Apa yang Terjadi dengan Kesadaran ketika Kita Meninggal Dunia?

Brian Cairns
Di manakah letak pengalaman tentang warna merah (the experience of red) itu di dalam otak Anda? Pertanyaan tersebut diajukan pada saya oleh Deepak Chopra di dalam konferensi Sages and Scientists Symposium miliknya di Carlsbad, California, pada tanggal 3 Maret. Serangkaian presenter dalam simposium tersebut berpendapat bahwa kurangnya teori yang lengkap oleh para ahli neurosains tentang bagaimana aktifitas neural diterjemahkan ke dalam pengalaman-pengalaman kesadaran (conscious experience) (seperti warna merah (redness)) berarti bahwa sebuah pendekatan fisikalis saja tidaklah memadai atau salah. Ide bahwa pengalaman subjektif adalah merupakan sebuah hasil dari aktifitas elektrokimia masih merupakan sebuah hipotesis, kata Chopra dalam sebuah emailnya. Ide tersebut sama spekulatifnya dengan ide bahwa kesadaran adalah fundamental dan bahwa kesadaran itu menimbulkan aktifitas otak dan menciptakan properti-properti dan objek-objek dalam dunia material.   
   
Di manakah pikiran Bibi Millie ketika otaknya mati akibat Alzheimer? Saya menantang Chopra. Bibi Millie merupakan sebuah pola impermanen dari tingkah laku alam semesta (universe) dan kembali ke potensial dari mana dia berasal, Chopra setuju. Dalam kerangka filosofis dari tradisi Barat, identitas ego merupakan sebuah ilusi dan tujuan dari pencerahan adalah untuk melampaui identitas nonlokal, nonmaterial yang lebih universal.

Hipotesis yang menyatakan bahwa otaklah yang menciptakan kesadaran, akan tetapi, mempunyai jauh lebih banyak bukti daripada hipotesis bahwa kesadaranlah yang menciptakan otak. Kerusakan pada fusiform gyrus di dalam lobus temporal di dalam otak, sebagai contoh, bisa menimbulkan face blindness (semacam gangguan kognitif tentang persepsi wajah di mana kemampuan untuk mengenali wajah jadi terganggu), dan stimulasi pada area yang sama ini menyebabkan orang melihat wajah-wajah berbeda secara simultan. Kerusakan wilayah visual cortex yang disebabkan oleh stroke yang disebut V1 bisa mengakibatkan hilangnya persepsi visual sadar (conscious visual perception).  Perubahan-perubahan pada pengalaman sadar bisa diukur secara langsung dengan menggunakan MRI fungsional, electroencephalography dan pencatatan neuron tunggal. Para ahli neurosains bisa memprediksi pilihan-pilihan manusia melalui aktifitas scanning otak sebelum si subjek bahkan belum menyadari keputusan yang dia buat. Dengan hanya menggunakan scan otak saja, para ahli neurosains bahkan telah mampu merekonstruksi, dengan menggunakan layar komputer, apa yang sedang dilihat seseorang.

Ribuan percobaan memastikan hipotesis bahwa proses neurokimia menghasilkan pengalaman-pengalaman subjektif. Kenyataan bahwa para ahi neurosains tidak bersepakat tentang teori fisikalis yang mana yang terbaik bagi pikiran (mind) tidak berarti bahwa hipotesis yang berbunyi bahwa kesadaranlah yang menciptakan materi (matter) juga tidak mendapat kesepakatan yang sama. Dalam bantahannya, Chopra mengirim saya sebuah tulisan oleh ilmuwan kognitif Donald.  Hoffman pada tahun  2008 yang terbit dalam jurnal Mind and Matter terbitan University of California, Irvine,: Conscious Realism and the Mind-Body Problem. Realisme Sadar (conscious realism) menegaskan bahwa dunia objektif, misalnya, dunia yang eksistensinya tidak tergantung pada persepsi dari sang pengamat tertentu, terdiri sepenuhnya dari agen-agen kesadaran (conscious agents). Kesadaran adalah fundamental bagi kosmos dan membangkitkan partikel-partikel dan medan-medan (fields). Kesadaran bukanlah sebuah pendatang baru dalam sejarah evolusi alam semesta, yang timbul dari interaksi-interaksi kompleks dari materi (matter) dan medan (fields), tulis Hoffman. Kesadaran adalah yang pertama; materi dan medan tergantung pada kesadaran tersebut untuk eksistensi aktualnya.

Di manakah bukti bahwa kesadaran itu menjadi fundamental bagi kosmos? Di sini Hoffman menunjuk pada bagaimana para manusia pemerhati mengkonstruksi bentuk-bentuk visual, warna-warni, tekstur dan gerak dari benda-benda. Indera kita tidak mengkonstruksi sebuah perkiraan (approximation) dari realitas fisik di dalam otak kita, katanya menjelaskan, tapi sebaliknya beroperasi lebih menyerupai sebuah sistem interface pengguna grafis (graphical user interface) yang mempunyai sedikit atau tidak ada kesamaan sama sekali dengan yang ada di dalam komputer. Dalam pandangan Hoffman, indera kita beroperasi untuk mengkonstruksi realitas, bukan untuk merekonstruksi realitas tersebut. Lebih jauh, indera tidak memerlukan hipotesis dari objek-objek fisik yang eksis secara independen.

Bagaimanakah kesadaran itu bisa menyebabkan materi mewujud? Kita tidak diberi tahu. Di mana (dan bagaimana)-kah kesadaran itu eksis sebelum adanya materi? Kita masih bertanya-tanya hingga saat ini. Sejauh yang bisa saya ceritakan, semua bukti-bukti menunjukkan ke arah bahwa otaklah yang menimbulkan pikiran (mind), tapi tidak ada bukti yang menunjukkan kausalitas sebaliknya. Keseluruhan penalaran ini, nyatanya, tampaknya berdasarkan sesuatu yang serupa God of the gaps argument (argumen yang mengacu pada sebuah persepsi alam semesta di mana segala sesuatu yang bisa dijelaskan dengan ilmu pengetahuan dianggap berada di luar ranah interaksi ilahiah, dan dengan demikian segala sesuatu yang tidak bisa dijelaskan dengan ilmu pengetahuan manusia dianggap sebagai wilayah Tuhan), di mana celah fisikalis (physicalist gaps) penuh dengan agen-agen nonfisik, apakah itu Tuhan yang mahakuasa atau agen-agen kesadaran.

Tidak seorang pun bisa membantah bahwa kesadaran (consciousness) itu adalah sebuah masalah yang sulit. Tapi sebelum kita mampu menggambarkan kesadaran hingga ke level bahwa kesadaran itu adalah sebuah agensi independen yang mampu menciptakan realitasnya sendiri, marilah kita lebih sering lagi memberi hipotesis-hipotesis yang kita punya bahwa otaklah yang menciptakan pikiran. Karena kita tahu faktanya bahwa kesadaran terukur (measurable consciousness) itu akan mati ketika otak mati, hingga terbukti sebaliknya, hipotesis default-nya haruslah berbunyi bahwa otaklah yang menciptakan kesadaran. Saya ada, itulah sebabnya saya berpikir. (Jul 1, 2012 |By Michael Shermer)

SCIENTIFIC AMERICAN ONLINE

Comment on this article at ScientificAmerican.com/jul2012
This article was originally published with the title "Aunt Millie's Mind."
http://www.scientificamerican.com/article/what-happens-to-consciousness-when-we-die/?page=1

comment 0 comments:

Post a Comment

 
© Hasim's Space | Design by Blog template in collaboration with Concert Tickets, and Menopause symptoms
Powered by Blogger