Belajar Menulis dengan Menerjemahkan

Menurut Sapardi Djoko Damono, menerjemahkan puisi berbahasa asing adalah cara terbaik untuk belajar menulis puisi. Kiranya pendapat Sapardi ini dapat pula diadaptasi dalam prosa. Dengan kata lain, kalau kita bisa belajar menulis pusisi dengan cara menerjemahkan puisi-puisi dari luar, kita pun bisa melakukan itu untuk prosa, atau kita bisa belajar menulis prosa dengan cara menerjemahkan tulisan-tulisan berbahasa asing. Tidak berlebihan kiranya, terutama bagi mereka yang sudah mempelajari bahasa asing tersebut sampai tingkat lanjut.


Saya sendiri sering melakukan ini—menerjemahkan tulisan berbahasa Inggris—meskipun dengan kesulitan, mengingat struktur kalimat dan kosa kata bahasa Indonesia tidak sekaya bahasa Inggris.

Ilustrasi/Admin (shutterstock)
Ilustrasi/Admin (shutterstock)

Belajar menulis dengan menerjemahkan mempunyai keasikan tersendiri. Berbeda dengan menulis opini atau reportase, menulis dengan menerjemahkan mempunyai lebih banyak keuntungan. Dalam satu job terjemahan kita bisa mendapatkan banyak manfaat; ilmu pengetahuan tentang pokok bahasan tersebut, pengembangan bahasa, dan pengembangan keterampilan menulis, sekaligus. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampau. Bandingkan dengan menulis opini atau reportase yang hanya mendapat manfaat pengembangan keterampilan menulis.

Dengan membaca tulisan berbahasa Inggris, kita akan mengetahui bahwa ada berbagai macam cara untuk mengungkapkan sesuatu, dan dalam teks yang sedang kita baca (yang kita coba terjemahkan tersebut) mengandung beberapa di antaranya.

Mempelajari cara-cara mengungkapkan makna tersebut, akan memperkaya cara ungkap kita terhadap sebuah makna. Semakin banyak kita menguasai cara-cara mengungkapkan sebuah makna, akan membuat tulisan kita makin enak dibaca, dan tidak membosankan. Mentransfer cara ungkap dalam bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, akan memperkenalkan kita kepada cara-cara ungkap yang baru, unik, dan menarik.
Menerjemahkan pada pokoknya adalah mengalihkan pesan dari bahasa sumber ke bahasa sasaran.

Namun perlu disadari bahwa keterampilan menerjemahkan tidak bisa dipelajari hanya melalui pendekatan tata bahasa (linguistik) semata, tetapi juga pendekatan bahasa budaya (sosio linguistik) dan bahasa nalar (psiko linguistik).

Kendala utama yang dihadapi dalam menerjemahkan tulisan berbahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia adalah, seperti yang saya sebutkan di atas, miskinnya kosa kata dan struktur kalimat bahasa Indonesia dibandingkan dengan bahasa Inggris.

Namun hal ini bisa diatasi. Struktur kalimat bahasa Inggris yang sulit ditransfer ke dalam bahasa Indonesia, bisa kita pecah-pecah; satu kalimat bahasa Inggris menjadi beberapa kalimat bahasa Indonesia, atau dengan menambahkan tanda-tanda bahasa bila diperlukan, sejauh tidak mengubah makna pokok yang dikandungnya.

Begitu juga dengan kosa kata. Pada prinsipnya, tidak ada padanan kata yang bermakna sama persis, kecuali untuk kata benda konkret seperti meja, kursi, rumah, dan lain lain. Kata benda abstrak, atau kata-kata jenis lain seperti kata kerja, kata sifat, kata keterangan, banyak yang hanya mempunyai padanan yang mendekati makna dalam bahasa aslinya tersebut. Sebuah kata dalam bahasa Inggris bisa saja diterjemahkan menjadi beberapa kata dalam bahasa Indonesia, atau menjadi sebuah frasa. Jika kata tersebut tidak ada padanannya sama sekali dalam bahasa Indonesia, bisa diterjemahkan dengan membuat definisinya.

Sebuah kata dalam bahasa Inggris bisa diterjemahkan macam-macam ke dalam bahasa Indonesia, sesuai dengan konteks-nya. Sebagai contoh, kata property bisa diterjemahkan ‘harta’ saja, tetapi dalam konteks suami istri yang akan bercerai, property bisa diterjemahkan menjadi ‘harta gono-gini’, misalnya.

Kalimat seperti Looking down the sandy beach, people are tanning themselves, adalah tipe kalimat yang memerlukan nalar untuk menerjemahkannya; tidak bisa hanya dikaji dengan tata bahasa dan budaya. Kalau cuma dikaji dengan tata bahasa, kalimat di atas mungkin berarti, ‘Setelah melihat ke pantai pasir, orang-orang itu jadi terbakar kulitnya, sedangkan makna yang sebenarnya bukan itu.

Jika Anda tertarik mencoba, di bawah ini adalah kiat-kiat dalam menerjemahkan bahasa Inggris ke dalam bahasa Indonesia, yang saya ambil modul Translation Universitas Terbuka, karangan Rahmat Budiman:
  1. Sebelum mulai menerjemahkan, pastikan bahwa Anda telah memahami seluruh paragraf (analisis teks-nya) dengan membacanya berulang-ulang, dan kemudian baru kalimat demi kalimat.
  2. Hati-hati dengan istilah yang tidak ada padanannya dalam bahasa sasaran. Bila perlu, Anda diperkenankan membuat catatan kaki.
  3. Jangan pernah mencoba menerjemahkan kata per kata.
  4. Jangan terpaku dengan pola bahasa sumber (restricted by forms). Ubahlah susunan kalimat bila dirasa perlu dengan selalu memperhatikan ketersampaian makna secara akurat.
  5. ‘Meaning’ dialihkan secara tepat ke dalam bahasa sumber dengan memperhatikan pilihan kata (vocabulary), bentuk kalimat (grammatical forms) dan laras bahasa (register*).
Beberapa hal yang bisa ditarik sebagai kesimpulan adalah sebagai berikut.
  1. Hati-hati dengan laras bahasa (full awareness of registers) Anda harus teliti memilih kata yang tepat sesuai dengan konteks kalimat.
  2. Bentuk kalimat pasif (passive voice) dalam bahasa sumber dapat diubah menjadi kalimat aktif dalam bahasa sasaran atau sebaliknya. Akan tetapi, apabila hal ini tidak mengubah makna.
  3. Pastikan pesan dalam bahasa sumber dialihkan dengan benar ke dalam bahasa sasaran.
  4. Bila ada kata asing yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia dan tetap mempertahankan bentuknya, buatlah dengan cetak miring.
*register: Bahasa untuk kegunaan sosial khusus, misalnya, berbicara dalam register informal; menulis dalam register ilmiah.

Catatan: tulisan ini saya buat bukan dengan maksud untuk menggurui, tetapi hanya sekedar berbagi pengalaman. Terima kasih atas kunjungannya.***

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger