Yoga Bisa Atasi Gangguan Tidur


Anda sedang mencari pola latihan rutin yang mempunyai dampak yang rendah namun bermanfaat bagi tidur Anda? Cobalah yoga.
Kesenangan dan Manfaat dari yoga sudah banyak diketahui: Yoga bisa memperbaiki kekuatan fisik dan fleksibilitas, memperbaiki pernafasan, mengurangi stres dan memperbaiki fokus mental. Apa yang kurang diketahui mungkin adalah dampak positif yoga bagi tidur.

Sebuah studi terbaru mengindikasikan bahwa yoga bisa membantu memperbaiki tidur pada orang-orang yang menderita imsomnia kronis. Para peneliti di Harvard Medical School meneliti bagaimana praktik yoga sehari-hari bisa mempengaruhi tidur para penderita insomnia tersebut dan menemukan adanya perbaikan yang berarti dalam hal ukuran kualitas dan kuantitas tidur mereka.

Dalam studi tersebut, para peneliti melibatkan orang-orang yang menderita berbagai jenis insomnia, dan mengevaluasi mereka yang menderita insomnia primer maupun sekunder. Insomnia primer adalah keadaan tidak bisa tidur yang berkembang dengan sendirinya, tidak tergantung pada masalah kesehatan atau gangguan tidur yang lain. Insomnia sekunder adalah insomnia yang berkembang sebagai sebuah simptom atau konsekuensi dari kondisi kesehatan yang lain. Banyak penyakit dan masalah kesehatan berhubungan dengan insomnia, termasuk kanker, kondisi rasa sakit kronis seperti artritis dan fibromyalgia, dan depresi. Obat-obatan yang diberikan untuk mengobati penyakit kronis atau akut juga bisa memicu insomnia, sebagaimana penggunaan (dan penyalahgunaan) zat-zat seperti alkohol.

Para peneliti dalam studi ini memberi latihan yoga dasar pada subjek yang mereka teliti, kemudian meminta mereka untuk tetap berlatih yoga setiap hari selama delapan minggu. Para partisipan dalam penelitian tersebut menulis diary tidur selama dua minggu sebelum pelatihan yoga dimulai dan selama penelitian berlangsung selama delapan minggu. Di dalam catatan tidur mereka, para partisipan tersebut mencatat jumlah waktu yang mereka luangkan untuk tidur, berapa kali mereka terjaga di sepanjang malam, dan durasi waktu tidur di antara waktu terjaga tersebut, di samping rincian tentang jumlah tidur malam dan kualitas tidur. Duapuluh orang menyelesaikan evaluasi selama delapan minggu, dan para peneliti menganalisis informasi di dalam catatan tidur mereka untuk mengevaluasi pengaruh yoga pada tidur yang terganggu (disrupted sleep) pada mereka yang mengalami insomnia kronis. Mereka menemukan beberapa perbaikan dalam beberapa aspek tidur, termasuk:
·         Efisiensi tidur (Sleep efficiency)
·         Total waktu tidur (Total sleep time)
·         Total waktu terjaga (Total wake time)
·         Lamanya waktu jaga sebelum terlelap (Sleep onset latency)
·         Waktu terjaga setelah terlelap (Wake time after sleep onset)

Belum banyak penelitian terhadap efek yoga bagi tidur dan potensinya sebagai treatment masalah tidur dan gangguan tidur. Namun kita telah melihat bukti-bukti ilmiah lainnya tentang manfaat yoga dalam memperbaiki tidur dalam beberapa tahun belakangan ini:
·         Penelitian tentang 410 orang penderita kanker yang selamat (lihat: study) menemukan bahwa yoga berhubungan dengan peningkatan kualitas tidur, berkurangnya rasa kelelahan (fatigue), berkurangnya frekuensi penggunaan obat-obatan tidur, dan kualitas rasa (sense of quality) yang meningkat di antara para pasien yang mempraktikkan yoga dua kali seminggu selama 75 menit sekali.
·         Penelitian yang ini (lihat: research) meneliti pengaruh yoga di antara wanita pasca menopause yang mengalami insomnia dan menemukan bahwa yoga ternyata berhubungan dengan menurunnya simptom dan keparahan gangguan tidur. Studi ini juga menemukan bahwa yoga berhubungan dengan menurunnya level stress dan meningkatkan kualitas rasa tentang kehidupan (sense of quality of life).
·         Dalam studi tentang wanita yang mengalami osteo-arthritis dan masalah tidur ini (lihat: study), praktik yoga di malam hari ditemukan berhubungan dengan membaiknya efisiensi tidur dan menurunnya frekuensi gangguan insomnia individual di malam hari (individual nights of insomnia).

Insomnia adalah penyakit gangguan tidur yang paling umum pada orang dewasa Amerika, dengan 10-15 persen dari populasi menderita insomnia kronis. Sebanyak 40 persen orang dewasa di AS mengalami sejenis insomnia setiap tahunnya. Orang yang lebih tua, wanita, dan mereka yang mengalami gangguan kesehatan lainnya mempunyai resiko yang lebih tinggi terkena insomnia. Terlepas dari prevalensinya, insomnia, sebagaimana penyakit gangguan tidur lainnya, masih tetap secara signifikan tak terdiagnosis (under-diagnosed), menurut penelitian terbaru. Penelitian ini  menunjukkan bahwa meski hanya 1 persen dari populasi yang disurvei terdiagnosis insomnia klinis, namun 37 persen dari mereka yang disurvei menunjukkan gejala-gejala insomnia. Insomnia boleh jadi penyakit biasa, namun jika tidak ditangani maka konsekuensi kesehatan yang ditimbulkannya bisa jadi gawat. Insomnia kronis sering dihubung-hubungkan dengan sejumlah penyakit serius.

Insomnia banyak dihubung-hubungkan dengan tekanan darah tinggi dan penyakit kardiovaskuler lainnya. Penelitian skala besar ini (lihat: study) menemukan bahwa orang yang mengalami insomnia mempunyai resiko serangan jantung yang terus meningkat secara signifikan. Insomnia juga dihubung-hubungkan dengan inflamasi di dalam tubuh, yang mana merupakan faktor resiko bagi masalah jantung dan penyakit serius lainnya.

Penelitian mengisyaratkan bahwa kurang tidur bisa mempunyai pengaruh negatif terhadap kognisi dan otak. Penelitian ini menghubungkan insomnia dengan rusaknya gray matter di dalam otak. Kelompok empat penelitian ini (lihat: group), yang dilakukan secara independen satu sama lain, menemukan bukti-bukti bahwa tidur yang buruk dan terputus-putus boleh jadi akan menimbulkan gangguan kognisi (impaired cognition) ketika usia kita menua.

Insomnia telah ditemukan berhubungan dengan kecemasan (anxiety) dan depresi (depression). Hubungan (relationship) antara keadaan tidak bisa tidur dan gangguan kesehatan mental ini kini sudah dimengerti, termasuk apakah salah satu kondisi mempengaruhi kondisi lainnya. Namun insomnia, depresi dan kecemasan mempunyai hubungan yang dalam dan rumit.

Kurang tidur, dan tidur yang terganggu, juga dihubung-hubungkan dengan masalah kegemukan. Kita telah menyaksikan penelitian ekstensif yang menunjukkan bahwa kurang tidur berhubungan dengan meningkatnya berat badan dan penyakit tersebut berhubungan dengan obesitas.

Dengan demikian banyaknya resiko bagi kesehatan, maka menemukan cara pengobatan insomnia adalah penting. Kadang-kadang obat-obatan bisa jadi pilihan yang tepat, namun cara pengobatan apapun sebaiknya dimulai dengan mengubah gaya hidup. Yoga dan bentuk-bentuk latihan reguler lainnya bisa membantu membentuk dasar-dasar pola hidup jangka panjang yang berkesinambungan yang bisa membantu Anda tidur lebih lama, dan lebih baik. (Dr. Michael J. Breus, Clinical Psychologist; Board Certified Sleep Specialist)
Sweet Dreams,
Michael J. Breus, PhD 
The Sleep Doctor™ 

Everything you do, you do better with a good night's sleep™ 
twitter: @thesleepdoctor 
For more by Dr. Michael J. Breus, click here.
For more on sleep, click here.

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger