulang, banyak peserta yang pakaiannya penuh kulit kwaci. ....
Si Peang
Anak anak, biasa kalau berkelahi saling juluk-menjuluki. Misalnya Ali dijuluki Cungkring, Andi dijuluki Pitak, Ani dijuluki Mak Lampir. Suatu hari, Adi anak Benu mengadu pada bapaknya. "Pak, tu si Abi bilang Peang, Peang ...." "Biar aja. Kamu kan bukan Peang", jawab Benu. "Peang itu sayaaaaaaaaa ......!!!!" jerit anaknya.
Salah Minum
“Dik, belikan aku Tolak Angin”, pinta Benu pada istrinya. Biasanya, setiap kali masuk angin, Benu minta dikerokin. Tapi setelah iklan Sophia Latjuba itu, dia ikut-ikutan minum tolak angin. “OK, sekalian aku juga mau beli jamu”, jawab istrinya. Tapi, apa lacur, keesokan paginya, bukannya sembuh masuk angin, Benu malah susah buang air besar. Usut punya usut, selidik punya selidik, ternyata bukan Tolak Angin yang dia minum, tapi jamu Sarirapet milik istrinya.
12 ekor sapi
“OK. Kamu boleh melamar anak saya kalau kamu bisa menyediakan 12 ekor sapi”, entak si bapak camer. Benu terkesiap, kaget. Dari mana aku bisa dapatkan 12 ekor sapi, pikirnya dalam hati. Otaknya berpikir keras. Kebetulan hari itu hari raya Idhul Adha. Keesokan harinya …. “Gila …!!! Ini kan cumar ekornya”, entak si bapak camer. “Iya. Tapi iinilah 12 ekor sapi seperti yang Bapak minta”, balas Benu. Setelah melalui siding isbath (hehehe ….) akhirnya diputuskan, Benu memenangkan perkara dan mendapatkan Minah.
Nonton Sinetron
Akhirnya, Benu ditolak oleh camer karena dipandang aneh, kampungan, dan norak. Gara-garanya cuma sinetron. Malam itu malam minggu, seperti biasa, Benu apel di rumah Minah. Secara tidak sengaja, dia, si do’i, dan ortu camer terjebak nonton sinetron bareng. Pas waktu adegan kejar-kejaran, Benu tidak bias menahan emosi, lepas kendali. “Lari ……!! Lariiiii …..!!! Cepaaaaattttt …….!!!! Awas dia di belakangmu ……!!!” , teriaknya keras-keras.
Jenggot Kambing
“Pak, apa rahasianya biar bias tumbuh jenggot panjang seperti punya Bapak”, Tanya Benu pada seorang jaulah yang jenggotnya nyaris menyentuh tanah. “O, gampang. Gosok-sosokin aja dagu lu sama dagu kambing”, jawab si jaulah serius. Maka, setelah itu, setiap pagi hari, Benu terlihat menggosok-gosokkan dagunya ke dagu kambing.
Dampak Sistemik
Karena sudah seminggu tidak member uang belanja pada istrinya, Benu nekat kasbon lagi. “Sudah berapa kali kamu kasbon bulan ini? Jangan-jangan gajimu malah nombok!”, sungut bendaharawati. “Tolonglah. Bu. Keadan rumah tangga saya darurat. Kalau tidak segera diselamatkan bias menimbulkan dampak sistemik”, rengek Benu.
What are You Job
Pulang menebang tebu (ngaloding), Benu ketemu turis di jalan. “Hello mister …! What are you job? I am job ngaloding”, kata Benu PD. Mendengar bahasa Inggris yang kacau balau ini, si turis ikut-ikutan kacau. “O, not what-what. Only walking-walking”, jawabnya.
Titip Barang
"Dik, aku titip di sini dulu ya barangnya", kata Benu pada pelayan toko langganannya. "Nanti aku kembali. Apa kamu perlu catat nama saya" "O, nggak perlu, Pak. Saya sudah kenal Bapak", jawab si pelayan toko. ..... Ketika Benu kembali untuk mengambil barang beliannya tsb, dia melihat tulisan, "Bapak yang kurus, tinggi, item", pada bungkusnya.
0 comments:
Post a Comment