Biro Intelijen AS Ingatkan Perubahan Iklim Bisa Timbulkan Ancaman Keamanan


Perubahan iklim bisa memicu timbulnya instabilitas regional dan menyulut ketegangan internasional, menurut sebuah laporan utama dari Biro Intelijen Nasional AS baru-baru ini.
Dirilis kemarin, Global Trends 2030 report berusaha memetakan trend keamanan yang akan membentuk hubungan-hubungan internasional selama dua dekade mendatang. Laporan tersebut adalah seri terakhir dari serangkaian studi dari biro-biro keamanan nasional di seluruh dunia untuk mengakui bahwa perubahan iklim dan kemungkinan dampaknya terhadap makanan, air, dan suplai sumber daya alam dapat menimbulkan ancaman keamanan.

“Permintaan akan makanan, air, dan energi akan bertumbuh mencapai 35, 40 hingga 50 persen secara berturut-turut, berkat adanya peningkatan penduduk dunia dan pola konsumsi dari kelas menengah yang kian bertumbuh,” kata laporan tersebut. “Perubahan iklim akan memperburuk prospek ketersediaan sumber daya alam penting ini.
Laporan tersebut berusaha meyakinkan bahwa kelangkaan makanan dan air bisa dihindari, hanya jika ada langkah-langkah yang terkoordinasi untuk memperbaiki produktivitas dan efisiensi dalam bidang industri dan ekonomi.
“Kita tidak benar-benar sedang menuju ke dalam dunia yang penuh dengan kelangkaan, namun para pembuat kebijakan dan partner mereka dalam sektor swasta perlu proaktif untuk menghindari timbulnya masa depan yang seperi itu,” kata laporan tersebut. “Banyak negara yang mungkin tidak akan mampu mengatasi kelangkaan makanan dan air tanpa adanya bantuan besar-besaran dari negara lain.”
Laporan tersebut juga mengakui bahwa serangkaian terobosan teknologi akan diperlukan untuk menangani resiko-resiko yang berhubungan dengan perubahan iklim. “Teknologi-teknologi kunci yang tampaknya akan berada di garis depan dalam mengelola dan mempertahankan sumber daya alam [energi, makanan dan air] dalam tempo 15-20 tahun mendatang akan mencakup teknologi tanaman yang dimodifikasi secara genetis,teknologi  pertanian yang saksama (precision agriculture), teknik-teknik irigasi air, energi matahari, bahan bakar berbasis bio yang mutakhir, dan ekstraksi gas dan minyak yang disempurnakan  melalui teknik fracturing (perekahan Bumi),” kata laporan tersebut.
“Mengingat pengembangan ekonomi bisa menimbulkan resiko terhadap suplai dan harga sumber daya alam utama dan terhadap dampak awal dari perubahan iklim, negara-negara berkembang utama boleh jadi menyadari pentingnya mendahulukan komersialisasi teknologi sumber daya alam generasi yang akan datang terlebih dahulu.
“Di samping biaya yang kompetitif, ekspansi atau adopsi teknologi pengelolaan sumber daya alam dalam tempo lebih dari 20 tahun ke depan akan banyak tergantung pada penerimaan sosial dan arah dan resolusi dari isu-isu politik mendatang. 
Di samping membahas tentang keamanan sumber daya alam, laporan tersebut juga mengingatkan perubahan iklim tampaknya akan mengarah pada meningkatnya migrasi, khususnya di Asia dan Afrika pada tahun 2020-an, yang akhirnya bisa mengarah pada meningkatnya ketegangan regional yang sudah ada sebelumnya.
Laporan tersebut juga memprediksi bahwa kemungkinan meningkatnya peristiwa-peristiwa iklim “black swan” yang mengganggu, seperti banjir yang baru –baru ini terjadi di Pakistan atau Badai Sandy di AS, bisa menimbulkan resiko keamanan di beberapa wilayah.
“Perubahan-perubahan yang dramatis dan tak terduga kini terjadi lebih cepat dari yang kita perkirakan,” kata laporan tersebut mengingatkan. “Kebanyakan ilmuwan tidak yakin dalam memprediksi peristiwa-peristiwa seperti itu. Perubahan-perubahan yang serba cepat dalam pola-pola curah hujan—seperti musim hujan di India dan di bagian Asia lainnya—bisa sangat mengganggu kemampuan wilayah-wilayah tersebut dalam memenuhi makanan bagi pendudknya.
·         Akan tetapi, laporan tersebut mencatat satu perkembangan keamanan yang “positif” dari sektor energi, dengan menunjukkan bahwa peristiwa booming serpihan gas di AS adalah  representasi dari adanya sebuah “pergeseran tektonik” yang akan memungkinkan negara tersebut menjadi independen dalam bidang energi. Namun laporan itu juga mengakui bahwa “debat soal lingkungan tentang perekahan Bumi (fracturing), terutama soal polusi sumber daya air, bisa menggagalkan pembangunan energi dengan cara seperti itu. (James Murray for BusinessGreen, part of the Guardian Environment Network guardian.co.uk, Tuesday 11 December 2012 12.39 GMT)
http://www.guardian.co.uk/environment/2012/dec/11/intelligence-community-climate-security-threat?intcmp=122

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger