Apakah Penyakit Seliaka Itu?


Jumlah orang Amerika yang menderita penyakit seliaka (celiac) sekarang ini hampir lima kali lipat dibandingkan dengan tahun 1950-an, menurut hasil temuan penelitian terbaru oleh Warren Air Force Base terhadap 9.133 orang yang beranjak dewasa. Laporan terbaru lainnya menemukan bahwa rata-rata penyakit seliaka naik dua kali lipat setiap 15 tahun semenjak 1974. Penyakit pencernaan yang melemahkan tubuh ini sekarang diperkirakan menimpa 1 dari 100 orang Amerika. Mengapa eksposure terhadap gluten—sebuah protein yang ditemukan di dalam jelai (barley), gandum (wheat), rye dan mungkin juga gandum havermut (oats), dan juga produk lainnya termasuk beberapa merk lipstik, vitamin dan lip balms—mengakibatkan lebih banyak orang jatuh sakit daripada sebelumnya? 
Untuk mencari tahu tentang penyakit seliaka dan dampak makanan yang bebas gluten bagi kesehatan, saya berbicara dengan Christina Tennyson, MD dari Pusat Penyakit Seliaka pada Universitas Columbia di New York City.
Apakah penyakit seliaka itu? Sebagai gangguan pencernaan yang melemahkan tubuh, penyakit seliaka adalah gangguan kekebalan tubuh yang kronis yang dipicu oleh gluten. Ketika orang yang menderita penyakit ini makan makanan yang mengandung gluten, maka terjadi reaksi yang merusak dalam jajaran usus kecil, yang menghalangi kemampuan usus tersebut untuk menyerap nutrients. Hal ini bisa menyebabkan kekurangan vitamin dan malnutrisi, bahkan meski orang tersebut tampaknya makan makanan yang sehat-sehat saja.
Apa saja gejalanya? Salah satu alasan mengapa penyakit kekebalan tubuh ini sering kali tidak ter-diagnosis keberadaannya selama 10 tahun adalah bahwa penyakit ini bisa berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya. Di antara tanda-tanda penyakit seliaka yang paling umum adalah sakit perut, kembung (bloating), gassiness, diare, sembelit, intoleransi laktosa (lactose intolerance), mual (nausea), dan lesu (fatigue).  
Seberapa seriuskah penyakit ini? Karena penyakit seliaka merampas kandungan nutrients yang vital, maka orang yang menyandang penyakit tersebut mengalami peningkatan resiko terkena anemia dan osteoporosis. Orang yang menderita penyakit seliaka dan tidak memakan makanan yang bebas gluten juga menghadapi ancaman kanker usus  dan limpoma internal (intestinal lymphoma) yang lebih tinggi. Penelitian Air Force Base menemukan bahwa selama 45 tahun mengikuti perkembangannya, mereka yang didiagnosa menderita penyakit seliaka empat kali lebih besar kemungkinannya meninggal dunia.
Apa yang menyebabkan penyakit ini? Meski penyebabnya masih belum diketahui dengan pasti, namun ada dua gen yang diketahui berperan, kata Dr. Tennyson.
Mengapa jumlah penderitanya meningkat? Salah satu teorinya adalah bahwa makanan yang berbasis biji-bijian sekarang ini mengandung lebih banyak gluten daripada di masa lalu. Teori yang lain adalah bahwa anak-anak terekspose gluten sejak usia dini, yang menyebabkan resiko terkena penyakit ini semakin meningkat. Sebuah penjelasan yang sering kali dikemukakan adalah “hipotesis higiene,” teori yang mengatakan bahwa kita terlalu menjaga kebersihan makanan kita, sehingga sistem imun kita menjadi lebih lemah karena kita tidak terekspose pada banyak penyakit.
Apakah makanan yang bebas gluten bisa menurunkan berat badan? Banyak makanan yang bebas gluten sebenarnya mengandung kalori yang lebih tinggi daripada makanan yang mengandung gluten, dan dengan demikian bisa menyebabkan peningkatan berat badan, menurut laporan Dr. Tennyson. “Salah satu penyebabnya adalah bahwa makanan-makanan ini sering kali mengalami proses tingkat tinggi dan mengandung lemak yang tinggi. Sebagian ingredients  yang digunakan kurang mengandung serat, seperti tepung beras putih, tapioka, dan pati jagung (corn starch), yang bisa menyebabkan konstipasi.” Untuk menghindari masalah ini, orang yang menderita penyakit seliaka harus berkonsultasi dengan seorang ahli gizi, katanya menasehati.
Apakah makanan yang bebas gluten mempunyai manfaat kesehatan jika Anda tidak menderita penyakit seliaka? Mungkin saja. Dalam sebuah studi yang acak di mana para peneliti maupun para partisipannya tidak mengetahui apakah makanan yang mereka makan mengandung gluten atau tidak, 68 persen orang yang mengira bahwa makanan yang bebas gluten bisa melegakan simptom GI yang mereka derita dilaporkan malah mendapati simptom tersebut semakin memburuk ketika mereka diberi makanan yang mengandung gluten dengan tanpa sepengetahuan mereka. Akan tetapi, studi tersebut hanya meneliti 34 pasien. Penggunaan makanan yang bebas gluten untuk kondisi-kondisi lain, seperti autisme, adalah sangat kontroversial.
Apakah label bebas gluten itu dapat dipercaya? Meski produk-produk yang terdiri dari pelbagai merk seperti lipstik hingga cokelat dan pelbagai jenis bahan makanan diberi label bebas gluten, sekarang ini, namun tidak ada standar legal yang yang harus dipatuhi di AS. Di 27 negara lain, makanan yang diberi label bebas gluten tidak boleh mengandung lebih dari 20 bagian gluten per jutanya. Hampir tiga tahun setelah deadline FDA untuk memberlakukan aturan “bebas gluten,” lembaga tersebut akhirnya menjadi serius dalam menertibkan pelabelan makanan yang salah untuk mencegah resiko yang bisa membahayakan orang yang menderita penyakit seliaka. 
Bagaimanakah perawatannya?  Meski belum ada obatnya, simptom penyakit ini bisa dikontrol dengan efektif dengan cara mengubah makanan, untuk menghindari semua makanan yang mengandung gluten. Akan tetapi, jika Anda merasa menderita penyakit seliaka, jangan langsung makan makanan yang bebas gluten sampai Anda melakukan pemeriksaan, karena menghindari gluten bisa menyebabkan hasil pemeriksaan Anda keliru, kata Dr. Tennyson mengingatkan. Karena penyakit tersebut bisa juga menimbulkan kekurangan vitamin dan mineral, maka pasien kemungkinan pula membutuhkan suplemen. Bagi mereka yang menderita radang usus yang parah, para dokter kadang-kadang memberi steroids. (By Lisa Collier Cool, Agu 23, 2011)

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger